# 46

2.5K 432 143
                                    

Jay bisa merasakan senyumnya merekah saat melihat Heeseung duduk di salah satu kursi.

Senyumnya sedikit meluntur ketika menyadari bangku di sebelah Heeseung kosong sedangkan Kang Taehyun sendiri duduk di meja lain. Jay berinisiatif untuk mengambil posisi di sebelah Heeseung sambil menepuk bahunya ringan.

"Halo, babuku."

Ada rengutan kecil di wajah Heeseung saat Jay melempar seringai jahil. "Aku kira kita teman." Heeseung memutar bola matanya jengah sementara Jay terkekeh kecil.

Apa Jay menganggap Heeseung teman? Sejauh ini ya, tetapi ia tidak bisa membohongi perasaannya bahwa ia ingin lebih dari sekadar predikat itu.

"Sebenernya tujuanmu di sini itu ngapain?" tanya Heeseung membuka dialog.

"Diajak Sunoo." Jay mengarahkan dagunya ke pemuda bermata seperti rubah yang tengah duduk di depan. Sunoo kelihatan antusias sekali padahal yang ikut lomba bukan dia. "Mungkin di akhir-akhir aku bakal ambil foto. Buat LPJ OSIS."

Heeseung mengangguk mengerti. "Kelihatannya ngerepotin," ringis Heeseung.

Jay menggeleng. "Sebetulnya gampang. Aku cuma perlu duduk dan foto," jelas Jay. "Cuma ya ... capek nungguinnya. Bosan juga." Akan tetapi, Jay rasa dia tidak akan secepat itu bosan dan lelah kali ini karena ada Heeseung di sisinya.

Mereka berdua kemudian diam begitu guru pelatih lombanya sudah masuk ke dalam ruangan. Beliau hanya membicarakan teknis biasa dan melakukan perkenalan. Taehyun dan Heseung memperkenalkan diri. Jay merasa tidak ada urgensi yang mengharuskannya perkenalan diri (duh, dia cuma menemani Sunoo dan butuh dokumentasi untuk LPJ OSIS), jadi Jay tetap diam di kursinya.

"Aku mau tanya." Jay memutar badannya sedikit untuk menghadap Heeseung. "Apa kamu pernah latihan secara formal dalam bidang menyanyi?"

Pertanyaan itu simpel bagi Jay. Dia hanya ingin tahu karena Heeseung punya catatan yang bagus dalam vokal sekali pun bukan anak paduan suara. Agak sedikit disayangkan, sih, menurut Jay--paduan suara bisa semakin bagus kalau ada Heeseung di dalamnya.

Sayangnya, ekspresi di wajah Heeseung itu menggelap setelah mendengar pertanyaan Jay.

"Kamu mau jawaban yang sama dengan apa yang kubilang ke teman-temanku atau jawaban yang sebenarnya?" tanya Heeseung balik, nada bicaranya lirih.

Jay terdiam.

"Yang sebenarnya."

Heeseung menarik napas lalu membuangnya perlahan. "Nggak. Aku belajar menyanyi secara otodidak. Aku cuma tau suaraku bagus dan aku paham musik lebih dari orang lain," jawab Heeseung. Bibirnya mengulas senyum yang amat samar seolah ia memang tidak mau tersenyum pada dasarnya. "Kenapa?"

"Nggak apa." Jay menggelen cepat. Dia tidak mau membicarakan hal yang membuat Heeseung tidak nyaman. "Cuma kepo aja. Aku rasa kalau ada kesempatan lain, kamu bisa daftar padus."

"Tahun depan kita kelas dua belas, Jay."

"Kesempatan lain, kan, nggak mesti tahun depan?"

Heeseung menatap Jay dengan tatapan aneh untuk sepersekian detik sebelum berdecak. "Padus kuliah gitu, maksudmu?"

Jay mengangguk. "Iya."

Bibir Heeseung kembali mengulas senyum. Kali ini terlihat lebih lebar dan tulus dari sebelumnya dan membuat Jay merasa hangat.

"Pikirin aja dulu gimana masuk kuliahnya, baru pikirin yang lain-lain."
 
  
  
   
   
    
   
  
  
 
Taehyun yang memilih duduk di lain meja dengan Heeseung memang cukup menyakitkan, tetapi mereka berdua sudah saling bertukar pandang dan anggukan. Heeseung pikir, Taehyun mulai bersikap biasa kepadanya.

gold digger •  jayseung - hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang