# 34

2.2K 386 67
                                    

Mengawali hari dengan perasaan sangat kosong tanpa rasa semangat jelas sesuatu yang sangat tidak Heeseung.

Rasanya sepertinya seperti dia menyeret kakinya untuk berjalan ke sekolah. Ini adalah hari terakhir bersekolah pada minggu ini; besok adalah hari Sabtu di mana ia bisa kembali beristirahat. Harusnya Heeseung senang karena pelajaran di hari Jumat tidak susah dan bisa pulang lebih cepat. Harusnya begitu.

Akan tetapi, Heeseung mendapati dirinya menidurkan kepalanya dengan kedua tangannya yang terlipat menjadi alas. Dia menghela napas lesu--berusaha memejamkan matanya.

Jake belum datang. Kemungkinan besar anak itu izin datang telat karena dia harus rehearsal pagi untuk acara amal dari klub orkestranya besok siang. Kemarin salah satu bawahan ayah Jake datang ke sekolah untuk menyerahkan surat izinnya.

Heeseung jadi tidak memejamkan matanya saat terpikir betapa enaknya menjadi orang punya uang. Di sekolahnya yang cukup bergengsi ini, uang dan status adalah segalanya. Jake punya uang dan guru-guru tahu itu. Terlepas dari betapa cerdasnya Jake, jalan hidup pemuda itu sangatlah mulus.

Tangan Heeseung sedikit mengepal. Dia ingat kejadian kemarin.

Taehyun ...

Apa yang harus dia lakukan ke Taehyun?

"Jake mana?"

Suara orang lain menginterupsinya. Heeseung menggerakan kepalanya kecil ke arah sumber suara. Oh, Sunghoon. "Datang telat. Ada rehearsal pagi," jawab Heeseung. Dia melihat Sunghoon menarik kursi Jake dan duduk di sana. "Kamu ngapain?"

"Bosan di kelas," jawab Sunghoon. Pemuda berkulit agak pucat itu secara tiba-tiba menempelkan sesuatu ke pipi Heeseung--menyebabkan Heeseung memekik keras. Kaleng dingin. "Aku bawakan susu. Buat kamu minum."

Heeseung menegakkan badannya dari posisi tiduran di atas mejanya. Sejujurnya, dia sedikit tidak rela karena dia masih ingin bermalas-malasan. "Eung, susu?" Heeseung mengambil kaleng yang tadi ditempelkan ke pipinya itu. "Buat aku?"

Sunghoon, yang sekarang tengah membuka bungkus rotinya, mengangguk. "Iyalah, untuk siapa lagi?" tanya Sunghoon sambil mendengus lembut.

Heeseung mengerjap sebelum mengulas senyum kecil. "Kenapa gak yang rasa stroberi?" Sekali pun Heeseung terdengar memprotes, dia tetap bermaksud hanya untuk menjahili Sunghoon. "Ini rasa cokelat, Hooon~" Heeseung mencebikan bibirnya.

"Aku nggak pernah nemu susu kaleng rasa stroberi," jawab Sunghoon. Atlet itu berdecak lalu mengambil alih kaleng tersebut dari tangan Heeseung. Ia membuka tutup kaleng tersebut. Tindakannya membuat Heeseung terdiam. "Tadi aku lihat mukamu lesu banget saat masuk gerbang. Kebetulan aku bawa susu kalengan dari rumah. Kamu tahu sendiri, kan, aku nggak suka minum susu dingin. Maaf, ya, kalau rasanya malah cokelat bukan stroberi."

Kaleng susu tersebut sudah tersodor ke arah Heeseung dalam posisi terbuka.

Dengan lambat-lambat, Heeseung menerimanya. Bibirnya kembali membentuk senyum.

"Aku padahal cuma bercanda. Makasih, ya," gumam Heeseung. Dia meneguk susu dari Sunghoon, dia bisa melihat dari sudut matanya Sunghoon tersenyum lebar.

Sesenang itukah Sunghoon karena Heeseung minum susu pemberiannya? Dasar aneh.

"Minggu depan di hari Selasa aku berangkat ke Jepang," beritahu Sunghoon. "Penerbangan sore. Mau mengantarku?" Salah satu alis pemuda itu terangkat--menunggu jawaban Heeseung.

Pertanyaan Sunghoon membuat Heeseung terdiam.

Jarak antara bandara dengan sekolah maupun rumahnya itu sangat jauh. Butuh waktu 45 menit perjalanan menggunakan kereta ke arah khusus bandara. Jika naik mobil seperti taksi jelas akan menghabiskan waktu yang lebih lama.

gold digger •  jayseung - hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang