; 13

19.3K 1.5K 139
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gelisah. Satu kata yang cocok untuk mengekspresikan keadaan Win Metawin saat ini setelah mendengar berita tentang kecelakaan pesawat tersebut.

Hatinya sungguh tidak tenang ketika Dew bilang kalau itu pesawat yang akan ditumpangi Bright untuk pulang. Walau Win tahu masih ada kemungkinan kalau Bright akan selamat.

Tapi tetap saja. Kehendak Tuhan mana ada yang tahu bukan.

Sekarang Win cuma bisa mondar-mandir sambil menggigiti kuku jempolnya. Terkadang ia mengacak surainya frustasi karena tidak ada perkembangan dari berita tersebut.

Jujur saja, Win sudah lama tidak merasakan perasaan seperti ini. Terakhir kalinya adalah waktu neneknya meninggal karena kasus yang sama.

Beberapa tahun lalu, ketika sang nenek ingin datang berkunjung ke rumah sang ayah dan ibu tiba-tiba ia mendapat kabar kalau pesawat yang ditumpangi neneknya mengalami kecelakaan.

Pesawat sang nenek jatuh di tengah lautan yang membuat para tim SAR sedikit kesulitan untuk mengevakuasi para korbannya.

Win serta kedua orang tuanya selalu berharap adanya keajaiban kalau neneknya pasti masih selamat. Namun semua harapan itu pupus ketika mereka mendapat kabar kalau jasad neneknya sudah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa.

Demi apapun itu adalah mimpi terburuk yang pernah Win alami di dalam hidupnya. Kehilangan orang yang begitu ia cintai itu memang sangat menyakitkan. Neneknya ini sudah bagai ibu keduanya. Bahkan Win sampai mogok makan selama seminggu karena merasa sangat kehilangan sampai membuatnya tak nafsu makan.

Win tahu perasaan kepada neneknya dan perasaan kepada Bright itu jelas berbeda. Tapi tetap saja sama karena mereka berdua adalah orang yang penting di hidup Win. Walau Win telat menyadari tapi setidaknya ia sudah berani mengakui bahwa Bright termasuk orang penting di hidupnya setelah nenek dan kedua orang tuanya.

Win sedikit menyesal karena selalu denial tentang perasaannya. Seandainya kemarin ini kemarin itu— yang pasti sudah basi karena percuma saja diungkapkan kalau semuanya sudah terlambat.

Sedangkan Dew dan Khaotung sedang membereskan kekacauan yang dibuat oleh mereka beberapa waktu yang lalu.

Mereka berdua juga cukup khawatir dengan temannya satu ini. Teman dekat Win juga temannya Bright omong-omong.

Setelah selesai membereskan semuanya, Dew langsung menghentikan aktivitas Win yang masih sibuk mondar-mandir tidak jelas daritadi.

"Tenang, Win. Gue yakin pasti Bright selamat, percaya gue," Kata Dew sambil sedikit menepuk-nepuk bahu Win pelan.

"Ngga Dew, gue dulu udah pernah denger kata-kata kaya gini juga tapi apa? Semuanya cuma omong kosong, Dew. Gue takut...." Suara Win melirih dan sedikit bergetar di akhir kalimat.

brisexual ; brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang