Umurnya baru sepuluh tahun saat insiden kebakaran yang menewaskan kedua orang tuanya itu terjadi. Bocah kecil, yang tidak lain adalah Kim Yoongi benar-benar dibuat kacau dengan insiden yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Semuanya kebahagiaannya seakan ikut terbakar bersama kematian kedua orang tuanya.Setelahnya Yoongi tidak tahu harus berbuat apa. Mengingat ia yang tidak memiliki keluarga lain selain sang mendiang orang tua, membuat Yoongi mau tidak mau harus mengajak adiknya turun ke jalanan sesaat setelah pemakaman ayah dan ibu mereka.
Tiga hari Yoongi mencoba untuk bertahan, bocah itu tetap mencoba untuk bertahan hidup dengan uang yang ia dapat dari hasil mengamen atau pun menjual koran.
Jangan tanya di mana mereka tinggal, karena Yoongi bahkan malu untuk menyebut dirinya sebagai seorang kakak saat ia bahkan tidak bisa memberikan kenyamanan untuk sang adik dengan membuatnya tidur di emperan toko setiap malam. Jika boleh jujur, Yoongi lelah. Begitu lelah, hingga rasanya ingin mengeluh kepada Tuhan kenapa Ia memberikannya tanggung jawab begitu besar di usianya yang terbilang masih belia.
Hari demi hari Yoongi lewati, bocah itu berusaha untuk tetap sabar dan menjaga kewarasannya. Namun, tetap saja. Yoongi hanyalah seorang bocah yang bahkan belum sepenuhnya mengerti arti dari sebuah tanggung jawab. Membuatnya memilih pergi, saat merasa benar-benar sudah tidak tahan dengan semua keadaan yang seolah memaksanya untuk menyerah.
Hari itu, di hari ketujuh setelah kepergian kedua orang tuanya, serta musim semi yang saat itu tengah terjadi, Kim Yoongi memilih untuk pergi. Yoongi memilih egois dan mencari kebahagiannya sendiri setelah meninggalkan Kim Taehyung-- adiknya, dengan semua janji manisnya.
*****
"Jangan seperti ini, Taehyungie. Kau bisa sakit jika terus-terusan begini."Ujaran sarat akan kekhawatiran itu terucap dari bibir Ibu Panti, yang sekarang tengah berada di hadapan Taehyung. Wanita itu tidak tahu apa yang terjadi, ia benar-benar dibuat bingung dengan perubahan derastis salah satu anak asuhnya selama beberapa hari belakangan ini.
"Taehyungie baik-baik saja, Bu."
Kendati bibirnya berkata begitu, ia tahu pasti ada yang salah di sini. Taehyung memang bukan anak yang ceria, tetapi ia juga bukan anak yang akan selalu mengurung diri di kamarnya, bahkan enggan untuk bermain dengan teman-teman sebayanya seperti biasanya.
Entah apa yang sudah ia lewatkan, hingga membuat Taehyung menjadi anak yang begitu pendiam. Bocah itu seakan sudah kehilangan semangat hidupnya, binar bahagia sudah tidak bisa ia lihat lagi di kedua mata elangnya. Yang ada hanya tatapan datar, yang membuat hatinya seakan diremat tiap kali memandang tatapan penuh kehampaan yang tersirat begitu jelas dari kedua mata miliknya.
"Taehyungie ada masalah apa? Bisa ceritakan sama Ibu biar hati Taehyung menjadi lega, heum?" tanyanya lembut.
Namun, bukan jawaban, melainkan air matalah yang justru keluar dari pelupuk matanya dan membasahi pipi mulusnya.
"T-taehyungie ...."
Tidak tahan lagi, wanita itu lantas langsung merengkuh tubuh mungil Taehyung. Dapat ia rasakan, tubuh Taehyung yang bergetar menahan tangis dipelukannya.
Setelahnya Ibu Panti hanya terdiam. Wanita itu semakin mempererat pelukannya, dan sesekali mengecup pelan puncak kepala Taehyung penuh sayang.
"Jangan menangis, sayang. Ibu akan selalu berada di sini untuk Taehyungie."
Ia kembali berujar lembut, sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamarnya setelah merebahkan tubuh Taehyung yang sempat tertidur pulas dipelukannya.
*****
Udara hangat di sekitarnya nyatanya tak mampu membuat hatinya kembali menghangat. Musim dingin memang telah berlalu, berganti dengan musim semi yang selama dua tahun ini ia nanti-nanti. Namun, sepertinya tidak dengan tahun ini. Tidak ada lagi yang perlu ia nanti, karena apa yang menjadi harapannya dari musim semi ini nyatanya sudah tidak berguna lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot || Kth
Short StoryKumpulan one shoot, two shoot, dengan cast BTS Taehyung di dalamnya.