Rasanya baru kemarin Yoongi bertemu lagi dengan adik kecilnya. Baru kemarin, Yoongi melihat kembali wajah manis sang adik setelah sekian lama. Membelai lembut surai hitam lekat miliknya, sebelum akhirnya ia pergi untuk kembali pada keluarga barunya.
Jika Yoongi tahu akhirnya akan seperti ini, jika Yoongi tahu hari itu akan jadi hari terakhirnya bersama sang adik, mungkin akan lebih baik jika ia tak kembali dan membuat adiknya tetap hidup dengan semua harapan palsu yang telah ia beri.
"I-ini tidak m-mungkin. Taehyung ... Taehyungie pasti hanya sedang main-main saja dengan Hyung, kan?"
Kendati kedua mata kepalanya sendiri melihat tubuh kurus sang adik yang sekarang ini tengah terbujur kaku di hadapannya, tetap saja Yoongi merasa semuanya hanya sebuah fata morgana.
Kejadian ini begitu cepat, begitu tidak terduga hingga rasanya Yoongi tidak bisa menerima semua fakta yang ada.
"Tae boleh marah sama Hyung, Tae boleh benci sama Hyung selama yang Taehyung mau. Tapi, tolong, tolong jangan hukum Hyung dengan cara seperti ini."
Isakan itu perlahan mulai keluar dari mulutnya, bersamaan dengan cairan sebening kristal yang kini sudah berhasil membasahi pipi mulusnya.
"H-hyung sudah kembali, Hyung di sini untuk menjemput Taehyungie seperti janji Hyung pada saat musim semi. Taehyung, hiks ... Taehyung tidak mau pulang sama Hyung, eoh?"
Demi Tuhan, Yoongi benar-benar tidak bisa jika harus melepas adiknya pergi dengan cara seperti ini. Yoongi akui jika ia memang egois, Yoongi terlalu mementingkan dirinya sendiri, dan bahkan mengabaikan sang adik karena terlalu takut untuk kehilangan semua yang telah ia dapat dari keluarga Park.
Namun, sungguh. Yoongi jauh lebih takut jika harus kehilangan adiknya. Yoongi menyayangi Taehyung, tidak pernah sedikit pun Yoongi berharap hal buruk menimpa Taehyung.
"Hyung minta maaf. Hiks, Hyung minta maaf, Tae. Hyung menyesal, sungguh. Maafkan Hyung, Taehyungie. Maaf."
Yoongi beralih memeluk erat tubuh Taehyung, rentetan kata maaf terus keluar dari mulutnya meskipun ia tahu semuanya hanya akan sia-sia.
Yoongi terus menangis, anak itu sama sekali tidak mempedulikan Ibu Panti, atau semua orang yang kini tengah menatapnya penuh iba.
Yoongi hanya ingin Taehyung-nya kembali.
"Yoon, Yoongi. Dengarkan Eomma, hm? Taehyung sudah pergi, ikhlaskan dia dan biarkan mereka membawanya, sayang," ujar Nyonya Park seraya memegang bahu kecil sang putra.
Tidak bisa dipungkiri, Nyonya Park juga terkejut dengan fakta jika selama ini Yoongi memiliki adik yang tidak pernah ia dan keluarganya ketahui.
Nyonya Park dan suaminya pun baru mengetahui kebenaran ini saat pagi tadi Ibu Panti mengabari mereka bahwa Taehyung-- salah seorang anak panti yang beberapa hari lalu baru saja ia kunjungi telah tewas akibat jatuh dari bukit belakang Panti, setelah semalaman kritis karena benturan keras yang anak itu dapat di kepalanya.
Saat itu Yoongi langsung histeris, Yoongi hanya terus menangis sebelum akhirnya mengatakan kebenaran yang selama ini ia sembunyikan.
"Yoongi menyayangi Taehyung, kan? Jadi, ikhlaskan Taehyung, ya? Biarkan Taehyung pergi agar jiwanya juga bisa beristirahat dengan tenang, Nak."
Nyonya Park masih terus berusaha untuk membujuk sang putra. Pasalnya, sejak tadi Yoongi tidak membiarkan orang-orang yang akan membawa jasad adiknya untuk menyentuhnya barang sedikit saja.
"Tidak, mereka tidak bisa membawa adikku pergi, Eomma! Taehyung--"
"Tolong, jangan mempersulit jalannya lagi. Sudah cukup kau memberikannya luka hingga membuatnya harus memilih jalan ini, Kim Yoongi."
Perkataan yang baru saja Ibu Panti lontarkan sontak berhasil membuat Yoongi terdiam. Kedua matanya yang sedari tadi hanya sibuk menatap wajah sang adik, kini beralih pada seorang wanita paruh baya yang juga tengah mati-matian menahan tangisnya.
"Maaf mengatakan ini. Namun, kemana saja kau selama ini? Apa belum cukup kau membuat adikmu tersiksa selama tiga tahun, belum cukup kau membuatnya menunggu, hingga kau kembali hanya untuk memberikannya luka baru dengan cara menghancurkan harapan juga keyakinannya padamu?"
Sedikitnya, Ibu Panti juga tahu cerita Taehyung dan kakaknya. Ia tahu, betapa besar keinginan anak itu untuk kembali bertemu dengan sang kakak. Namun, wanita itu tidak tahu bahwa Yoongi adalah kakaknya. Ia tidak tahu, jika anak dari Nyonya Park lah alasan dari diamnya Taehyung selama beberapa hari sebelum anak itu tiada.
Jika saja ia tahu, ia pasti ia tidak akan membiarkan Taehyung bertemu dengan Yoongi hingga berakhir dengan kepergiannya pada Sang Ilahi.
"Sekarang kau sudah tidak ada hak lagi untuk mencegah Taehyung. Jika bukan di dunia, setidaknya biarkan adikmu bahagia dengan menemui kedua orang tuanya," lanjutnya. Wanita itu lantas menghapus kasar air matanya, lalu memerintahkan orang-orang itu untuk membawa Taehyung pergi dari sana.
"Tidak, jangan bawa Taehyung pergi! Jangan biarkan mereka membawa adikku pergi, Eomma! Yoongi belum minta maaf sama Taehyung, Yoongi ingin Taehyung, Eomma! Yoongi--"
"Sst, jangan menangis. Eomma di sini, ikhlaskan adikmu pergi, Yoongi."
Pada akhirnya, Yoongi tidak bisa apa-apa. Anak itu hanya bisa menangis dalam pelukan ibu angkatnya saat orang-orang itu mulai mengangkat tubuh sang adik, lalu membawanya pergi menuju peristirahatan terakhirnya bersama Ibu, dan beberapa anak panti yang lainnya.
*****
Waktu terus berlalu, tak terasa satu tahun sudah sejak kepergian Taehyung. Namun, sepertinya waktu itu tidak cukup untuk menyembuhkan luka hati seorang Kim Yoongi.Luka itu terlalu dalam, hingga rasanya tidak bisa disembuhkan meski berapa lama pun waktu yang nantinya akan ia terjang. Penyesalan dalam dirinya sudah benar-benar membuat Yoongi terjebak dalam masa lalunya yang kelam. Bayangan di mana adiknya menangis, bayangan di mana adiknya pergi untuk selamanya dari dunia ini terus saja menghantuinya setiap malam.
Kepergian Taehyung nyatanya memberikan dampak yang begitu besar untuk Yoongi. Tak sehari pun anak itu lewati tanpa menyesali semua kebodohan, juga keegoisannya yang tanpa sadar mengantar adiknya sendiri ke dalam jurang kematian.
Jika Tuhan mengijinkan, mungkin sudah sejak lama Yoongi menyusul adiknya agar ia bisa terlepas dari rasa penyelasan yang membuat jiwanya mati secara perlahan.
Namun, tidak. Sepertinya Tuhan juga ingin memberikannya hukuman. Tuhan belum rela Yoongi menyusul Taehyung, hingga tak membiarkannya mati, meski setelah berapa banyakpun ia melakukan percobaan bunuh diri.
"Sudah lama sejak terakhir kali Eomma berkunjung, ya? Eomma minta maaf, hm? Jimin sudah masuk sekolah lagi, Ayah-mu juga sibuk terus di kantor hingga kadang bahkan lupa pada Eomma dan adikmu, Yoon," ujarnya, dengan harapan jika sang putra akan merespon semua perkataannya.
"Yoongi kangen Eomma, tidak?"
Namun, tidak ada jawaban. Hanya tatapan kosong yang Yoongi berikan, yang berhasil membuat hati Nyonya Park begitu sakit melihat keadaan anak angkat yang sudah ia anggap sebagai anak kandungnya sendiri.
"Yoongi tidak lelah terus seperti ini, eoh? Jimin merindukan Yoongi, dia--"
"Eomma," potong Yoongi, membuat senyuman terukir di bibir wanita paruh baya yang sekarang ini tengah duduk di sampingnya.
"Sudah musim semi, ya?" ujarnya.
Kedua mata sipitnya beralih menatap begitu banyak bunga, yang kini sudah bermekaran di taman rumah sakit yang beberapa bulan ini sudah ia tinggali.
"Taehyungie pasti sedang menunggu Yoongi. Antarkan Yoongi untuk menemui Taehyung, ya, Eomma?"
Senyuman di bibirnya luntur begitu saja saat Yoongi melanjutkan ucapannya. Tanpa sadar, air mata yang sedari ia coba tahan kini mengalir begitu saja membasahi pipi, saat lagi dan lagi ia harus menerima fakta jika Yoongi-nya tidak sama lagi.
Ya, Kim Yoongi. Bocah empat belas tahun itu berakhir depresi karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa adiknya telah pergi.
_Fin_
Udah gak gantung lagi, kan?
Puas belum Yoongi kena kurma? Wkwk

KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot || Kth
NouvellesKumpulan one shoot, two shoot, dengan cast BTS Taehyung di dalamnya.