# 13

2.6K 459 68
                                    

"Kamu mau ke mana memangnya?"

Jay bertanya setelah menyeret Heeseung ke tempat parkir. Pemuda yang ia seret itu tampak lemas sekali seolah memasrahkan seluruh hidupnya kepada angin. Sejujurnya, Jay ingin tertawa karena tidak biasanya dia lihat seorang Lee Heeseung yang selalu energik jadi selunglai ini.

Anak itu mengerjap. Dia bahkan tidak memprotes sama sekali saat Jay membawanya ke tempat parkir. "Aku ... mau ke mana, ya?"

Kan. Benar-benar sudah lemah letih lesu.

"Loh, tadi kamu bilang ke Sunghoon kamu mau pergi ke suatu tempat," tukas Jay. Dia mengambil helmnya yang ada di dalam jok motor. "Kamu lagi-lagi berhutang budi denganku karena aku menyelamatkanmu dalam situasi tidak menyenangkan."

Mata besar Heeseung menatap Jay dengan tatapan linglung. Lucu sekali melihatnya sangat clueless seperti ini, Jay ingin mendengus keras karena menahan geli. "Ah, iya juga. Kenapa harus kamu yang selalu terlibat dalam masalahku, sih?" Heeseung malah bertanya dengan nada menyebalkan.

Jay memutar bola matanya.

Terjebak dalam masalah sebenarnya adalah kegiatan sehari-hari Jay. Banyak orang bilang dia terlalu suka ikut campur, padahal Jay bermaksud baik dengan berusaha meluruskan masalah yang tengah dihadapi. Toh, dia tidak pernah ikutan jika masalah itu remeh-temeh seperti drama saling rebut pacar atau pergosipan menjijikan. Jay seringnya turun tangan jika sudah soal perundungan atau sesuatu yang bisa menjatuhkan martabat seseorang.

Terkesan hebat dan sangat patriotik, ya?

Ngomong-ngomong, masalah Heeseung ini sejujurnya masuk ke kategori remeh-temeh karena Heeseung ini bodoh sekali dalam kacamata Jay. Akan tetapi, Jay pikir akan menyenangkan bila dia bisa menjadi tatu-satunya orang yang tahu sisi sebenarnya dari Lee Heeseung dan untuk pertama kalinya, he takes something for granted.

"Memangnya aku mau terlibat ke dalam masalahmu? Kamu saja yang bodoh karena tidak sengaja menyeretku ke dalamnya," decak Jay. Dia menyalakan mesin motornya. "Serius, kamu mau ke mana?"

"Apakah ada urusannya denganmu?!" Heeseung bertanya balik dengan mata besarnya yang melotot garang. Ekspresi galak tidak cocok di wajah anak itu, dia terlihat seperti anak kecil.

"Tentu saja." Jay menjawab tenang sambil mengeluarkan motornya. "Aku sedang bawa motor dan kita terlanjur bilang ke Sunghoon bahwa kita akan pergi bersama."

Jay memajukan sedikit motornya ke arah Heeseung sebelum ia menyodorkan helm miliknya ke arah Heeseung.

Heeseung menatap helm itu dengan tangan yang sama sekali tidak tergerak dari sisinya. "Terlanjur bilang ke Sunghoon bukan berarti kita memang harus pergi bersama, kan?" Ucapan Heeseung yang itu terdengar menggelikan di telinga Jay. Jay tidak tahan lagi untuk tidak tertawa.

Wah, Heeseung ini ternyata punya pola pikir lebih kriminal daripada yang dia kira.

"Maaf ya, Lee Heeseung, aku bukan pembohong kayak kamu. Jadi cepat bilang kamu mau ke mana, aku antar."
 
 
 
 
 
  
  
 

Pusat penjualan barang-barang elektronik. Huh, Jay tidak heran, sih.

Heeseung sangat membutuhkan uang dan barang-barang yang ia kenakan itu bagus semua. Jay tidak begitu yakin bagaimana bisa Heeseung mempunyai banyak barang mewah. Dia baru mengenal anak ini selama beberapa hari dan Jay sudah tau kalau Heeseung bukanlah orang yang seelite penampilannya.

Sampai di dalam pusatnya pun Heeseung terlihat bingung harus ke mana. Itu membuaf Jay mendengus kecil. Pemuda Lee di depannya ini benar-benar orang yang impulsif.

gold digger •  jayseung - hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang