Rhythm [Part 3]

752 51 9
                                    

I'm a sad teenager, with a happy face_Google :)


Pagi ini, para mahasiswa tengah sibuk mencari kelas yang akan mereka tempati. Akiko Eloise, anak itu justru masih sibuk bermain dengan ponsel-nya. Tapi karena mendengar teriakan seseorang, perhatian Akiko jadi teralihkan. "Akiko!" panggil Lani, yang datang bersama kelompoknya.

"Hai," sapa Akiko sembari berdiri.

"Kau ambil kelas Mr. Gio kan?" tanya Lani, sambil memberikan gitar yang dia bawa ke teman di sebelahnya

"Iya," Akiko mengangguk pelan. Lalu memasukkan ponsel dengan casing berwarna pastel itu kedalam tas. "Kau juga?" tanya Akiko.

"Aku? tidak. Tapi kau bisa satu kelas dengan Vivian dong."

"Vivian?"

"Hai," sapa seorang cewek tinggi dengan gaya rambut badai. "Vivian," lanjut Vivian, sambil berjabat tangan dengan Akiko.

Vivian punya tubuh berisi, dan kulit sawo matang, yang membuat aura kesotis tersendiri. Pakaian yang ia kenakan juga nyetrik. Membuat penampilannya jadi paling mencolok dari yang lain. Di tambah, dengan olesan make-up yang cukup tebal. Padahal untuk mahasiswa, biasanya hanya di perbolehkan menggunakan make up natural.

"Akiko," ujar Akiko sambil sedikit membungkuk. Kebiasaan. Beberapa menit mereka mengobrol, akhirnya Lani berpamit karena kelas akan di mulai. Begitu juga Akiko dan Vivian, yang pergi ke kelas bersama. Seperti biasa, Akiko hanya diam walaupun banyak orang yang mengerumuni mereka. Ralat, banyak orang yang mengerumuni Vivian. Akiko hanya seperti orang yang tiba-tiba terseret ombak begitu saja. Padahal dia tidak betah.

"Vivian, nanti malam mau ikut?" tanya seorang laki-laki, yang datang bersama beberapa wanita.

"Kemana?" heran Vivian, sambil membenarkan rambutnya yang berantakan terkena terpaan angin.

"Shoot Bar, kita yang bayar," sombong Laki-laki tersebut.

"Boleh, Akiko mau ikut?" tanya Vivian. Dia sadar kalau Akiko terua diam sampai di kelas mereka. Kemudian Akiko menggelengkan kepala pelan, sambil tersenyum tipis.

"Mereka yang bayarin loh, pasti banyak anak populer yang ikut nanti." Vivian membuka buku catatannya. "Kau tau kan, susah untuk masuk ke circle anak populer," lanjut Vivian.

"Tidak susah, kok. Iya kan, Akiko?" sambung seorang gadis, yang baru memasuki kelas. Dia memakai pakaian kasual, serta rambut hitam panjang yang ia gerai. Jam tangan classic yang menempel di tangan, menambah kesan dewasa untuknya.

"Halo. Kak Kei," sapa Vivian. Kemudian beranjak berdiri, sambil membenarkan pakaiannya.

Keinara Windy. Senior perempuan yang paling populer, karena kecantikan dan gayanya yang keren. Kepintaran Keinara, juga membuat banyak dosen menjadikannya sebagai titik pusat. Keniara termasuk senior yang friendly, dan bisa diajak bekerja sama. Namun sekali marah, Keinara tak tanggung-tanggung membuat sasarannya keluar dari sekolah.

"Hai, apa aku mengenalmu?" tanya Keinara, ketika menyadari kehadiran Vivian.

"Sepertinya tidak. Bagaimana gadis populer sepertimu mengenalku. Ah iya, aku Vivian."

"Teman, Akiko?" tanya Keinara lagi, sambil melirik Akiko.

"Bukan, kami baru saja kenal," jawab Vivian dengan entengnya. Membuat Keinara memasang senyum tipis di sana. Lalu kembali menatap Akiko.

"Aah.... begitu," Keinara menghela nafasnya. "Akiko, boleh kita bicara nanti?"

Pertanyaan Keinara, langsung membuat Vivian terdiam bingung. Sedangkan Akiko hanya mengangguk, menyetujui. "See you after class," ujar Keinara.

Gadis Milik Tuan MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang