12 - Rencana

227 50 4
                                    

Sesampainya di warteg langganan yang posisinya jauh dari sekolah. Jay langsung memesan makanan sebanyak tiga porsi. Dalam batin Ibu penjual sudah berprasangka kalau Jay ini belum makan dari seminggu yang lalu.

"Jay, lo kenapa anjir??!" pekik Jake dengan tatapan cemas-cemas mempesona.

"Ah, biasa. Kalau lagi bad mood dia porsi makannya memang banyak," celoteh Sagara.

Jake mengernyit, tangannya terulur untuk mengambil es teh yang ia pesan. "Eh, sumpah. Lo bad mood gara-gara apa? Perasaan tadi baik-baik aja."

Jay menggeleng. Kalau diceritakan pun ia yakin teman-temannya pasti akan dicengin. "Nggak. Gue gak apa-apa. Buru makan, habis ini kita pergi lagi."

"Hah?! Mau kemana lagi?" tanya Sagara, kemudian menyuap sesendok nasi dengan lauk di atasnya.

Jay mengunyah kerupuk. "Ke rumah Jake."

Mendengarnya, Jake hampir terbatuk hingga tersedak. "MAKSUD LO?"

"Pinjem rooftop buat nyebat lah. Boleh, kan?" tanya balik Jay.

Jake refleks menggeleng tak mengindahi keinginan Jay. "Jangan ngadi-ngadi, ada anak di rumah gue."

"Anak siapa? Anak lo?"

"Adik kali maksud lo," timpa Sagara.

"Nggak, beneran. Anaknya Layla," kata Jake dengan wajah seriusnya.

"Layla siapa?" tanya Sagara, ikutan serius.

"Anjing gue."

"Oalah, cok!" umpat Jay. Sudah tak bisa menanggapi lebih logis lagi atas jawaban Jake tadi.

"Jangan di rooftop. Taman gue aja. Aman gak ada yang tahu," tawar Jake. Ternyata mau juga menampung Jay hanya untuk sekadar menghisap sebatang rokok di rumahnya.

"Dih, lo sering nyebat ya, Jake?" Jay melayangkan pertanyaan mencurigakan.

"Ya kagak lah," Jake menampik. "Udah pensiun gue."

"Lagak lo pensiun," cibir Jay.

"Ya tapi gak tau kalau nanti tiba-tiba khilaf," tambahnya, cengengesan.

Sagara menghabiskan suapan terakhirnya lalu bertanya kembali pada Jake, "Emang dari kapan lo ngerokok?"

"SMP kelas 3. Tapi gara-gara itu juga gue kena masalah dan akhirnya ikut homsechooling waktu kelas 10," jelas Jake hanya inti saja, tak berminat menjelaskan secara rinci memori yang jelas-jelas sudah akan ia kubur dalam sampai tak mampu dijamah seorangpun.

"Waduh, turut berduka, Bro." Jay menepuk pundak Jake. Kemudian menyeruput es jeruk miliknya. "Terus sekarang lo gak ada masalah apa-apa kan?"

"Nggak lah. Gue sengaja pindah bahkan biar cepat ngelupain masalah itu."

"Glad to know that." Jay mengangguk tersenyum.

"Gar, lo ikut kan ke rumah Jake?"

"Boleh, deh. Gue juga gak ada kerjaan di rumah," ujar Sagara yang tengah menyemili sisa kerupuknya.

Jake melempar senyum jahilnya. "Siap. Nanti lo bisa kerja ngepel lantai di rumah gue kok, Gar."

"Bibirmu."

Mereka bertiga lantas tertawa. Sejenak setelah ketiganya selesai makan, mereka diam sebentar supaya nasi yang tadi turun dulu sampai ke usus dan dicerna dengan baik di perut mereka.

Sembari menunggu, tak elak mereka saling melempar lelucon murahan yang dengan mudahnya membangkitkan sedikit mood Jay kembali.

Setelah dirasa sudah cukup istirahat. Mereka pun membayar makanannya dan hendak keluar dari warung tersebut.

Tak sengaja, mereka melihat salah satu junior basketnya. Sedang santai menghisap sebatang rokok.

"Eh, Nugraha bukan?" sapa Jay.

Yang dipanggil kemudian menoleh dan mengangguk pelan sambil berkata, "Eh, iya Kak."

"Wih. Gila. Gue gak tahu lo nyebat juga, Nu," kata Jay.

Nugraha hanya bisa tersenyum canggung sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Komuk nya gak mendukung banget, demi. Gue kira lo orangnya polos, Nu," timpal Jake.

Sagara berdehem. Lumayan panjang. "Seperti kata pepatah, Jangan menilai buku dari seseorang."

"Apaan, sih. Yang bener, jangan menilai buku dari sampulnya, Oon." Jay memutar bola matanya malas.

Nugraha langsung melebarkan senyumnya, terbahak-bahak.

"Oh iya kita duluan ya, Nu. Have a nice day." Jake mengulas senyum sesaat. Kemudian menepuk kedua bahu temannya yang ada di depannya. "Buru bego, ntar kesorean!"

"Oke." Jay mengangkat jempolnya. "Duluan ya, Nu."

"Iya, Kak."
Sagara hanya menepuk bahu Nugraha kemudian mengekor dari belakang teman-temannya.

"Hati-hati, Kak."

[ ].

sorry ngaret 😭🙏  jdinya kukasih double up yaa! ><

Favorite BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang