Jay akhirnya tiba di rumah Jake. Soal Sagara, tadi dipertengahan jalan ia mendadak tidak jadi ikut. Katanya ada urusan mendadak.
Ya sudah, akhirnya hanya Jay yang mampir main ke rumah Jake. Dia tidak jadi merokok. Katanya, mood nya sudah agak baikan.
Untuk mengurangi rasa bosan, Jay akhirnya bermain dengan peliharaan Jake, Layla. Sedangkan Jake, bermain dengan anaknya Layla.
Larut akan kelucuan dan rasa gemas dengan si anjing, Jake hampir tak menyadari bahwa bel rumahnya sedari tadi berbunyi.
"Jakeeee. Jakeeee lo udah pulang, kan?"
Mendengar suara yang khas di indera pendengarannya, ia buru-buru bangkit dan merapikan penampilannya yang agak sedikit berantakan.
"Siapa tuh?" tanya Jake, tangannya masih mengelus bulu-bulu Layla.
"Biasa, fans gue," jawabnya.
"Dih pede."
Tak ada jawaban dari Jake yang langsung melangkah menuju pintu rumah. Jay pun memutuskan untuk ikut beranjak dari duduknya dan mengarah menuju taman belakang milik Jake.
Namun, tahu tidak? Batas antara taman milik Jake dan tetangganya hitu hanya sebatas pagar kayu yang pendeknya sebahu Jay. Jadi, aktivitas tetangga sebelah pasti akan terlihat.
Jay mematung seketika melihat sosok Manda di sana yang sedang memainkan kertas-kertas yang telah disobek.
What the f—
Jay spontan membungkuk. Detak jantungnya mulai berantakan. Gila. Ini sudah berada jauh di luar dugaannya.
Jake yang telah selesai menyambut tamu, sempat kebingungan mencari dimana Jay berada. Tapi, tak perlu waktu lama ia akhirnya menemukan lelaki itu.
Tertegun, ia melihat Jay tiarap layaknya di medan perang.
"Heh bego, lo ngapain?!" cerca Jake sambil terkekeh.
Jay mengarahkan telunjuknya tepat di depan kedua bibir. "SSSSSTTTT!"
"Masuk sini anjrit!" perintah Jake.
Jay mau tak mau masuk sambil merayap macam kadal di tepi jalan.
"Eh sumpah, ya. Gue pengen videoin lo sekarang juga anjir. Gaya lo kayak kadal di semak-semak."
"DIEM LO, BANGSAT," umpat Jay. "KOK BISA ADA MANDA, SIH?!"
"Ya mana gue tahu?!"
Belum ada semenit, pintu Jake kembali diketuk. Mau tak mau ia menghampiri dengan rasa malas.
"Siapa lagi, dah?!" kata Jay senewen.
Saat pintu terbuka, ternyata orang itu adalah Sagara.
"Lah, kok lo tiba-tiba dateng?" Jake segera mempersilakan lelaki jangkung itu untuk masuk.
Sambil berjalan, Sagara menjawab, "Pengen aja."
"Dih."
Tanpa pikir panjang lelaki itu langsung berbalik badan. Ngambek. "Ya udah gue balik."
"BERCANDA DOANG YA ELAH NGAB," celetuk Jake kemudian tertawa receh.
Demi menghabiskan waktu yang tersisa, mereka pun mulai bermain kartu. Dari kartu remi, hingga kartu UNO. Semuanya dimainkan berulang kali, dan berkali-kali juga Jay kalah.
Karena memang matanya tak henti-hentinya melirik ke jendela rumah Jake, untuk mengintip Manda yang sibuk menempelkan lem di stik es krim.
Sampai Jake bersuara, "Heh, katanya mau tarik-ulur?! Jangan diliatin mulu, lah!"
Jay mendesis sebal. "Iya iya."
Aneh, ya. Padahal tadi dia baru saja marah pada Manda. Sekarang justru ia malah ingin memerhatikan Manda lagi. Kayaknya Jay memang udah terlanjur gila sama Manda.
Tak terasa, matahari mulai terbenam, langit kini mulai berwarna jingga kemerahan. Saat dilihatnya kawan milik tetangga Jake sudah pada bubar, Jay diam-diam memergoki dari balik jendela.
Ingin hati mengajak Manda untuk pulang bersama. Tapi, tak sempat. Lagi-lagi ia keduluan oleh orang pertama yang membonceng Manda saat pulang sekolah tadi.
Jay pun tak mampu menahan rasa sakit ketika melihat Manda tersenyum dan tertawa dengan lelaki itu.
Siapapun, tolong ajarkan Jay cara untuk mengobati rasa perih yang bersemayam di relung hatinya.
[ ].
eh kalian nyaman ga sih kalo baca satu chapter itu smpe 900+??? :((( sumpah aku selalu minder beneran deh klo panjang2 gtu. takut kaliannya bosen 😞😔

KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Boy
FanfictionJay adalah orang yang pantang menyerah, apalagi menyangkut soal perasaan. Baginya menaklukan hati Manda adalah sebuah keharusan. Namun, mampukah ia? ______ +au +local name +harsh words [ park jongseong x kim jimin // #MOONBUNSU ] ## credit: -typefo...