Satu bulan berlalu. Dan satu minggu yang lalu, kondisi Win tiba-tiba drop dan ternyata ia mengidap tipes karena jarang makan dirumah. Tidak tahu kenapa, selera makan Win mendadak suka hilang-hilangan beberapa minggu kebelakang. Tapi hari ini, kata dokter ia sudah diperbolehkan pulang.
Bright tahu jika Win sakit. Hari itu, Bright mengomeli Win habis-habisan karena tidak menjaga kesehatannya. Padahal beberapa hari lagi ia akan kembali ke Jakarta. Ia sudah mendapatkan passportnya kembali, barang-barangnya juga kembali. Ya, walau butuh waktu beberapa minggu pencarian yang penting pada akhirnya barang-barangnya ketemu.
Seperti mayat hidup dengan wajah yang pucat, Win mengemasi barang-barangnya tanpa dibantu siapapun. Orangtuanya sedang bekerja dan teman-temannya sedang membeli makanan, katanya. Membuat Win ngedumel tanpa henti didalam ruangan.
"Pada kemana sih?! Gue lemes banget mau pingsan, apa gue pingsan aja kali ya? Tapi 'kan gue mau pulang. Ah gimana—"
Brakk
"WIN!"
"Eh ayam ayam," Latahnya ketika mendengar teriakan tiba-tiba dibelakangnya.
Ketika menoleh kebelakang, Win reflek menutup mulutnya sekaligus mengucek kedua matanya kasar. Mencoba menghilangkan rasa halusinasinya. Karena yang ia lihat sekarang, tepat didepan wajahnya ada Bright yang sedang menatapnya. Tapi, ia merasa mustahil karena Bright bilang ia akan mengambil penerbangan besok pagi. Jadi tidak mungkin dia ujug ujug datang ke rumah sakit untuk menemuinya.
"Bright? Gak mungkin lah ya, efek obat nih jadi halu mulu gue," Gumamnya kemudian berbalik dan kembali mengemasi barang-barangnya.
Bright menaikkan satu alisnya bingung. Bisa-bisanya ia dikira sebatas halusinasi belaka. Dengan langkah besar ia menghampiri Win dan menarik pipinya sekuat tenaga dengan gemas.
"Gue nyata nyet, ini gue. Bright vachirawit chivaree," Kata Bright.
"Huh??"
Win masih mencerna apa yang terjadi didepannya. Menerka-nerka, Masa iya Bright bisa teleportasi? Tiba-tiba muncul di rumah sakit dan meneriakkan namanya. Ia tidak ingin percaya sebab beberapa minggu belakangan ini, ia selalu berhalusinasi jika Bright selalu ada didekatnya dan bersamanya. Kemudian tiba-tiba Bright akan menghilang ketika Win ingin menyentuhnya.
Tunggu, tapi tadi Bright menyentuhnya dan tidak menghilang. Tangan Win yang kosong bergerak bebas meraba-raba wajah Bright untuk memastikan bahwa ia benar-benar nyata dan ada didepannya. Tapi,
"Tangan lo bau."
Plak
Elusan halus Bright dapatkan di permukaan pipinya. Bright ngeringis pelan sambil ketawa. "Masih sakit aja tenaganya segini, kalo sehat bisa rontok kali ya gigi gue nih," Kata Bright sambil megangin pipinya yang panas.
"Makanya jangan kaya anjing, pulang-pulang ngeselin lo malah nambah ya bukannya berkurang, hhh gue jambak juga lo," Kesal Win. Yang tadinya Win ingin memeluk Bright erat-erat jadi urung karena mulut kurangajar sang crush.
Cie crush ya. Ehem.
"Galak banget sih, cium nih," Ancam Bright sambil memajukan bibirnya main-main.
"Gue tonjok muka lo."
Entah dapat keberanian darimana, Bright justru menempelkan bibirnya sekilas pada permukaan pipi Win yang dingin. Dan ketika tangan Win reflek ingin memukulnya, Bright menahan kedua tangannya. "Eits, gabisa."
"Bangsat!" Win mengumpat sampai ke telinga alias seluruh wajah sampai telinganya mendadak memerah padam.
Kurangajar sekali Bright ini. Rasa Win ingin menonjok pemuda yang sialnya sudah menguasai isi relung hatinya semakin besar, namun urung mengingat dimana mereka berada sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/232900485-288-k599575.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
brisexual ; brightwin
FanfictionWin itu bukan homo cuma Bright-Sexual aja! Inget Win bukan homo! top!Bright bott!Win Harsh words🔞 semi baku