Singularity (1)

2.2K 194 30
                                        

Hari itu seharusnya menjadi hari yang membahagiaan bagi Kim Seokjin. Hari, di mana Kim Taehyung--sang adik--akhirnya pulang ke tanah kelahirannya setelah tiga tahun lamanya ia menetap di negri orang untuk menempuh sebuah pendidikan.

Seokjin begitu antusias mendengar kabar kepulangan Taehyung. Ia bahkan berinisiatif untuk menjemput sendiri adik semata wayangnya ke bandara--alih-alih menunggu di rumah-- dan membiarkan orang tua mereka saja yang menjemputnya.

"Tidak apa-apa, Eomma. Pekerjaanku juga tidak terlalu penting, kok."

"Lagi pula, aku tidak sabar untuk bertemu dengan anak nakal itu. Aku ingin jadi orang pertama yang menjewernya, karena telah membuatku jengkel setiap kali mendengar Appa dan Eomma yang terus berkata rindu padanya."

Itu jawaban yang Seokjin berikan pada kedua orang tuanya saat ia memaksa untuk menjemput Taehyung.

Terdapat sedikit bumbu kebohongan di sana. Karena yang sebenarnya, ia pun begitu merindukan adiknya.

Semua berjalan lancar seperti rencananya. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya pesawat yang ditumpangi Taehyung kini telah mendarat di bandara dengan selamat. Pemuda itu terlihat sedikit berteriak seraya melambaikan tangannya ketika melihat presensi sang kakak. Membuat Seokjin sedikit berjingkat, kemudian beranjak dari duduknya dan bergegas untuk menghampiri adiknya.

Keduanya melepas rindu untuk sesaat dengan sebuah pelukan hangat. Mereka tampak sedikit berbincang sembari berjalan menuju mobil Seokjin di parkiran.

Tidak ada yang aneh, semuanya tampak baik-baik saja hingga sekarang. Kakak beradik tersebut terus saja berbincang sepanjang perjalanan. Entah itu tentang bagaimana kehidupan Taehyung di negri orang, atau Seokjin, yang akhir-akhir ini mulai tertarik dengan bisnis makanan.

Namun, sayang. Sepertinya hal itu tidak berlangsung lama. Keanehan mulai Seokjin rasakan saat ia menyadari jika rem mobilnya tidak bekerja.

Suasana ribut seketika. Seokjin yang mulai panik tetap berusaha mengendalikan mobilnya seraya terus berteriak pada sang adik untuk melompat dari sana, guna menyelamatkan dirinya.

"Hyung bilang lompat, Taehyung-ah!"

Perintah dari Seokjin sama sekali tidak diperdulikan oleh Taehyung. Ia tentu tak seegois itu, untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan membiarkan kakaknya mati.

"Hyung benar-benar ingin membuatku terlihat nakal di mata Appa dan Eomma dengan menyuruhku melakukan itu, eoh?"

"Astaga. Jangan keras kepala dan lakukan saja perintah Hyung, Tae!"

"Tidak! Jika memang harus mati, maka kita akan mati bersama, Hyung!"

"Taehyung!"

Keduanya terus saja berdebat. Seokjin yang ingin adiknya selamat terus menyuruh Taehyung untuk melompat. Sedangkan Taehyung yang tak ingin meninggalkan sang kakak terus menolak dan membuat Seokjin merasa frustasi menghadapi adiknya sendiri.

Sementara itu, suasana semakin tidak terkendali saat mobil hitam milik Seokjin tampak berguling beberapa kali setelah berusaha menghindari truk besar yang melintas di hadapannya.

Mobil hitam tersebut nyaris hancur dengan keadaan terbalik.

Seluruh tubuh Seokjin terasa begitu remuk. Pandangannya mengabur, air matanya menetes sebelum akhirnya kesadarannya benar-benar terenggut paksa setelah melihat adiknya yang sudah lebih dulu menutup mata dengan posisi memeluk tubuhnya.

 Pandangannya mengabur, air matanya menetes sebelum akhirnya kesadarannya benar-benar terenggut paksa setelah melihat adiknya yang sudah lebih dulu menutup mata dengan posisi memeluk tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awalnya mau aku jadiin oneshoot. Tapi, kayanya kepanjangan, dh. Makanya aku jadiin twoshoot aja.

Iya, aku tau ini pendek banget, kok. Jadi, tunggu next partnya kalau mau puas bacanya, ya. Hehe ... :)

Oneshoot || KthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang