Bright menatap malas langit-langit tempat yang akan ia tinggali selama beberapa waktu kedepan, menunggu informasi tentang barangnya yang hilang esok hari. Jika tidak dapat informasi, ia memutuskan akan membuat passport baru saja dan mengikhlaskan semua barangnya.
Habis mau bagaimana lagi? Tidak mungkin jika Bright akan tinggal terus disini jika tidak menemukan barang-barangnya. Rumahnya bukan disini.
Cklek
Itu Nani yang baru masuk dengan nampan yang berisi beberapa makanan di tangannya. Sampai lupa, sejak tadi mereka belum makan. Bahkan sejak kemarin.
Nani meletakkan nampannya di meja yang letaknya ga jauh dari tempat tidur mereka. Ia menghampiri Bright kemudian sedikit mengguncang kakinya yang menggantung di sisi tempat tidur.
"Makan dulu mas, ndak lapar kah?" Tanya Nani sambil mengambil makanannya dan dibawa ke atas tempat tidur.
"Itu apa?" Bright menjawab seraya mendudukkan dirinya.
"Ngga tau, saya asal pesen aja yang kira-kira enak dilihat," Jawab Nani santai yang mendapat tempeleng halus dari Bright.
"Pekok, enak dilihat emang udah tentu enak dimakan?!"
"Loh! Mas tau pekok juga toh, hahahaha ngakak mas,"
Bright cuma bales geleng-geleng kepala saja. Memang Nani sepertinya orang yang sangat random dan receh. Mungkin itu akan bisa membuat Bright tidak merasa bosan disini.
"Gak lucu,"
Nani yang tadinya masih ketawa lepas langsung terdiam setelah mendengar suara Bright barusan. Kemudian ia berdehem canggung dengan raut paniknya. Sudah dibilang, sejak awal Nani memang sudah merasa terintimidasi oleh Bright. Tidak tahu saja Bright aslinya seperti apa.
Sekarang gantian dengan Bright yang tertawa walau pelan karena menganggap Nani benar-benar sangat lucu. Padahal Bright berkata seperti itu hanya berniat bercanda, tidak tahu kalau Nani akan langsung memasang muka panik yang kocak seperti tadi.
"By the way, kita disini kalau ngga ada uang gimana anjir? Duit gue 'kan udah abis buat beli makanan," Kata Bright sambil mengunyah makanannya.
Memang benar, biaya makan mereka saat ini ditanggung oleh Bright dengan uang yang Bright taruh di sakunya. Untung uangnya masih aman, dompetnya juga ternyata masih aman di kantong celana. Kartu ATM masih aktif walau ngga ada isinya. Tapi tetap Alhamdulillah kata Bright.
"Kerja? Jalan satu-satunya itu doang sih mas," Jawab Nani.
"Huum, tapi gue bingung kerja dimana. Lo gapunya kenalan gitu disini?"
"Kalau punya juga saya lari ke dia mas, saya kan gamau susah,"
"Oh asu, kalo sama gue jadi susah gitu?"
Nani reflek menggeleng cepat sambil bikin tanda X menggunakan tangannya.
"Nggak mas anjir, gak gitu,"
Bright merotasi bola matanya malas. Kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan bersiap tidur. Selesainya, ia masih melihat Nani yang masih mengunyah tidak selesai-selesai daritadi. Padahal tadi yang makan duluan dia, tapi yang selesai duluan siapa.
"Lo yang beresin ya, gue mau tidur. Lama amat lo makan,"
Nani cuma ngangguk nurut dengan perkataan Bright barusan dengan mulut yang penuh makanan.
Disisi lain,
Setelah pulang dari tempat kejadian tersebut, Win lebih terlihat seperti orang sawan sekarang. Dari raut wajahnya yang tidak berhenti untuk tidak tersenyum. Terkadang ia akan tertawa sendiri memikirkan suara seseorang yang beberapa waktu menyapa indra pendengarnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
brisexual ; brightwin
FanficWin itu bukan homo cuma Bright-Sexual aja! Inget Win bukan homo! top!Bright bott!Win Harsh words🔞 semi baku