# 22

2.6K 457 33
                                    

Perasaan hati Heeseung kacau sekali pagi ini.

Ketikan Jay di room chat mereka tadi malam benar-benar menyakiti hatinya. Heeseung kira pandangan Jay terhadap dirinya sudah berubah--mengingat Jay sudah mengetahui hampir seluruhnya tentang Heeseung. Heeseung bahkan sudah sangat jarang berkumpul dengan teman-temannya karena dia mulai merasa bahwa dia tidak seharusnya melakukan hal seperti itu. Ucapan Jay waktu itu--yang menyebabkannya menangis--menamparnya dan Heeseung tidak malu mengakui kalau dia cukup berefleksi atas apa yang Jay bilang.

Sekarang Jay sudah lebih mengenalnya sekali pun hanya berdasarkan hubungan 'majikan-dan-babu' yang Heeseung tahu sebenarnya hanya akal-akalan Jay untuk mem-bully-nya. Meski begitu, tidak seharusnya Jay bilang begitu kepadanya dan menuduhnya macam-macam.

Heeseung sama sekali tidak menggunakan teman-temannya sebagai dompet berjalan! Dia bahkan tidak tahu kenapa teman-temannya suka semurah hati itu dengannya!

Heeseung melangkahkan kakinya dengan berat ke arah kacanya. Dia menatap ke cermin kamarnya lalu menghela napas. Pagi ini dia terlihat parah sekali--matanya terlihat sembab karena kurang tidur akibat terlalu lama memikirkan isi pesan dari Jay. Ekspresi di wajahnya juga jelas tidak mengindikasikan dia baik.

Jujur, Heeseung tidak ingin ke mana-mana. Dia ingin ada di kamarnya saja seharian penuh. Sayang sekali, hari ini masih hari Jumat dan dia tetap harus bersekolah.

Prinsip hidupnya adalah tetap bersekolah jikapun kamu harus merangkak dan berguling untuk hadir. Ambis? Yah, bisa jadi. Heeseung hanya ingin belajar sebaik mungkin sebagai bukti dia memanfaatkan seluruh fasilitas yang diberikan orangtuanya dengan baik.

Bibir Heeseung mengerucut sedikit saat menyadari ada kemungkinan ia bertemu dengan Jay di sekolah. Mereka beda kelas dan beda jurusan, tetapi akhir-akhir ini mereka selalu bertemu dan Heeseung malas sekali untuk melihat wajahnya.

Ah, sudahlah. Mari jalani hidup seperti biasa saja.





 

Sunghoon tidak tahu kenapa hari ini dia merasa senang sekali, terlebih setelah dia menyadari bahwa sekarang hari Jumat.

Sunghoon jarang tersenyum kepada orang yang ia tidak kenal, paling hanya mengangguk sopan ketika disapa. Akan tetapi, kali ini dia tersenyum tipis ke semua orang menyapanya.

"Kamu kenapa, deh?" Youngbin bertanya ke Sunghoon. Anak laki-laki itu sedari tadi bersender di depan kelas Sunghoon--sudah jelas niatnya mengajak Sunghoon untuk menghampiri teman-teman mereka di kelas IPA dan ke kantin bersama. "Serem banget lihat kamu jadi murah senyum gitu."

"Kok, serem?" Sunghoon bertanya sambil melangkahkan kakinya. Youngbin menyusul di belakangnya.

"Karena kamu nggak biasanya kayak gini." Youngbin kemudian menyikut lengan Sunghoon sambil tersenyum menggoda. "Heeei, apa yang terjadi sama kamu kemarin? Kamu punya pacar ya? Atau ada orang yang kamu suka ternyata juga suka sama kamu?"

"Apaan." Sunghoon memutar bola matanya, tetapi tidak mampu menahan senyum kecil agar tidak keluar dari bibirnya. "Mana ada kayak gitu."

"Kamu senyum-senyum." Youngbin menunjuk ke wajah Sunghoon. "Kamu, tuh, jarang banget senyum di saat-saat gak penting dan kalau gak bareng temen-temen yang lain."

"Sok tahu," tukas Sunghoon sambil terkekeh pelan dan balas menyikut Youngbin. "Aku sering senyum kalau di kelas apalagi pas lagi diabsen guru."

"Yah, kalau itu mah senyumnya jadi kewajiban."

"Pokoknya tetap senyum, kan?"

Mereka sampai di kelas Taehyun terlebih dahulu. Taehyun langsung tersenyum sumringah saat melihat Sunghoon dan Youngbin--anak itu melesat keluar kelas dengan ekspresi cerah. "Tumben kalian cepat datang!" Hari ini Taehyun juga kelihatan bahagia. "Kalian tahu, nggak, ujian matematikaku dapat 100 dan aku bisa mendapat kredit tambahan untuk akhir semester--"

gold digger •  jayseung - hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang