Friend

6.7K 326 10
                                    


"Hyung, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu," ujar namja bernama Kim Taehyung, pada kakaknya, Kim Seokjin.

"Maaf, Tae. Hyung sedang sangat lelah. Nanti saja yah kita bicara," tolak Seokjin lalu melenggang pergi ke kamarnya

"Tapi, Hyung ... aish, selalu saja begini, kapan dia punya waktu untuk adiknya," gerutunya tak jelas.

Itulah yang selalu saja terjadi pada kakak beradik tersebut, Taehyung sungguh merasa bosan dengan sikap kakaknya itu. Sebenarnya dia hanya menginginkan perhatian dari kakaknya, tapi Seokjin? Dia terus saja sibuk dengan pekerjaannya. Mungkin karena Seokjin lah yang harus mencukupi kebutuhannya dan juga Taehyung, jadi, dia jarang menghabiskan waktu bersama adiknya.

Beruntung Taehyung memiliki sahabat yang selalu ada dan siap mendengarkan segala keluh kesahnya. Setiap Taehyung punya masalah, atau dia butuh seseorang yang bisa mengerti dirinya, pasti Taehyung akan langsung datang pada sahabatnya itu.

Jimin, Park Jimin. Dialah sahabat sekaligus tempat Taehyung mencurahkan segala isi hatinya.

"Ada apa lagi? Apa masih masalah yang sama?" tanya Jimin pada Taehyung, yang kini sudah berada di sampingnya.

"Hm ... begitulah, dia tidak pernah berubah! Aku hanya menginginkan perhatiannya saja, apa itu salah?" jawab Taehyung.

Jimin tersenyum simpul mendengar keluhan Taehyung, ia tahu betul masalah apa yang membuat sahabatnya ini resah.

"Ayolah Tae, mungkin Kakakmu memang lelah. Dia bekerja seharian untuk mencukupi kehidupan kalian berdua, belum lagi dia juga harus membayar uang sekolahmu, cobalah mengerti posisi Kakakmu itu," jelas Jimin mencoba meyakinkan Taehyung.

"Mungkin kau benar," balas Taehyung.

"Tapi, aku sungguh sangat berterima kasih padamu, Jim! Kau selalu ada untuk mendengarkan curhatanku ini."

"Siapa bilang aku akan selalu ada? Suatu hari kau harus bisa menyelesaikan masalahmu sendiri. Kau tidak bisa selalu curhat padaku, dan membuat kepalaku pusing karena curhatanmu itu, bodoh!" pekik Jimin seraya menjitak kepala Taehyung.

" Yaak, kau tidak perlu memukul kepalaku!"

"Haha, biar saja, mungkin otakmu itu bisa kembali ke tempatnya," kekeh Jimin.

"Hey, apa maksudmu?! Otakku ini sudah berada tepat di tempatnya. Kalau tidak mana mungkin aku selalu mendapat peringkat pertama di kelasku," jawab Taehyung kembali membuat Jimin terkekeh.

"Peringkat pertama dari yang terakhir, bukan? Kkk, jangan mencoba membodohiku, aku tau semua tentangmu, Taehyung-ah," kata Jimin dengan tawa menjengkelkannya.

"Aku juga tahu, pasti kau juga belum makan karena sibuk bertengkar dengan kakakmu," lanjutnya. Sepertinya Jimin memang benar-benar memahami sahabatnya ini.

"Kau ini! Kenapa kau selalu tau semua tentangku? Jika kau terus begini, tidak ada yang bisa aku sembunyikan darimu."

"Tidak ada yang bisa kau sembunyikan dariku, sudah ini, makanlah!" tukas Jimin, menyodorkan sepotong roti yang entah dari mana asalnya pada Taehyung.

"Tapi, apa kau sudah makan?" tanya Taehyung.

"Hm, aku sudah memakannya tadi," bohong Jimin.

"Kau pikir hanya kau yang tahu semua tentangku, hm? aku juga tau saat kau sedang berbohong atau tidak. Dan sekarang kau sedang berbohong, kan? Sudah, kita bagi dua saja rotinya."

"Rotinya sudah cukup kecil, kalau kita membagi dua, apa masih akan terasa? Kau makan sajalah, aku sudah kenyang."

"Kenyang makan angin! Kau ini tidak lihai dalam hal berbohong, kalau kau tidak mau, yasudah! Aku juga tidak mau memakannya."

Oneshoot || KthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang