# 20

2.7K 459 98
                                    

Note : ini double update, jadi kalau belum baca chap 19 baca dulu ya 😀

  
  
 
  
 

Jelas-jelas ada yang aneh dari pemuda Lee di hadapannya ini.

Mereka sedang di belakang rumah hijau sekolah--atas kemauan Jay sendiri karena rasanya bosan sekali harus terus-terusan bertemu di ruang OSIS. Kali ini Jay suruh Heeseung mengerjakan tugas seni budayanya, yaitu menggambar siluet. Jay tidak terlalu suka menggambar.

Jay pikir anak berjurusan IPA itu akan mendumel panjang dan lebar seperti apa yang ia sering lakukan ketika Jay menyuruh-nyuruhnya. Mengejutkannya, Heeseung hanya mengiyakan permintaannya.

Iya, sih, dia menurut. Akan tetapi, ketika mereka tiba dan Jay menyodorkan buku gambarnya, Lee Heeseung sama sekali tidak menggoreskan apapun di atas kertas dan malah termenung layaknya orang bodoh.

Ini sudah berlangsung selama sepuluh menit. Lima belas menit lagi jam istirahat habis.

"Hoi!" Dengan tidak sabaran, Jay menjentikan jarinya di depan wajah Heeseung. "Kamu kesurupan, ya?!"

Mata Heeseung mengedip singkat sebelum ia menjawab, "nggak, kok." Heeseung menggerakan pensilnya sedikit, namun sama sekali grafitnya tidak menyentuh kertas. "Aku cuma lagi berpikir."

"Berpikirnya nanti saja," tukas Jay. "Kerjakan dulu tugasku."

Heeseung menoleh untuk menatap Jay sebelum dia cemberut. "Hutangku dengan pihak PayLater sudah lunas, tapi kenapa aku masih terjebak sama kamu?" tanyanya.

Wajahnya imut, sih, saat bertanya seperti itu. Jay harus mengakui. Sayang, pertanyaannya bodoh sekali sehingga ia menyentil keras kening Heeseung dan berhasil membuat remaja itu memekik.

"Kamu hobi banget menyentil keningku!"

"No, you aren't the only one." Jay berucap datar. "Aku menyentil semua orang yang menyebalkan bagiku. Jangan merasa spesial."

Heeseung memutar bola matanya. "Aku bahkan gak merasa spesial sama sekali karena disentil olehmu!"

"Oh, bagus kalau begitu." Jay kemudian menunjuk buku gambarnya. "Sekarang lanjut kerjain tugasku."

Rasanya puas ketika melihat Heeseung mendengus keras. Dia makin puas saat Heeseung mengambil penggarisnya dan mulai menggambar garis tepi. Setidaknya, anak itu mulai membuat progress pada pekerjaannya dan tidak hanya asik merenung.

Jay memutuskan untuk bermain Instagramnya. Dia habis mem-posting sesuatu (sebetulnya swafoto dirinya sendiri) dan melihat banyak yang mengirimkannya komentar. Rata-rata dari anak perempuan yang mengatakan dia tampan dan segala macam pujian lainnya.

Tidak, Jay tidak besar kepala. Dia tahu dia tampan, tetapi dia juga tahu kalau menjadi tampan saja tidak cukup.

"Jay." Suara Heeseung memanggilnya. "Aku boleh bertanya?"

Jemari Jay berhenti menyentuh layar ponselnya. "Tanya apa?"

"Apakah kamu pernah nge-date dengan temanmu sendiri?"

Pertanyaan itu membuat Jay sedikit terkejut. Dia melempar pandangannya ke Heeseung--pemuda itu tetap melanjutkan pekerjaannya, hanya saja kali ini sambil bicara.

Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?

"I don't date my friends." Jay mengulas senyum tipis. Dia pernah beberapa kali pacaran--hanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya mengenai sensasi menjalin hubungan, tetapi tidak ada satu pun dari mantan pacarnya yang merupakan teman Jay. Lagipula sekarang teman yang Jay anggap 'teman' hanya Geonu dan Nicholas; membayangkan pacaran dengan mereka berdua rasanya jijik sekali.

gold digger •  jayseung - hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang