🐯🐣

1.3K 102 1
                                    

Taehyung paling tidak suka jika ada orang yang mengganggunya. Lebih-lebih itu kakak keduanya, yang mana sudah tercatat dalam daftar musuh bebuyutannya. 

"Eh, Dek. Kakak ... Kakak tidur sama Adek, ya, malem ini?"

Begitu kata Jimin. Kakak kedua sekaligus musuh bebuyutan Taehyung. Membuatnya tampak melirik bantal juga selimut di tangannya, lalu menggeleng tidak setuju sebagai jawabannya.

"Please, lah, Dek. Malem ini, aja."

Lagi, pemuda itu menggeleng, lantas dengan ketus berkata, "Ih, apaan sih, Kak? Kakak kan punya kamar sendiri, kenapa harus tidur di kamar Adek coba?"

Jika sudah begini saja si bantet Kim Jimin baru mencarinya. Ke mana dia saat Taehyung selalu diceramahi habis-habisan oleh kakak sulung mereka, lantaran sering kali melupakan tugasnya dan sibuk bermain video game?

Oh, tentu saja hanya diam menikmati keributan dan menjadi penonton.

"Kak Seokjin gak pulang malem ini, lho, Dek. Nginep di kantor, katanya," ujar Jimin, lagi.

Sementara Taehyung hanya memincingkan matanya sembari berkata, "Terus?"

"Tetangga sebelah kan baru aja meninggal, mana karena kecelakaan lagi. Terus, malem ini kan malem Jum'at, Dek."

Tawa mengejek lantas terdengar begitu menggelegar mana kala Jimin--kakaknya--menyelesaikan ucapannya.

"Astaga, jangan bilang Kakak takut, ya?"

"Ish, Adek, mah."

Jimin mencebik, kesal. Namun, meski begitu ia tetap tidak mengurungkan niatnya. Terbukti dengan ia yang hendak langsung masuk ke kamar sang adik, jika saja anak itu tidak lebih dulu mencegahnya dengan merentangkan kedua tangannya, tepat di hadapannya.

"Eh, eh, mau ke mana?"

"Masuklah. Kakak ngantuk, tahu!"

"Emangnya Adek udah ngijinin?"

"Dek .... "

"Gak! Kamar Adek udah sempit, ya. Kasur juga kecil banget, tuh. Mana bisa buat tidur berdua?"

Kalau itu sih murni akal-akalan Taehyung saja. Kasur king size miliknya lebih dari cukup untuknya dan sang Kakak tidur berdua.

"Tapi, Dek--" Perkataan Jimin terpotong, lantaran Taehyung sudah lebih dulu menutup rapat pintu kamarnya dan tidak membiarkan sang kakak menyelesaikan ucapannya.

"Dek, beneran ini, mah. Dek, Adek, dengerin Kakak dulu! Adek!!"

***
Setelah dengan teganya membiarkan sang kakak berdiri dengan gemetar karena ketakutan di depan pintu kamarnya. Pemuda itu--Kim Taehyung--justru kini tengah asik memainkan video game di ponsel pintarnya.

Ya, nampaknya ia benar-benar tidak peduli dengan Jimin.

Pemuda itu terus berteriak, bahkan melompat layaknya anak kecil saat berhasil mengalahkan lawannya.

Namun, kesenangan itu tak berlangsung lama lantaran lampu di kamarnya tiba-tiba saja mati dan membuatnya bingung sendiri.

Tunggu, kakak sulungnya tidak mungkin lupa membayar tagihan listrik bulan ini, kan?

"Pasti kerjaan Kak Jimin, nih," gumamnya, menyadari jika perkiraan pertama mustahil untuk terjadi.

Mereka ini kan banyak duit alias tajir melintir. Mana mungkin bisa nunggak tagihan listrik? 

"Kak Jimin, tolong nyalain lampunya. Atau mau Adek aduin sama Kak Seokjin, nih?!" ancam Taehyung.

Namun, hening.

Benar-benar tidak ada jawaban sama sekali dari sang kakak.

"Jangan bercanda, deh, Kak. Gak lucu, tau!"

Kali ini, Taehyung menelan ludahnya sendiri saat lagi-lagi tak mendapati jawaban dari Jimin.

Ucapan sang kakak tentang tetangga mereka yang kecelakaan. Malam jum'at. Serta bayangan-bayangan setan yang sering kali Taehyung tonton seketika berputar di otaknya tanpa diminta.

Hal itu berhasil membuat suasana di sekitarnya tiba-tiba saja terasa begitu mencekam hingga bulu kuduknya berdiri semua.

Perlahan, Taehyung mulai beranjak dari tempatnya. Pemuda itu melempar asal ponsel di tangannya, lantas berjalan dengan waspada menuju pintu kamarnya.

"Kak?"

Taehyung masih berusaha memanggil sang kakak. Meskipun ragu, ia masih mencoba berpikir positif jika semua ini memang ulah kakak laknatnya.

"Kak Jimin?"

Tidak-tidak, Taehyung tidak percaya dengan makhluk tak kasat mata.

"Kak--"

Taehyung tak kuasa untuk melanjutkan perkataannya. Tubuhnya gemetar, kedua bola matanya bahkan hampir melompat keluar saat melihat penampakan di hadapannya.

Wajah serta baju serba putih, juga rambut yang tergerai begitu panjang sukses membuat Kim Taehyung lari terbirit-birit menuju ranjangnya.

"S-setan ... s-setan. Huaa! Setaann!!"

Pemuda itu berteriak, lalu memilih untuk menggulung tubuhnya dengan selimut tebal miliknya.

Menyisakan tawa meledak dari orang yang dirinya sangka sebagai setan.

"Bwuahahaha, astaga ... hahaha. "

Jimin--yang Taehyung kira adalah setan. Tertawa sampai mengeluarkan air mata, seraya melepas wig juga kain putih di tubuhnya.

"Lagaknya aja sok berani. Tapi, ditakut-takutin gini aja udah ketakutan kaya orang mau mati. Hahaha," lanjut Jimin, masih dengan tawa menjengkelkannya.

Taehyung?

Pemuda itu total cengo. Acara menangisnya yang baru saja akan di mulai sontak terhenti, saat menyadari jika ternyata ia telah dipermainkan oleh kakaknya sendiri.

"KAK JIMINNN!" teriaknya, lantas berlari mengejar sang kakak yang sudah berada di depan sana.

Awas saja, Taehyung tidak akan mengampuni kakak bantetnya ini!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oneshoot || KthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang