Singularity (2)

2K 188 30
                                        

"Ada apa ini? Sebenarnya di mana Taehyung-ie, Eomma?"

Entah sudah berapakali pertanyaan tersebut keluar dari mulut Seokjin. Setiap hari--atau, lebih tepatnya setelah ia terbangun dari kecelakaan yang membuatnya harus tertidur selama tiga bulan--Seokjin terus mengulangi pertanyaannya karena tak kunjung mendapatkan jawaban.

Satu minggu telah berlalu. Namun, hingga sekarang kedua orang tuanya tetap saja bungkam setiap kali ia menanyakan kabar sang Adik yang saat itu juga ikut menjadi korban kecelakaan.

Hal tersebut tentu saja membuat Seokjin tak tenang, mengingat kondisi Taehyung yang ia yakini lebih parah darinya lantaran berusaha untuk melindunginya.

Tidak cukup sampai di situ, percakapan orang tuanya yang tidak sengaja ia dengar membuatnya semakin tidak bisa berpikir tenang.

"Apa maksud kalian, dengan menyembunyikan kebenaran tentang Taehyung?"

Ya, ini tentang Adiknya.

Seokjin yakin, ia tidak salah dengar. Telinganya masih berfungsi dengan baik, dan dengan jelas mendengar saat sang Ibu meminta pada sang Ayah untuk tidak menyinggung apa pun tentang Taehyung di hadapannya. Dalam artian, merahasiakan fakta, termasuk keadaan sang Adik darinya.

"Taehyung Adikku, Eomma. Aku berhak tahu di mana dia dan bagaimana keadaannya, kan?" ujarnya, berharap jika kali ini ia akan mendapat jawaban dari pertanyaannya.

Namun, melihat keraguan di mata sang Ayah juga Ibunya, Seokjin semakin yakin jika ada yang tidak beres di sini.

"Eomma?" 

Kali ini Seokjin menatap sang Ibu dengan tatapan memohon dengan harapan jika Ibunya akan bersedia berbicara guna menghilangkan semua kebingungannya. Namun, tidak. Sang Ibu justru berpaling, lalu memilih untuk keluar dari ruang rawatnya.

"Apa Appa juga akan tetap diam seperti ini, eoh?"

"Sudah malam, Jin-ah. Istirahat dan tidurlah. Jangan pikirkan apa pun, itu tidak baik untuk kesehatanmu."

Sudah cukup, Seokjin benar-benar tidak bisa menerima semua ini lagi. Di satu sisi mereka meminta Seokjin untuk tenang. Namun, di sisi lain mereka justru membuat hidupnya tidak bisa tenang barang sedetik pun dengan menyembunyikan semua fakta tentang Taehyung.

Sungguh, sebenarnya apa yang orang tuanya pikirkan dengan terus mengatakan alasan-alasan tak masuk akal padanya? Seokjin bukanlah anak kecil yang bisa untuk mereka bodohi.

Jika memang orang tuanya tidak bisa diajak untuk bernegosiasi. Maka, terpaksa Seokjin yang akan mencari tahu kebenarannya sendiri.

*****
Kesal lantaran tak kunjung mendapat kepastian dari Ayah beserta Ibunya,  Seokjin berencana akan pergi--mencari tahu sendiri apa yang terjadi pada Taehyung-- tanpa sepengetahuan dari mereka.

Namun, sepertinya hal itu hanya akan menjadi rencananya karena paginya--saat Seokjin baru saja membuka mata--dirinya justru dikejutkan dengan presensi sang Adik yang tengah duduk di dekat brankarnya, seraya tersenyum begitu manis padanya.

Pemuda itu bahkan sampai mengucek kedua matanya, merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Hyung, sudah bangun?"

Tidak ada jawaban dari Seokjin. Nampaknya ia masih tidak percaya jika pemuda yang kini berada tepat di sebelahnya adalah Taehyung, Adiknya.

"T-taehyung-ie?"

Senyum manis kembali Taehyung berikan mendengar lirihan dari sang Kakak. "Ya, Hyung. Ini Taehyung ... Taetae, Adiknya Seokjin-ie Hyung."

Oneshoot || KthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang