6.Pengumuman Test

10 0 0
                                    

Aku duduk di aula yang berada di dekat masjid.Pondok ini luas,jantung pondok ini ada di masjid nya,masjidnya juga ada di tengah-tengah pondok dan aula berada di sampingnya.

Aula juga tidak kalah luas,aula ini bisa menampung 1000-2000 orang saking luasnya.Dan hari ini aku bersama 500 santri menunggu pengumuman hasil test.Afi bersila tepat disampingku,ya satu-satunya calon santri yang baru kukenal hanya Afi.

Aku duduk di kursi yang berjejer di aula.Aku duduk di kursi tengah dan saat ini aku sedang menyantap nasi dan rawon.Awal acara adalah pembukaan santri baru yang menurutku sama sekali tidak penting.Pembukaan dibawakan oleh Harun sendiri.

Di kala boring aku menyikut tangan Afi ,

"Lama amat sih"Kataku padanya.

"Sabar dong"gerutunya.

Ia saat itu masih membaca novel "Dilan dan Milea",tentu saja ia agak marah kalau aku mengganggunya

"Lu punya pacar?"tanyaku padanya

Dia berdecak kesal dan menatapku tajam.Aku berkata lirih,

"Gue hanya nanya,slo aja"

Dia masih  memandangiku tajam tapi akhirnya menjawab,

"Iya dulunya.Tapi karena aku memutuskan untuk masuk  pondok dan dia ingin kami bersama di SMP,gua menolak.Dann puutuuss.
Taamaaat."
Katanya sok tukang dongeng.

"Jadi kau anak Sadboy?"tanyaku.

Wajahnya yang tajam berubah menjadi wajah melas layaknya pengemis nggak dikasih uang.

"Ya, begitulah."nadanya juga yang tajam dan santai berubah menjadi serak agak tertahan.

"Dia punya cowok lain?"tanyaku dengan nada tidak bersalah.

"Kurasa".nadanya juga masih sama, menyedihkan.

Iiih!kasian amat sih dia,ceweknya yang pengkhianat pantas untuk di kasih buaya tuh.

Akupun juga Sadboy.Awalnya aku Fakboy dengan cewek 7,mmm lupa aku menghitung saking banyaknya.Satu-satu mereka "menikung" dengan memilih cowok lain.Terakhir Salwa,dia memilih Angga.Kisah itu cukup memuakkan ku.

Setelah 2 jam pembukaan gak jelas ini,akhirnya sampai di penghujung acara dan ini acara inti yaitu hasil test.

Gus Udin maju dengan pakaian batik,celana kain hitam,dan kopiah hitam.Sangat gagah dia memakai pakaian itu,ia  meraih mikrofon dan berkata,

"Assalamualaikum warahmatullahi wa Barokatuh.
Innal hamda ni llahi nahmaduhu wa nastati'uhu wa na'udzubillahi min syururi anfusina wa min sayyiati a'malina bla...bla...bla.

Baik acara ini adalah acara  yang kita tunggu dari dua hari.Sejak kemarin kami telah memutuskan 300 santri yang terpilih disini."

Berbeda dengan Harun,Gus Udin lebih to de point ,tidak blak-blakkan tentang basa-basi.Di belakang Gus Udin  sebenarnya berdiri 4 papan tulis sebagai background.

Gus Udin menoleh pada Harun lalu memberikan gestur tubuhnya sebagai isyarat.Harun mengangguk,ia segera membalik 4 papan tulis  yang dibelakang Gus Udin itu.

4 papan tulis itu dibalik.Disitu ada kertas besar yang menutupi seluruh papan tulis.

"Di kertas ini ada nama kalian.Berdoalah semoga nama kalian ada disana,ya ini adalah hasil tes kalian.Jazamukallahu Khair.
      Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa Barokatuh."

Salamnya dibalas, selanjutnya 500 calon santri berlari mengerubungi satu persatu papan tulis.Semua saling
berdesak-desakan demi melihat nama mereka di kertas.Aku memilih menunggu di kursi, terakhir sendiri lebih baik  karena sepi dan bebas melihat kertas.

Aku melihat ekspresi satu demi satu calon santri dari kejauhan.Banyak yang bersuka cita atas lulusnya mereka.Yang lulus itu mengepalkan tanganya keatas dan bersorak,

"Yes!"

"Sip!"

"Alhamdulillah!"

Dan ada yang seperti anak kecil,

"Horeeeee!!"

Tapi tidak sedikit yang tidak lulus.Wajah mereka sangat muram layaknya habis ditinggal mati orangtuanya, badan mereka juga lemas.Mereka meninggalkan aula dengan hati remuk,dan ada yang membuatku tidak berkomentar yaitu ketika yang tidak lulus itu memeluk orangtuanya dengan terisak anak kecil sambil berkata,

"Oh Daddy,oh mommy maafkan akuuu."

Cup...cup...cup...cup.

Aku menunggu sampai  selesai, setelah area papan tulis agak sepi aku berdiri dan melangkah menuju papan tulis.

Kertas-kertas  ini menutupi seluruh papan tulis.Tulisanya besar-besar sehingga aku bisa melihat nya.

Dari nama 300 santri itu, hasil tes itu diurutkan dari nomor satu dan lengkap asal kotanya pula.Tak disangka-sangka peringkat satu adalah Afi sendiri dan ada alamatnya,Cianjur.

Aku terus mencari namaku, Muhammad Hudzail Al Batawi diantara slempitan nama-nama asing disini.Berhasil ! Aku menemukanya di peringkat terakhir,ya aku adalah calon santri yang peringkat ke 300 dari 300 santri.Yang jelas apapun hasilnya aku hanya bodoamat:

(( 300.Nama:Muhammad Hudzail Al Batawi.
          Alamat:Jalan Tuhan nomor 1, Jakarta Utara.

Lamunanku terpecah ketika bahuku ditepuk seseorang.Itu lelaki kemarin lusa yang menampar Harun dengan sandal jepit.Sekarang orang itu tersenyum padaku.

Aneh,tubuhku langsung membungkuk takzim padanya dengan sendirinya.Entah kenapa aku kalah kharisma dengannya padahal dulunya aku pernah mendirikan genk  jalanan di Jakarta yang ditakuti orang ibukota.

"Lulus to?"tanyanya dengan lembut.

Aku mengangguk.

"Sing asli Kowe ora ketompo tapi aku menakne Kowe amergo Kowe yogane Ahmad Batawi."Katanya.

Aku tidak paham ucapanya tapi ada nama Babe di sana.Aku bertanya,

"Maksud Lu apa?"

Dia sudah terbiasa dengan ucapan tidak sopanku.Dia hanya menjawab,

"Sebenarnya kamu tidak lulus tapi aku melonggarkanmu karena kamu anak Ahmad Batawi."

Aku bingung.Kenapa sih Babe selalu di agung-agungkan olehnya.Aku pun ju ga bingung mencerna ucapan lelaki tersebut,ada apa dengan ayahku kok aku bisa diluluskan dengan cepat dengan hanya menyebut nama ayahku.

Lelaki itu meninggalkanku selanjutnya dengan cepat pundakku telah ditepuk.Aku menoleh, rupanya Afi.

"Kamu tahu siapa dia?"tanyanya agak gemetar.

Aku menggeleng,kenapa dia ketakutan seperti itu.

"Beliau adalah Kiai Haji Bukhari Muslim.Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Iman, panggilan sekaligus julukanya adalah Mbah Sendal.Kau akan  tahu kenapa dia dipanggil seperti itu.Yang jelas jangan bermacam-macam denganya."Katanya agak gemetaran.

Mbah Sendal !





Kiai SendalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang