Work [Part 10]

505 33 3
                                    

Beberapa hari ini, Akiko mulai bekerja di perusahaan Glen, yang menciptakan mesin, atau senjata. Banyak, yang ingin berkolaborasi dengan perusahaan ini. Seperti pembuatan pistol, atau robot kecil. Bisa di akui, kalau Glen ini sangat cerdas hingga mengelola perusahaan seperti ini. Walaupun Glen sering kali kelelahan, dan berujung emosi.

Berbeda dengan kita, yang berfikir bahwa perusahaan Glen ini hebat. Akiko justru berfikir, kalau perusahaan ini 45% mendukung kejahatan. Seperti Glen, yang suka menggunakan pistol untuk hal yang salah. Tapi berbeda dengan pandangan publik. Mereka berfikir, perusahaan Glen ini membantu dalam pelatihan militer. Bahkan, Glen menjalin hubungan baik dengan kepolisian disana.

"Aiko, kemari," pinta Glen pada Akiko. Yang sedang duduk, menyelesaikan beberapa tumpukan kertas. Meja Akiko, berada di,dalam ruangan Glen. Padahal Akiko mengira, dia akan bekerja bersama karyawan yang lain. Tapi tidak. Selama 24 jam Akiko bersama Glen terus.

"Kau suka yang mana?" tanya Glen. Sambil menunjukkan model pistol, yang baru di release.

"Ini," jawab Akiko cepat, sambil menjujuk ke arah layar komputer. Akiko hanya ingin bergegas menyelesaikan pekerjaannya, yaitu sebagai penerjemah. Serta mengurus penandatanganan kontrak. Akiko yang akan meneruskan kontrak tersebut pada Glen, dan Glen tinggal menyetujuinya.

Tapi, Akiko merasa menjadi pengasuh Glen dari pada Asisten–nya. Glen sering kali meminta Akiko melakukan sesuatu, diluar pekerjaan kantor. Seperti, menyuruh Akiko duduk di pangkuan–nya, dengan alasan agar mood Glen lebih bagus saat bekerja. Pekerjaan rumah juga Akiko lakukan, seperti masak dan bersih-bersih.

Akiko tidak terlalu merasa keberatan, karena Glen juga orang yang bersih. Tidak ada pakaian kotor yang tergeletak, atau sampah-sampah lain. Tapi yang membuat Akiko sedikit tidak nyaman adalah, Glen selalu meminta ciuman. Entah ingin mulai bekerja, pulang dari kantor, atau sebelum tidur. Akiko juga di gaji, sebesar 500 dolar, yang menurut Akiko lumayan besar.

"Ambilkan aku kopi," ujar Glen saat Akiko, baru saja duduk di kursi–nya. Membuat gadis berambut pendek itu menghela nafasnya, kemudian melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan Glen yang menatap intens, seperti biasa.

"Manis," gumam Glen sambil memainkan jari–nya diatas meja.

Sebenarnya, ada cerita dibalik Glen yang memilih Akiko. Padahal Glen tahu, kalau Mr. Eloise memiliki dua putri. Awalnya, memang Glen akan memilih Keinara sebagai bayaran. Karena Keinara adalah anak pertama, jadi dialah pewaris kekayaan Mr. Eloise. Glen juga sempat mengamati Keinara selama beberapa hari, sebelum menemukan Akiko.

Lugu, pikir Glen saat pertama kali melihat Akiko. Malam itu, Glen berniat menghampiri Keinara. Namun saat dia sedang merokok, dia dikejutkan dengan seorang gadis yang meminta tolong pada–nya. Dia adalah, Akiko Eloise. Gadis yang Glen lihat beberapa waktu lalu, lewat foto. Glen, lebih tertarik pada gadis seperti Akiko. Di banding Keinara, yang berpenampilan dan bersikap layaknya wanita umum.

"Aku tidak mau membantumu," cibir Glen, menanggapi Akiko yang masih berharap banyak.

Glen pikir, Akiko akan menangis dan bersujud untuk meminta bantuan–nya. Namun tidak, Akiko bergegas mengambil anjingnya sendiri. Walau gadis itu harus mendapat luka tembak yang cukup parah di pundak–nya. "Bodoh," geram Glen.

Kenapa Akiko tidak memohon sebentar saja lagi? Padahal jika Akiko memohon sebentar saja, Glen akan membantunya. Dan itulah, yang membuat Glen tertarik pada Akiko. Sebelumnya, tidak ada gadis yang berani menghadapi kematian seperti Akiko. Dalam pandangan Akiko, seolah mengatakan. 'Lakukan saja, resikonya kita lihat nanti'.

"Ini," ujar Akiko zambil memberikan segelas kopi americano, pada Glen.

"Kenapa tanganmu?" tanya Glen saat melihat tangan Akiko yang memerah. Sepertinya terkena tumpahan kopi. "Obati dulu," lanjutnya.

Gadis Milik Tuan MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang