Akhir-akhir ini Manda merasa ada yang aneh sama Jay sejak minggu lalu saat ia pulang dari rumah Jiya sampai hari ini. Karena sudah hampir dua minggu ini, Jay membalas pesannya lambat kadang terus juga tidak di balas. Ketikannya juga bukan seperti Jay yang biasanya.
Ia tak tahu kesalahan apa pula yang telah ia perbuat. Berkali-kali ia bertanya, berkali-kali pula lelaki itu menjawab "Bukan apa-apa."
Ya tapi kalau bukan apa-apa, kenapa beda banget sih sikapnya?!
Tahu, deh. Manda jadi merasa serba salah.
"Man, lo kenapa?" tanya Jiya, yang menyadari bahwa temannya sedang tidak baik-baik saja.
Manda menggeleng lemah. "Nggak apa-apa. Cuma masalah kecil."
"Kecil? Tapi kok lo kayak cemberut gitu dari kemarin-kemarin."
Yah ketahuan, deh.
"Cerita aja kali, Man. Siapa tahu kita berdua bisa bantu." Sofia menambahkan.
Karena sudah diberitahu begitu, akhirnya Manda menceritakan semuanya dengan sangat detil. Mulai dari titik awal hingga akhir dimana Jay berubah drastis.
Dari cerita tersebut, Jiya dapat menyimpulkan, "Lo emang salah sih kayaknya, Man."
Sofia hanya mengangguk menyetujui.
"Lo nya kurang peka gak sih, Man?" Sofia menimpali.
Jantungnya berasa dihujam ratusan anak panah dari berbagai arah. Di sini ia tak mengerti lagi hal mana yang harus ia pertahankan.
Persahabatan atau perasaan.
"Kalau boleh gue bilang, kayaknya Jay juga udah mulai buat capek bersikap baik-baik aja di depan lo," ujar Sofia, kini menopangkan dagunya pada kedua tangan.
Jiya menjetikkan jarinya, mengangguk setuju. "Bener. Mungkin selama ini di depan lo dia bersikap ceria, tapi siapa yang tahu kalau di belakang Jay diam-diam keluh kesahnya tentang lo."
Mendengar hal itu, semangat Manda semakin drop. Dia tak mengerti, mengapa cinta harus serumit ini?
Kalau ada Jay di sini, dia pasti sudah akan berkata, "Cinta itu nggak rumit. Lo nya aja yang bikin jadi rumit."
Haha. Manda sudah hapal.
"Saran gue." Jiya mendekatkan badannya, mulai memelankan suaranya, "lo sama Jay harus ngomong secara empat mata."
Manda pun mengiyakan. "Makasih banyak ya, Ji, Sof."
Sofia tersenyum teduh, begitu pula Jiya yang memakerkan rentetan gigi putih bersih nan rapinya.
"Sama-sama!"
< f a v o r i t e b o y >
Manda akhirnya mulai atur waktu agar bisa berbicara secara empat mata dengan Jay. Namun, entah mengapa, ada saja alasan dari Jay. Mulai dari sibuk, ada acara, ada latihan basket, dan masih banyak yang lainnya.
Tapi itu semua tidak membuat Manda menyerah dengan mudah. Ia tetap melayangkan pertanyaan 'Bisa gak minggu ini ketemu?' pada Jay dalam roomchat mereka.
Akhirnya, mereka pun sepakat untuk bertemu pekan ini. Mereka janjian untuk bertemu di Kafe lalu berencana untuk jalan-jalan sebentar di sekitaran Timezone.
Dari sejak diam di Kafe, ia sudah merasa ada yang salah dengan Jay. Dia jauh lebih pendiam dan terlalu fokus sama makanannya. Padahal, kalau sedang bersama Manda, pemuda itu pasti selalu melayangkan guyonan-guyonan konyol andalannya.
"Jay, akhir-akhir ini lo memang lagi sibuk, ya?" Manda memulai percakapan dengan basa-basi.
"Lumayan. Soalnya dekat-dekat ini kan mau ada pergantian line-up basket lagi."
Manda hanya mengangguk dan membulatkan bibirnya.
Suasana kembali mengeras. Tak ada bahasan apa-apa lagi yang keluar baik dari mulut Manda, maupun Jay.
Sampai sekitar 30 detik berlalu, Jay angkat bicara, "Man, sorry, kayaknya next time kita gak bakal bisa sering keluar lagi, deh."
"Hah? Kenapa?" Kaget. Manda jadi refleks bertanya seperti itu.
"Sahabat itu gak kayak gini. Sahabat itu gak boleh ada rasa yang lebih dari sekadar teman. Jadi gue minta waktu buat gue bisa lupain rasa gue ke lo."
Apa-apaan.
Mengapa saat mendengar perkataan Jay dada manda terasa kian sesak, oksigen di sekitarnya mendadak susah untuk ia hirup.
Pupilnya mulai memanas, tanpa disengaja air matanya menetes pelan.
Jay mendongak dan membulatkan matanya. Ia begitu panik ketika mendapati Manda sudah terisak tanpa suara di depannya.
"Man? Hei, jangan nangis, dong. Maafin gue, ya. Gara-gara perasaan gue, semua jadi kayak gini."
"Jay..." Manda gak bisa ngomong apa-apa selain melanjutkan tangisannya dan memanggil nama Jay.
Keep strong, Jay. Keep strong. Lo harus bisa. Lo mau yang terbaik buat Manda, kan? Lo mau jadi cowok yang paling Manda butuhin, kan? Kalau itu yang lo mau, lo harus segera membuang perasaan ini secepatnya. Meski salah satu dari kalian harus tersakiti.
Pikiran Jay mulai berkecamuk dengan sendirinya.
Ah, ini buruk. Ini benar-benar mimpi buruk tersendiri buat Manda. Hari ini berjalan sangat buruk. Manda tidak menyangka kalau akhirnya akan seperti ini
Manda bodoh.
Ia bahkan tak tahu perasaannya sendiri pada Jay seperti apa.
Apa seperti seorang sahabat?
Atau malah sebagai sepasang kekasih?
[ ].
cakep nih (calon) pacarnya manda 👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Boy
FanfictionJay adalah orang yang pantang menyerah, apalagi menyangkut soal perasaan. Baginya menaklukan hati Manda adalah sebuah keharusan. Namun, mampukah ia? ______ +au +local name +harsh words [ park jongseong x kim jimin // #MOONBUNSU ] ## credit: -typefo...