:
Hening. Suasana yang pas untuk menggambarkan keadaan dua pemuda yang lagi duduk di kasur masing-masing dengan perasaan canggung. Tidak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan sebelum Win bilang, "Bri, gue mau tidur."
Bright lantas menoleh, menaikkan satu alisnya terus nganggukin kepalanya singkat.
"So? Tidur tinggal tidur, nanti kalo misal ada orang tua lo dateng atau nelfon, gue bangunin," Jelas Bright.
"Tapi gue mau mandi," Kata Win lagi.
Sukses membuat Bright yang lagi mau minum nyaris tersedak dengan perkataan Win barusan. "Ya tinggal mandi? Lo mau mandi bareng gue? Ayo," Kata Brigh semangat 45.
"Maksud gue, tuntun gue ke kamar mandi. Cih, ogah." Bales Win dengan decihan di akhir kalimatnya.
"Oh ngomong dong, yaudah yuk sini kakak tuntun." Kata Bright dengan nada seakan lagi mengajak omong balita umur empat tahun, sambil mengacak pelan surai Win yang langsung ditepis kasar oleh sang pemilik.
"Jijik banget kakak kakak, males ah gausah. jalan sendiri aja," Kata Win. Berusaha berdiri sedikit susah payah karena masih merasa lemas dan rasa pening yang menghantam kepalanya tak kunjung menghilang.
Labil emang. Sebab Bright seakan memperlakukannya seperti bocah sejak ia pulang dari rumah sakit. Mana suaranya juga sambil di imut-imutin, sangat tidak cocok menurut Win. Selain ga cocok juga bikin jantung Win berdisko didalam sana, bener-bener bahaya kalo sampe kedengeran.
Bright mah juga iya aja kalo Win yang minta. Selagi Win mandi, Bright buat beberes barang-barangnya yang belum sempet dirapihin sejak sampai ke Jakarta tadi. Untung barang bawaannya ga begitu banyak. Ga cape-cape banget deh pas selesai beberes.
Selesainya, ia tiba-tiba kepikiran tentang temannya saat di Singapur kemarin. Ia berinisiatif buat ngambil ponselnya dan akan menghubunginya. Sebelum berpisah kemarin mereka sempat bertukar kontak. Itupun Nani yang berinisiatif ngajak. Kalo Bright sangat tidak bisa diharapkan.
Orang di ponselnya aja dia cuma nyimpen kontak Win doang. Nomor ortunya nomor togel alias cuma angka doang ga di save.
Sebenarnya gaada motif lain sih, cuma Bright kepo aja. Pengen tau itu anak udah sampe kampungnya dengan selamat belom. Akhirnya dia pencet tombol kamera di pojok kanan. Dan ga lama pun muncul suara dan gambar pemuda yang sedang duduk sambil minum secangkir teh dengan latar pemandangan pegunungan disebrang sana.
Tiba-tiba Bright jadi kepikiran buat ngajak Win liburan di kampungnya Nani. Nampaknya disana sangat sejuk dan asri. Pemandangannya juga sangat bagus kelihatannya. Bright tahu kalau Win paling suka dengan pemandangan.
Bahkan kalau disuruh menggambar pemandangan, ia akan menggambarkannnya dengan sangat detail. Lain dengan Bright yang malah akan menggambar dua gunung lancip dengan sawah yang berbentuk huruf V tidak lupa juga burung yang digambarkan dengan huruf M. Serta matahari yang digambar diantara gunung seakan-akan ingin terbit.
Mereka mengobrol nyaris tigapuluh menit lamanya. Dari mulai membahas ketika musibah itu menimpa mereka disana dan membahas hal-hal yang tidak penting. Gelak tawa Bright kadang terdengar samar dari dalam kamar mandi.
Apa ini? Hati Win tiba-tiba diliputi perasaan tidak tenang setelah mendengar Bright yang terlihat tertawa bahagia diluar sana. Ia sangat ragu untuk keluar dari kamar mandi, tidak siap untuk melihat Bright yang sedang bermesraan di telfon dengan—pacar barunya? Ah Win tidak tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
brisexual ; brightwin
FanfictionWin itu bukan homo cuma Bright-Sexual aja! Inget Win bukan homo! top!Bright bott!Win Harsh words🔞 semi baku