3 - Rindu

380 78 87
                                    

Hari-hari MOS berjalan dengan tenang setidaknya bagi Manda. Kalau untuk Jay, jangan ditanya lagi. Sudah pasti dia yang paling bermasalah di antara semua murid baru di sekolah ini.

Seru, sih, menyaksikan keributan yang sumbernya bukan dari diri Manda sendiri.

"Untuk pemenang kategori Most Diligent jatuh kepadaaaaa—!"

Benar, sekarang sudah memasuki hari terakhir MOS dan seluruh rangkaian kegiatan akan segera selesai. Manda bisa bebas dan balik bersantai seperti sedia kala.

"Selanjutnya, untuk pemenang kategori Most Naughty jatuh kepadaaaaaa—!"

Manda mulai menguap menahan kantuk, karena tidurnya yang tak cukup gara-gara acara ini.

"JAYANDARU DARI KELOMPOK MERPATI!"

Ah, terlalu mudah untuk ditebak. Manda mengangkat sebelah alisnya seraya memasang senyum miring.

Teman-teman kelompok anak itu segera berteriak riuh dan bertepuk tangan atas kemenangan Jayandaru dalam kategori 'Paling Nakal', tidak salah lagi wajah pemuda itu pasti akan sangat dikenal oleh satu angkatan.

< f a v o r i t e b o y >

Bosan. Satu kata itu menjadi perwakilan dari perasaan Manda malam ini. Gara-gara terbiasa sibuk dengan tugas MOS, sekarang rasanya jadi aneh kalau tidak bergerak.

Sepertinya Manda termasuk spesies langka sebab ia tidak terlalu suka rebahan. Badannya gampang pegal katanya kalau terlalu lama goleran di kasur.

Notifikasi dari aplikasi chat milik Manda tiba-tiba berbunyi. Dengan cekatan dan penuh harap ia memeriksa notifikasi tadi.

"Semoga dari Jay," gumamnya.

Dan, benar. Pesan itu datang dari Jay yang mengajak Manda untuk keluar makan malam.

Matanya berbinar-binar membalas pesan lelaki itu, tak bisa dipungkiri kalau hatinya sekarang tengah menghangat. Seperti ada gejolak rasa gembira untuk bertemu Jay setelah sekian lama tak jumpa.

Itu namanya apa, ya?

Dering telepon berbunyi, membuat Manda menghentikan aktivitas mencari baju nya.

Jay menghubunginya.

"Halo, Manda."

"Iya, kenapa Jay? Udah sampe di tempat?"

"Gila, baru aja beberapa menit yang lalu gue ajakin. Ya sekarang gue masih siap-siap, lah."

"Oh, sama."

"Gini, gue jemput lo, ya."

Manda menggeleng kala berujar, "Gak gak gak. Gak usah repot-repot, Jay. Gue bisa ke sama sendiri."

"Sendiri? Maksud lo ngegojek, kan?"

"Iya."

"Buang-buang duit aja lo. Masih ada gue, santai aja kali."

Manda merasa keberatan, karena dia benar-benar tidak mau merepotkan Jay. "Tapi, Jay—"

"Tidak menerima penolakan. Lima belas menit lagi gue otw ke rumah lo."

"JAY!"

Panggilan diputuskan secara pihak oleh Jay. Manda hanya bisa menghela napas panjang, pasrah akan kenyataan bahwa hatinya tidak akan baik-baik saja malam ini.

< f a v o r i t e b o y >

Pemuda itu pasti sedang menyimpan strategi tersembunyi untuknya nanti. Lihat saja, firasat Manda biasanya tak pernah meleset.

"Jangan ngebut-ngebut, ya. Awas lo."

"Iya, ih galak amat," sahut Jay, menghidupkan mesin motornya.

Hari ini mereka makan di Sushi Tei. Katanya, Manda kangen berat sama sushi dan ramennya.

"Man, lo masuk di IPA berapa?"

"5. Lo IPS berapa?"

"Yah, jauhan dong kelasnya. Gue di IPS 1. Kenapa lo gak milih IPA 8 aja, sih? Kan bisa gue samperin tiap hari."

"Mana bisa milih, bodoh. Ini tuh udah sesuai nilai makanya gue dapet IPA 5. Lagian gue gak pengen ketemu lo tiap hari," ujar Manda, tajam.

Jay membulatkan bibirnya. "Gitu, ya sekarang. Sedih juga, gue yang nahan rindu sendirian ternyata."

Terdapat sedikit jeda saat Manda hendak menyendok sesuap ramen ke dalam mulut. Dada nya seperti ditendang hebat oleh dentuman jantung dalam raga.

"Manda," panggil Jay.

Manda hanya berdehem tanpa menatap mata si pemanggil.

"Amanda Bulan Raidina."

Manda hampir tersedak kuah ramen saat Jay dengan sangat santai mengucapkan nama lengkapnya.

"Apa sih, Jay?!"

Tatkala mata mereka saling bertemu satu sama lain, atmosfir yang dirasakan juga semakin kuat dan makin mempersempit ruang oksigen untuk dihirup.

"Tahu gak apa yang lebih berat dari rasa rindu?"

"Apa?"

"Mencintai seseorang yang begitu dekat namun terasa sangat jauh."

Lagi. Lanturan laki-laki ini menyebabkan detak jantung dalam dadanya berdentum kencang, dan kali ini terasa menyakitkan. Momen keheningan yang berlangsung ini harus segera dihentikan sebelum semuanya menjadi canggung.

Tak lama, Jay kemudian tertawa tanpa sebab. "Di kelas gue ada yang ngegombal gitu masa ke kakak OSIS."

"Hah?"

Manda seratus persen tidak paham dengan perkataan Jay.

"Itu pas MOS tadi, di kelas gue buat yang mau pulang cepat harus gombalin kakak-kakaknya. Kalau berhasil bikin kakaknya senyum-senyum berarti boleh pulang." Jay lanjut ketawa.

Tapi Manda tercenung. Ia tak mengerti dimana letak kelucuan yang Jay tertawai.

"Gak lucu."

"Serius amat. Itu lucu tahu."

"Nggak."

Jay menghentikan kekehannya, lalu mengganti topik. "Kalau gue suka sama lo, itu lucu apa nggak?"

Benar, kan. Ini pasti strategi Jay buat layangin pernyataan cintanya lagi. Manda mulai menyatap sisa ramennya dan tak memerdulikan ocehan anak itu.

"Nggak."

Pemuda tadi seketika bertingkah malu-malu kucing mendengar jawaban Manda. "Aw, gue diseriusin."

Lah, kok jadi nyasar ke sana?

"Aneh. Maksud gue, 'nggak' dalam artian gue nolak lo."

Raut muka Jay tidak berubah. Masih dengan wajah tersenyum menggoda ia membalas, "Gue gak ada maksud buat minta lo jadi pacar gue, tapi kok lo malah langsung menyimpulkan ke sana?"

Sial.

"Fix, lo suka sama gue. Lo pengen pacaran kan sama gue, Man?"

"Bacot."


[].

guyssss klo aku bikinin semua cerita anak weeeklyhypen kalian mau baca jg gak? 🥺

nih aku spill cover playlist nya dlu 👀

nih aku spill cover playlist nya dlu 👀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Favorite BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang