# 15

2.7K 462 60
                                    

Ini adalah akhir yang pekan yang tenang. Heeseung sengaja tidur malam sekali agar bisa bangun sedikit lebih siang dan berleha-leha di atas kasurnya lebih lama.

Nyatanya, kurang lebih setengah jam setelah ia bangun ia menerima telepon dari Sunghoon. Huh, kenapa juga anak itu meneleponnya pagi sekali? Heeseung merasa suaranya masih sangat serak sekarang.

"Halo." Mau tak mau, Heeseung mengangkat juga telepon dari temannya itu. "Ada apa, Hoon?"

Ada hening untuk beberapa waktu yang menyebabkan Heeseung menguap lebih dulu. "Kamu baru bangun?" tanya Sunghoon dari seberang panggilan setelah beberapa detik.

"Tidak juga. Aku sudah bangun dari tadi, cuma aku masih belum pindah dari bantal dan guling," jawab Heeseung jujur. Ia menyipitkan matanya untuk melihat jam dinding di kamarnya. Jam tujuh. "Kenapa meneleponku?"

"Kamu tidak menjawab apa-apa di grup." Oh. Suara Sunghoon yang terdengar datar itu malah membuat Heeseung merasa tidak enak sendiri. "Apa kamu sibuk?"

"Nggak. Aku kemarin cuma banyak urusan jadi tidak sempat lihat grup." Ini jujur. Kemarin Jay sangat merepotkannya dengan banyak tugas--anak laki-laki itu malas sekali untuk sekadar membuat tabel pada bukunya--dan setibanya di rumah ia lebih memilih menonton anime. "Maaf, ya. Bukan bermaksud untuk mengabaikan kalian."

"Hu-um, baiklah. Aku mengerti." Meski Sunghoon bilang begitu, Heeseung masih tetap merasa tidak enak.

"Apa habis seleksimu nanti kita pergi ke satu tempat?" tawar Heeseung dengan sedikit pelan. Dia mencoba memberi penawaran. "Kita sudah lama sekali nggak jalan cari minuman."

Sunghoon tidak langsung menjawab. Heeseung bisa mendengar suara pintu mobil dibuka sebelum Sunghoon menjawab, "sekarang aja bagaimana?"

"Hah?!"

"Aku akan menjemputmu setengah jam lagi. Tolong kirimkan alamat rumahmu." Heeseung langsung bangkit dari posisi tidurannya dengan kedua mata melebar sempurna. "Masih ada waktu beberapa jam sebelum seleksiku. Kita akan berangkat ke ice rink bersama."

"Hei, aku belum mandi!"

Sunghoon tidak mungkin menjemputnya di rumah ini. Tidak tidak, tidak boleh. Heeseung harus mengungsi ke suatu tempat dulu agar Sunghoon tidak melihat rumahnya.

"Akan aku tunggu kamu mandi."

"Aku mandi sangat lama! Bisa satu jam mandi!" Heeseung mencari alasan bodoh. Dia berjalan mengambil handuknya dengan panik. "Bagaimana?! Kelamaan banget kalau kamu harus tunggu aku!"

Ada suara bergumam sejenak dari seberang selagi Sunghoon membuka kunci kamarnya.  "Aku gak keberatan kalau tunggu kamu," ujar Sunghoon, berhasil membuat Heeseung mengerang. Temannya ini keras kepala sekali.

"Ajak yang lain sa--"

"Yang lain nggak bisa, Heeseung. Yang lain punya kesibukan masing-masing, cuma kamu yang bisa angkat teleponku pagi ini."

Baiklah. Heeseung menyerah.

"Oke."

Akhirnya, begitu panggilan dimatikan oleh Sunghoon dengan Heeseung berjanji akan mengirimkan lokasinya, Heeseung langsung masuk kamar mandi tanpa berhenti berpikir tempat mana yang bisa ia jadikan sebagai titik temunya dengan Sunghoon nanti.
 
  
   

gold digger •  jayseung - hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang