8.Iqob

13 0 0
                                    

Aku duduk di jok mobil polisi dengan nyaman.Ac nya menyejukkan tubuhku seolah berdesir di wajah.Sirine polisi meraung-raung bagai menangis mendengar kabar bahwa ada sebuah resto yang terbakar.

Begitu aku sampai,aku melihat si jago merah berkobar dan melahap atap dan bagian atas resto.Aku segera turun dari mobil sambil menggenggam Walkie talkie dan menelpon seseorang,

"Roger,kebakaran hebat di Jalan A.Segera hubungi Damkar sekarang !Ganti..."

Seseorang dibalik telepon menjawab,"Baik Briptu,Ganti!"
Suaranya berdesing akibat berbicara dengan Walkie Talkie.

Aku melihat kobaran api itu menghanguskan bagian atas gedung hingga aku tidak bisa menalar berapa miliar kerugianya.Aku adalah polisi,Briptu Ucel dengan pakaian polisi abu-abu,celana hitam,sepatu mirip sepatu bot warna Hitam-Putih,dan tentunya aku juga memakai topi dinas yang tentunya menambah kegagahanku.

Hampir saja aku meninggalkan TKP kalau tidak ada teriakan dari atas gedung,

"Tolong ! tolong ! Ucel,tolong aku!!"

Aku mendongak keatas gedung.Lho Salwa disini??
"Aku datang Salwa!"Seruku panik.

Kulihat Salwa sangat menderita.Dia terus terbatuk akibat asap dari api yang menebal,wajahnya kehitaman,dan hijabnya mengeluarkan asap setelah terkena api.

Bagai di film apalah,boleh superhero atau putri dan pangeran.Aku  segera berlari keatas gedung dan menghiraukan teriakan warga dan para polisi,

"Pak jangan!"

"Bahaya pak!"

"Tunggu pemadam pak!"

Aku memasuki ruang demi ruang yang terlalap api,dengan gesit aku melewati api walau apinya sendiri harus melalapku.Salwa semakin kencang teriakanya hingga aku menemukan dia di ruang teratas.Dia segera berteriak,

"Uceell!!"

Aku lalu membopong tubuhnya dan anehnya kedua mata kami saling bertemu.Persis deh kayak penyelamat perempuan.

Tiba-tiba tubuhku tanpa sengaja tersiram air dari luar.Aku melihat keluar,rupanya para damkar sudah datang dan anehnya mereka berseru,

"Cel bangun!!"

                   **************

Nafasku memburu,oh hanya mimpi.Hei tunggu dulu! Baju dan celana jeansku basah.Tak hanya itu,kasur,tubuh,dan bantalku juga ikutan basah.

Aku menoleh,dan menyadari ada 2 remaja kakak kelas bagai malaikat maut sedang tertawa keras.mereka adalah  Saqif, penegak dan ketua kedisiplinan Pondok Baitul Iman dan Harun sendiri.

"Hahahaha,wong kesiji sing digerujuk Ning angkatan kelas siji(orang pertama yang diguyur di angkatan pertama kelas satu).

Aku sadar,mereka benar.Aku diguyur satu ember (kasur auto basah) saat subuh.Aku lihat Saqif membawa ember dan Harun membawa gayung yang telah lenyap air.Sadar hal itu aku langsung berseru,

"BANG**T ELO BERDUA!! BASAHIN BAJU GUE!
A**ING,
A**ING,
A**ING!!!"

Saqif terkekeh,"Oke-oke pelanggaran kedua,berbicara kasar didepan kakak kelas.Hukumanya Push Up 30 kali."

Aku jelas geram.Mulutku terus mencerocos kan  kata-kata serapah hingga Harun si malaikat kedua menatapku sengit,

"Wis Wis,gantio klambi po adus Kono!pisan balekno Iki.Nek wis rampung dang subuhan kono!"

Kiai SendalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang