# 35

2.3K 399 187
                                    

Menemukan pesan bahwa Heeseung duluan yang ingin menemuinya adalah hal yang aneh dan Jay tidak mengira akan terjadi.

Sebenarnya biasa saja, sih. Dia bertemu Heeseung adalah sesuatu yang biasa terjadi. Tidak ada yang spesial.

Akan tetapi, Jay tidak memungkiri kalau jantungnya berdegup lebih cepat ketika Heeseung mengajaknya bertemu di perpustakaan hari ini. Dia bahkan sampai repot-repot memperbaiki kerah seragamnya yang tidak berdasi--sengaja tidak pakai karena dia tidak suka.

"Kenapa?"

Dengan nada setengah dingin setengah datar khasnya, Jay bertanya sambil mengambil posisi duduk di sebelah Heeseung yang tengah membaca sebuah buku.

Jay melirik bukunya sekilas. Astaga, buku biologi. Mata Jay langsung sakit hanya dengan melihat halamannya.

"Tidak kenapa-napa, aku hanya menghubungimu saja." Heeseung menjawab sambil tersenyum simpul. Satu alis Jay terangkat.

"Oh, kamu sudah dibuang oleh teman-temanmu lalu menjadikanku pelarian, ya?" tanya Jay terang-terangan.

Heeseung berdecak lalu menendang kaki Jay yang ada sisinya. "Mulutmu jahat sekali," keluh pemuda Lee tersebut. "Lagipula aku tidak dibuang. Entahlah. Belum, mungkin? Yang pasti Taehyun sudah membuat jarak denganku."

Jay meringis mendengarnya. Dia tidak menduga akan banyak sekali drama persahabatan yang dialami anak SMA seusianya. "Lalu kenapa kamu memintaku ke sini?"

Heeseung menutup bukunya lalu tampak berpikir. "Eung ... Aku juga tidak tahu?" Heeseung terdengar ragu. Ia kelihatan berpikir dan wajahnya menggemaskan sekali saat ini. "Akhir-akhir ini kamu jarang menyuruhku ini-itu."

Ucapan Heeseung membuat Jay mengulas seringai. Ia mendekatkan badannya ke arah Heeseung. "Kamu rindu jadi babuku?"

"Nggak, sih." Heeseung mencebikan bibirnya sambil menggeleng. "Aku nggak mau ngerjain lagi semua tugas--"

Heeseung menoleh tepat ke arah Jay dan di saat itulah Jay menyadari sesuatu.

Jarak di antara mereka saat ini sangatlah dekat.

Jay bahkan bisa merasakan deru napas Heeseung menerpa kulit wajahnya bersamaan dengan ekspresi terkejut yang terlihat jelas di sana.

"--mu."

Yang Jay bisa lakukan saat ini hanyalah mengamati betapa tanpa celanya seorang Lee Heeseung. Dia bisa melihat pipi berisi dengan kulit yang berseri, bulu mata lentik, sepasang bibir basah, dan kedua bola mata yang tengah menatapnya dengan terkejut.

Cantik. Manis.

Bagaimana rasanya memiliki Lee Heeseung sebagai pacarmu?

"J-Jongseong?"

Jangan lupakan bagaimana Heeseung menjadi satu-satunya orang selain guru yang sering memanggilnya bukan dengan nama alias. Bukan Jay. Benar-benar Park Jongseong.

"Uh." Jay mengerjapkan matanya. Dia baru menyadari bahwa dia memang benar-benar sangat dekat dengan Heeseung sekarang dan itu jelas membuat canggung.

Jay menarik dirinya dan duduk kembali dengan posisi benar. Rasanya malu juga, tetapi dia menutupinya dengan menggaruk tengkuknya. "Uh..."

Dari sudut matanya, Jay bisa melihat Heeseung juga memperbaiki posisi duduknya. Sekali pun berusaha terlihat biasa saja, Jay mendapati ujung telinga pemuda itu memerah. Jay mengulum senyumnya.

"Sepulang sekolah ini mau makan di luar?"

Jay tidak tahu apa yang membuatnya bertanya seperti itu. Dia hanya melakukannya secara impulsif. Tidak ada rencana sebelumnya, hanya secara spontan terlontar.

gold digger •  jayseung - hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang