15 - Mata Panda

213 48 6
                                    

Berkat hari kemarin, Manda sekarang sukses membuat kantung mata macam panda sebab menangis hampir seharian. Aduh, rasanya mau melek aja kayak susah banget.

Saat upacara, Sofia dan Jiya pun memerhatikan. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat muka Manda yang pucat disertai mata yang sembab.

"Man, lo habis nangis semalaman, ya?!" pekik Jiya.

"Sssst! Suara lo, Ji," singgung Sofia. "Kok bisa sih lo, Man... Ada masalah apa kemarin?"

Ia hanya bisa menggeleng lemah. Rasanya enggan untuk menceritakan kisah yang tidak ingin ia ingat-ingat lagi.

Jiya dan Sofia pun tak memaksa. Tapi tetap saja, mereka sangat khawatir dengan keadaan Manda saat ini.

"Mending lo diem UKS aja deh, Man...," usul Jiya, agak memelankan suaranya.

Ia tetap menggeleng. "Nggak. Gue gak mau jadi pusat perhatian sama di interogasi di sana."

Sofia mengelus punggung Manda lembut, ia berusaha menenangkan perempuan itu. Jiya pun juga memberikan tatapan iba dan berkali-kali memeluknya.

Di sisi lain, Jay...

Matanya juga tidak kalah sembab dari Manda.

Alih-alih bersimpati, Jake dan Sagara justru tertawa melihat penampakan Jay pagi ini.

"Aduh, lo habis nangis apa begadang, Bro? Sampai sembab gitu," celetuk Jake.

"Yuk bisa yuk, move on, yuk," ujar Sagara, bermimik datar.

"Bacot lo pada."

"Menurut gue cara ini pasti ampuh, sih. Lo lihat bakal bertahan berapa lama si Manda gak kontak-kontakan sama lo," kata Jake dengan nada sangat meyakinkan.

Terlalu yakin, Jay malah jadi makin pesimis "Gue gak yakin Manda bakal nyari gue lagi."

Jake menepuk punggung Jay beberapa kali. "Kok lo malah putus asa gini, sih? Mana kobaran api semangatmu anak muda?!?!"

"Semangat gue habis dimakan rasa harap," ungkap Jay sedu.

Jake tergeragap. "Oh, man..."

"Lagi upacara bego, jangan berisik," tegur Sagara yang kini sudah rapi berbaris di belakang mereka berdua.

Tapi, jujur aja, kepercayaan diri Jay memang mendadak hilang entah kemana semenjak kejadian kemarin. Kalau dipikir-pikir, mana mungkin Manda mau nyari dia lagi, kan? Dia berasa sedang menjadi tokoh antagonis dalam serial drama Korea.

Hanya bisa pasrah akan kenyataan pahit yang mungkin akan tiba nanti.

< f a v o r i t e b o y >

Satu bulan ini habis terlewati begitu saja tanpa ada momen yang istimewa. Sampai tak terasa sebulan lagi mereka akan menaiki jenjang kelas 3 SMA. Which means, hari-hari akan semakin berat karena berbagai macam tetek bengek ujian akan menghantui.

Kebetulan minggu ini hanya akan membahas remedial saja jika ada yang mengalami remedial ulangan. Selebihnya hanya belajar sendiri atau bisa dikatakan jam kosong.

Di masa-masa terakhir kelas 11 nya, Manda sendirian. Lebih murung dari biasanya. Karena sudah tidak ada lagi yang namanya mengobrol via chat bersama Jayandaru.

Kalau dibilang ia ngenes, itu tidak sepenuhnya benar. Ada satu-dua cowok yang berusaha mendekatinya. Namun, balik lagi, rasanya sangat beda ketika Jay yang melakukan hal itu.

Perasaan yang ada saat dia bersama dengan Jay itu sungguh berbeda dari laki-laki manapun. Jantungnya tidak berdegup kencang seperti biasanya kalau tidak dengan Jay.

Sadar akan hal itu, ia mulai meratapi kebodohannya sendiri. Ia tahu ia sudah terlalu telat untuk mengungkapkan semua ini pada Jay. Dalam hati ia berpikir, Jay sekarang pasti sudah tidak menyukai dirinya lagi.

Bahkan pohon yang sudah terpupuk dan tumbuh dengan baik di dalam hatinya, kini terlihat telah layu dan perlahan membuat daun-daun jatuh berguguran.

Ah..... Amanda telah benar-benar jatuh hati pada laki-laki bernama Jayandaru itu.

Jay apa kabar, ya?

Tentu. Kabar baik. Saat ini ia sedang fokus-fokusnya belajar demi mencapai PTN yang ingin ia tuju. Ia tidak ada waktu untuk memikirkan cinta-cintaan dengan perempuan lain.

Bahkan, ia sendiri tidak tahu apakah rasanya kepada Manda masih sama dan utuh atau malah sudah berbeda dan hancur.

Jake dan Sagara pun terkagum-kagum akan ketangguhan hati yang Jay miliki.

"Jay, lo kok jadi kayak lebih tenang dari biasanya ya," komen Jake.

Tangan Jay bergerak, mencatat apa yang tertulis di papan. "Iyalah, bentar lagi kelas tiga, fokus dulu sama pendidikan, Bro."

Sagara menyatukan kedua telapak tangannya. "Wow. ampun bintang kelas."

"Lebay. Gue mau sukses juga kali. Biar cewek yang sama gue nanti masa depannya nggak mengkhawatirkan," ungkap Jay.

Yang sayangnya tidak ditanggapi serius oleh kedua sohibnya.

"Wow, dewasa banget kakak." Jake bertepuk tangan. Melebarkan senyuman.

"Kalian juga udah harus mikirin masa depan kalian, loh," tegur Jay. Matanya memicing bergantian pada dua temannya ini.

"Gue sih santai. Masa depan gue udah ada," sahut Jake. Mengundang tanda tanya besar dari Jay dan Sagara.

"Hah?"

Jake tersenyum miring. Gayanya agak tengil. "Gue baru jadian kemarin, ehe."

"SAMA SIAPA ANJING???" Jay kaget. Merasa iri.

"Bukan, lah. Gue masih waras. Gak mungkin pacaran sama anjing."

Sagara sama Jay sudah lelah sebenarnya, tapi untung masih sabar.

"Jangan pancing emosi gue ya, Jake," kata Jay, tangannya sudah bersiap-siap akan menampol halus pipi Jake.

"Pasti sama tetangga lo, kan?" tebak Sagara.

Terdapat keheningan beberapa detik sebelum Jake menjawab, "Tahu darimana lo???? Cenayang?!?!"

Kali ini giliran Sagara yang memamerkan senyum miring mematikannya. "Kelihatan dari gerak-gerik lo akhir-akhir ini, halah."

Apa cuma Jay yang clueless? "Astaga, gue gak tahu, tuh."

"Ya lo fokus belajar, sih. Gue kan nganggur," celetuk Sagara.

Jay menatap malas ke arah Sagara. "YEEEE. Lo juga harusnya belajar lah, sompret!"

"Yah, berarti tinggal kalian berdua doang yang jomblo, ya." Diam-diam Jake mencibir, karena setelah berkata begitu ia tertawa puas.

"Awas kena karma malah putus," balas Sagara. Keras juga mainnya.

"JANGAN ANEH-ANEH YA LO DOANYA!" pekik Jake yang mulai kelihatan agak panik.

[ ].

wow hampir lupa aku punya book moonbunsu. maaf ya guys 😭😭😭🙏

Favorite BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang