10.Iqob (bag 3)

5 0 0
                                    

Hari ini jelas adalah hari kesialanku.Sudah diguyur,push up berjalan,push up di kelas,uang jajan diputus sehari,tabungan dicuri orang,dan ini adalah Iqob yang terakhir,berlari.

Iqob secara bahasa arab adalah siksaan.Tapi definisi Iqob modern terutama di pondok ini tidak sekejam gitu kalee,disini iqob dimaknai dengan hukuman baik ringan maupun berat.Kata Roqib sih gitu.

Aku sudah menjalani 2 Iqob yaitu push up sesuai peraturan Pondok Baitul Iman nomor 4.Dan menurut peraturan Pondok Pesantren Baitul Iman nomor 7 berbunyi,

"Bagi setiap santri yang terlambat sholat jamaah maka hukumanya adalah berlari mengelilingi pondok 60 kali"

Buset dah,lapangan bola B.I aja sudah luas apalagi pondoknya.B.I memang luas,bahkan setengah desa Jati Royo adalah B.I padahal desa itu juga sangat luas.

Hukumanku memang dobel,push up (karena tidak sholat) dan berlari (karena terlambat sholat).Satu angkatanku saja belum pernah menerima hukuman ini,akulah yang pertama.

Maka aku dengan memakai kaos oblong putih dan celana training.Aku harus memutari pondok ini,malu ya malulah tapi ini adalah takdir.Eh sejak kapan se alim ini ?

Mbah Sendal dan Saqif sudah berdiri di belakangku.Saqif memberikan aba-aba,

"Wahiid,itsnaiin,Tsalasaaah!!!"

Dengar,aku belum bisa bahasa arab tapi aku disuruh Saqif jika Saqif mengucapkan kata "Tsalasah" maka aku harus segera berlari.

Maka setelah aku mendengar aba-aba,aku segera berlari secepat-cepatnya meninggalkan mereka.

Sebenarnya aku tidak perlu berlari jika aku melewati jalanan pagar yang berdekatan dengan gudang karena disitu tidak ada orang sama sekali.Maka sesampainya aku disitu aku segera memperlambat langkah yang semula berlari.Aku hanya berjalan santai tapi cepat,Mbah Sendal dan Saqif mungkin tidak mengawasiku karena ini jauh dari mereka tapi...

"Woeee !!!! Cepet woeee!!" Seru seseorang.Jantungku berdebaran dan ketika aku menoleh,

PLAASSS

Sabetan sabuk menimpa pantatku lagi bersamaan saat aku menoleh.Astaga ! Dugaanku salah karena Saqif kini berada pas dibelakang ku,memakai sepeda ontel hitam,dan membawa sabuk yang tadi pagi.Lihatlah cara dia mengendarai sepeda,tangan kanan memegang setang,tangan kiri membawa sabuk yang terus dilecutkan ke tanah.

Saqif sangat bergaya menaiki sepeda terutama ketika ujung jas hitamnya dibiarkan berkibar diterpa angin sementara kemeja putihnya sangat bergairah ketika didobeli dengan jas.Kopiah hitam melambangkan wibawanya sementara sarung Bugis nya melambangkan ketegasan dan sepedanya melambangkan kecepatannya dalam bertindak.Kini dua menatap ku dengan sorot mata tajam tapi "meneduhkan".Mirip pengendara kuda.

"Ora usah mlaku tinak-tinik ngono.Aku weruh Yo !"katanya.Dia mengayuh sepedanya dengan cepat dan mendahuluiku yang kini berlari terengah-engah.

"Njirr,gile lu!! Cepet banget sih nemuin gue !"kataku setengah emosi dan setengah kagum.

Saqif yang sudah jauh meninggalkan ku sempat menoleh kebelakang,kearahku sesaat sambil menyeringai tipis,

"Saqif kok dilawan".katanya bangga.Setelah itu dia melajukan sepedanya hingga tubuhnya lenyap ketika berbelok ke gedung asrama kelas 4.

Sekarang aku sendirian di gudang itu lagi.Apakah aku memperlambat langkah lagi ? Tidak,aku takut si Batman itu muncul lagi disaat yang tidak kuduga sambil melecut kan sabuk hitamnya.Bisa berabe itu ah.

Aku mempercepat lari,mengelingi pondok ini tidak mudah karena satu putaran saja bisa 2 Km.Aku terus berlari,berlari,dan berlari.

Di sepanjang jalan aku menjadi bahan tawa para santri.Terkadang mereka mengejek,

Kiai SendalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang