Gerakanku terus saja melambat karena banyaknya duri tumbuhan yang menusuk jariku.Tentu saja jariku berdarah sedikit apalagi keringat yang bercucuran membuat semangatku makin goyah.
Melihat aku "mulek" seperti siput itu Saqif langsung membawa sabuknya tadi dan mendekat padaku.Aku sudah memperkirakan apa yang terjadi hingga suara becutan terdengar di pantatku bersamaan dengan rasa panas yang teramat pedih.
Plasss...plass
Aku hanya meringis,ini sabuk damage nya berapa sih ? Rasanya kok seperti dioles aroma terapi berlebihan di kulit saking panasnya.
Saqif dengan wajah tegang berkata ketus,"Suwi neee,mulek pol koyok keong."
Aku tidak terpancing amarahnya hanya saja dadaku serasa terbakar begitu mendengar kata "keong",bukanya aku baper tapi aku memang insan bukan siput rendahan.
Saqif terus saja membecut pantatku ketika gerakanku mulai melambat,aku benar-benar seperti napi yang melakukan kesalahan-kesalahan berat.
Aku berusaha mempercepat tangan,persetan dengan rasa sakit karena manusia memang dilahirkan untuk menerima rasa sakit (garing).
Akhirnya putaran kedua telah selesai dengan susah payah.Banyak sekali becutan yang kuterima dan selalu saja di pantat.
"Bengok ora popo(teriak silahkan)"kata Saqif tidak tega melihat aku terus saja meringis.
Tanpa waktu lama aku berteriak,
"AAAWWWWW!!"
Aku tidak berteriak dari tadi karena malu dilihat orang-orang (jangan lupa dari awal hukuman aku sudah seperti badut yang ditonton santri secara jamaah).Sekali aku berteriak bisa saja terdengar tawa yang sangat gaduh.Tawa berjamaah.
Dan perkiraan ku benar,mereka terbahak-bahak mendengar teriakan agungku.Emang aku kelinci percobaan gitu??!
Dada ku mulai sesak,lengan,tengkuk,dan kaki mulai linu akibat terlalu lama posisi push up.
Akhirnya putaran ketiga juga sudah.Wajahku merah menahan nyeri,tenagaku sudah menipis,aku sudah lemas dan mulai berteriak menahan sakit,
"WAADAAWW"
Aku bisa menduga-duga teriakanku tadi bisa didengar penghuni Kampung Jatiroto(kampung tempat BI berada,rumah desa ini tersebar di penjuru pondok), para mbok dapur,ustad,dan perempuan Ponpi bisa juga mendengarnya.
Aduhai andaikan para perempuan Ponpi iba mendengar lenguhanku,pastilah mereka meminta membebaskanku.Tapi itu impossible.
Mbah Sendal mendekatiku lalu bertanya dengan intonasi halus,
"Le,kowe gelem gak tak owehi penak?"
(Kamu mau mau nggak tak kasih mudah?)
Aku agak sebal menatap lelaki itu sambil berketus padanya,"Maksud lu apa sih??"
Mbah Sendal tidak terpancing emosi.Ia hanya tersenyum dan berujar,
"Ucapno istighfar, Astaghfirullahal Adzim kaping telung puluh(30),Tasbih Subhanallah,Tahmid Alhamdulillah,Takbir Allahu Akbar Yo kaping telung puluh(30).Karo ucapno bismillah .
Inget dzikrullah terus le ben amreh rampung (ingat zikir Allah terus biar cepat selesai)"."Kenapa gue harus ucapin itu ?"tanyakku masih menahan perih.Bayangkan saja setiap detik pasti aku harus menahan perih tanpa istirahat dan tiba-tiba ia menyuruh ku mengatakan kalimat itu seolah-olah itu akan membuatku menjadi lebih cepat seperti Ferrari.Aneh bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiai Sendal
General FictionSinopsis: "Rasa sakit yang menjalar di urat-urat wajah.Satu tamparan mengenai pas di wajahku.Selanjutnya tamparan kedua mengenai hidungku.panas menghangatkan hidung tapi tidak sampai pecah". Ucel,anak genk Jakarta rela di D.o akibat berkelahi.Belum...