Masjid telah sepi.Suasana dingin malam menusuk-nusuk tulang dan membuat gigiku gemeletuk.Lebih baik disiram air es daripada menghadapi dinginya malam ini,tadi aku bertanya pada beberapa ustad kalau suhu malam ini mencapai 10 C°.Dingin sekali.
Ini sudah jam 24.00 WIB, mayoritas santri memang sudah terlelap dalam tidur tapi ada juga yang sedang begadang untuk belajar,adapula yang Sholat Tahajud di sepertiga malam.
Kukira masjid ini kosong melompong ternyata ada 5 santri yang masih sesenggukan dalam sujud di sepertiga malam (aku terharu).Ada 1 santri yang mengaji,dan tak lain itu adalah Stefan.
Aku dan Stefan memang disuruh Gus Udin sejak tadi siang untuk belajar mengaji sama dia.Katanya aktivitas pagi sorenya sibuk dan bisanya cuma malam ini saja.
Aku mengambil Iqro' dari rak masjid dan hendak duduk di pojok masjid.Stefan menyapaku,
"Lho Cel,kamu juga ikut?kamu dipanggil Gus Udin?"
Dasar pura-pura tidak tahu ! bukankah dia tadi siang sudah diberitahu?aku hanya menjawab ketus,kesal tadi siang aku dianggapnya laki-laki rendahan,
"Bukan urusan Lo!"
Stefan menunduk.Aku lalu duduk bersandar di dinding masjid,aku membuka halaman Iqro'.Banyak sekali huruf yang belum bisa kueja:
(Iqro' hal 1 ☝️)
Lama aku mengamati huruf itu hingga tiba-tiba terdengar suara salam,
"Assalamualaikum"
Aku tidak menjawab,cukup dengan mendongakkan kepala aku sudah tahu kalau didepanku ada Gus Udin.Dia memakai songkok hitam,baju Koko bewarna putih,dan sarung putih.
Aku akui,dia sangat ganteng (walau sudah seusia Babe)terutama di tengah malam ini,sayang dia masih jomblo.Sebenarnya banyak perempuan menor yang tergoda hatinya dengan dia tapi jawaban dia hanya,
"Astaghfirullahal Adzim"sambil mengelus dada.
Jangankan perempuan luar,Ustadzah super syantik saja dia belum tentu mau.
(Itu gosip dari kakak kelas).
Gus Udin duduk bersila dan menyuruh aku dan Stefan untuk bersila menghadap dia.Aroma parfum mawar segera mengetuk hidungku.Niat sekali Gus Udin untuk mengikuti majelis 3 orang saja pakai parfum segala.Untungnya parfum itu tidak membuat mual bahkan harumnya membuat aku tenang sesaat.
"Stefan,kamu duluan saja".kata Gus Udin
Aku mundur satu langkah dari Gus Udin sementara Stefan maju hingga kedua lutut mereka saling menempel.
"Coba baca Surah Al Fatihah lalu Surah Al Baqarah hingga ayat 5"perintah Gus Udin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiai Sendal
Ficção GeralSinopsis: "Rasa sakit yang menjalar di urat-urat wajah.Satu tamparan mengenai pas di wajahku.Selanjutnya tamparan kedua mengenai hidungku.panas menghangatkan hidung tapi tidak sampai pecah". Ucel,anak genk Jakarta rela di D.o akibat berkelahi.Belum...