Spring Day (1)

3.1K 229 37
                                        

"Tunggu Hyung di sini, Taehyungie. Hyung janji, akan menjemput Taehyung di musim semi yang berikutnya, arra?"

Sepenggal kalimat itu kembali berputar di kepalanya. Sepenggal kalimat, juga sebuah janji yang membuat bocah kecil berumur delapan tahun tersebut terus berharap, serta menunggu kapan sang kakak akan menepati janjinya padanya.

"Sebentar lagi musim semi. Dan, ini akan menjadi musim semi ketiga yang aku lewati tanpa kehadiranmu, Yoongi Hyung."

Ada duka di sana, terlihat jelas dari kedua mata elangnya yang nampaknya sudah mulai berkaca-kaca. Bocah itu tersenyum paksa, menatap langit jingga di balik jendela kamar panti, yang hampir tiga tahun ini menjadi rumah keduanya setelah ditinggal pergi oleh kakaknya-- Kim Yoongi.

"Kapan Hyungie mau menjemput Tae?"

Pada akhirnya, air mata itu mengalir dari pelupuk matanya. Rasa rindunya pada sang kakak benar-benar membuat Taehyung tersiksa. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat, entah berapa banyak hari yang sudah Taehyung lewati tanpa kehadiran Yoongi.

Rasa kecewa tentu saja ada, mengingat janji sang kakak yang sampai saat ini belum juga ia tepati. Pun, kakaknya juga seolah menghilang di telan bumi hingga tak berniat untuk mengabarinya sama sekali.

Namun, balik lagi. Taehyung hanyalah seorang anak kecil yang masih sangat membutuhkan kasih sayang dari kakaknya. Setelah kepergian kedua orang tua mereka akibat tragedi kebakaran, yang juga membuat keduanya kehilangan rumahnya, hanya Yoongi lah satu-satunya keluarga yang Taehyung punya. Yoongi lah satu-satunya harapan, juga tumpuan hidup Taehyung untuk tetap semangat melewati segala tantangan baru di masa depan.

Taehyung bisa saja egois, ia bisa saja memilih untuk memulai kehidupan baru dan membuat keluarganya kembali sempurna dengan menerima semua permintaan orang baik hati, yang mungkin kurang beruntung dan memilihnya untuk jadi bagian dari keluarga mereka.

Namun, sekali lagi, tidak. Berapa banyak pun orang yang ingin mengangkatnya sebagai anak, entah itu dari keluarga berada atau tidak, Taehyung pasti akan menolak karena keyakinannya pada sang kakak.

Yah, sampai sekarang bocah itu masih berharap. Masih berpegang teguh pada keyakinannya pada sang kakak, dan percaya jika suatu saat nanti kakaknya pasti akan datang dan menjemputnya.

Jika sampai Taehyung pergi, Yoongi Hyung-nya pasti akan sedih. Kakaknya akan bingung, ke mana ia akan mencarinya jika Taehyung benar-benar meninggalkan panti.

Karena itu lah, Taehyung akan tetap menunggu. Taehyung akan tetap berada panti asuhan itu, menunggu kakaknya datang, meski berapa banyak pun musim semi yang harus ia lewati.

"Taehyungie?"

Suara itu berhasil membuat Taehyung tersadar dari lamunannya. Itu ibu panti, wanita baik hati yang sudah menjaga dan merawat Taehyung serta anak-anak lain yang bernasib sama dengannya selama ini.

"Iya, Bu," balas Taehyung.

Taehyung mulai beranjak dari tempatnya, melangkah keluar dari kamarnya, lalu menghampiri wanita yang ia sebut sebagai 'Ibu' itu, serta anak-anak panti yang lainnya.

"Ucapkan terima kasih pada Paman dan Bibi ini, Sayang. Doakan juga, semoga putra bungsu mereka lekas sembuh dari sakitnya," ujar Ibu panti.

Taehyung mengangguk. Ia mengerti, jika kedua orang dewasa yang sekarang berada di hadapannya pasti adalah salah satu donatur yang membuat panti asuhan tempatnya tinggal bisa berdiri sampai saat ini.

"Terima kasih banyak atas bantuannya, Paman. Semoga Tuhan mengabulkan semua permintaan Paman dan Bibi."

Bocah itu tersenyum manis, lantas mencium tangan pasangan pria dan wanita itu, dan membuat wanita tersebut begitu gemas hingga tak bisa untuk tidak mengusak lembut surai bocah yang sepertinya seumuran dengan putra bungsunya.

"Manis sekali," ujarnya kemudian.

Taehyung? Bocah itu hanya tersenyum menanggapi, hendak kembali masuk ke dalam kamarnya, jika saja kedua matanya tidak lebih dulu melihat siluet seseorang yang selama ini telah ditunggunya.

"Y-yoongi Hyung?" gumamnya tak percaya.

Entah kenapa, air mata seketika mengalir kembali membasahi pipi mulusnya. Sesuatu dalam hatinya seakan berontak meminta untuk di keluarkan, membuatnya mengabaikan semua orang dan mulai melangkah keluar menuju sang kakak.

"T-tidak, kau tidak salah lihat, Tae. I-itu Yoongi Hyung, hiks ... Y-yoongi Hyung."

Apa kah penantiannya sudah berakhir? Musim dingin memang hanya tinggal menghitung hari, apa itu berarti jika musim semi kali ini kakaknya akan benar-benar menepati janjinya dan membawa Taehyung pergi dari sana?

"Yoongi Hyung!"

Bukan lagi lirihan, tetapi teriakan melengking yang sekarang Taehyung lakukan. Membuat pemuda yang kira-kira berusia tiga belas tahun, yang sedari tadi hanya berdiri diam di samping mobilnya menoleh, dan langsung membeku di tempatnya melihat siluet Taehyung di sana.

"T-taehyungie?" lirihnya begitu pelan.

Bukan lagi keterkejutan, melainkan ketakutanlah yang terlihat begitu jelas di garis wajahnya yang tegas nan tampan.

Sebisa mungkin ia mencoba mengendalikan dirinya, pemuda yang sebenarnya lebih pantas disebut bocah itu bahkan hanya terdiam saat Taehyung mulai berlari dan memeluk erat tubuhnya saat ini.

"Y-yoongi Hyung, hiks. K-kenapa lama sekali? T-tae rindu, hiks ... rindu sekali sama Hyungie."

Taehyung menangis sesenggukan, rasa haru dan bahagia seketika menyelubungi hatinya. Bocah itu terus menangis, menyalurkan rasa rindunya yang tiga tahun ini sudah ia tahan, tanpa peduli pada orang yang ia sebut sebagai kakaknya bahkan tak membalas pelukannya sama sekali.

"Kau mengenalnya, Yoongi?"

Suara itu berhasil membuat Yoongi tersadar dari lamunannya. Perlahan tapi pasti Yoongi melepaskan pelukan Taehyung darinya, kemudian menatap pemilik suara itu dengan tatapan polosnya.

"Tidak, Yoongi tidak mengenalnya, Eomma."

Begitu ringan, ucapan tersebut keluar begitu saja dari mulutnya tanpa beban. Membuat Taehyung yang saat ini tengah berada di sampingnya sontak menatap kakaknya dengan pandangan tak percaya.

"Y-yoongi Hyung, kau--"

"K-kalian sudah selesai, kan? K-kajja, kita pulang. Dongsaengie pasti sudah menunggu di rumah," potongnya, kemudian menarik paksa tangan sang ayah untuk masuk ke dalam mobil miliknya.

Meninggalkan Taehyung, yang hanya bisa menatap kakaknya penuh tanda tanya.

"Kapan-kapan kami akan berkunjung lagi. Sampai jumpa di lain hari, anak manis."

Perkataan wanita cantik tersebut nyatanya hanya dianggap angin lalu oleh Taehyung. Bocah itu hanya terdiam, menatap nyalang mobil sang kakak yang perlahan-lahan mulai menghilang dari pandangannya.

"Pembohong," lirihnya tanpa ekspresi.

Tidak ada lagi air mata, hanya tatapan penuh luka yang terpancar begitu jelas dari kedua mata elangnya.


Tbc ....

Setelah setengah abad saya balek lagi, masih adakah yang nunggu cerita ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah setengah abad saya balek lagi, masih adakah yang nunggu cerita ini?

Kayanya gak ada kan, yah? Wkwk :v

Oneshoot || KthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang