Chapter 6 - Missing

472 80 21
                                    

"Hah!"

Off terbangun dari tidurnya, seluruh tubuhnya penuh keringat, nafasnya memburu, Off mimpi buruk.

"Lagi-lagi mimpi itu."

"Kak.."

"Maafkan aku, seharusnya aku.."

Off bangkit dari tidurnya, saat merasa tertekan, Off selalu memimpikan kakaknya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dia rindu kakaknya.

Off memakai jubah tidurnya, berjalan ke arah balkon, membakar sebatang rokok lalu menyesapnya. Off memandang kanvas yang ia tinggalkan di sana pada malam sebelumnya, lukisan Att saat bermain piano.

"Kak.. ku rasa, sekarang aku sedang jatuh cinta."

"Apa kakak percaya pada cinta pandangan pertama?"

"Awalnya aku tidak percaya pada hal-hal seperti itu, tapi.. dia berbeda, is it funny right? Love at the first sight."

"Tebok tinggi di hati ini, yang ku bangun sejak kepergianmu, tiba-tiba runtuh tepat saat aku menatap mata nya yang indah."

"Tapi.. orang itu tidak mencintaiku kak."

"Kak, katakan, aku harus bagaimana?"

"Adikmu ini.."

"sudah jatuh."

"Kelewat dalam.."

"sampai aku takut, tak bisa bangkit lagi."

.

.

.

Hari indah lainnya, Att bersemangat pergi ke sekolah. Entah mengapa, saat semua orang membenci sekolah, Att malah menyukainya. Dia bisa bertemu teman-temannya, bergurau, tidak merasa bosan dan kesepian.

"Pagi Ayah, Ibu." Att mengecup pipi kedua orang tuanya, kebiasaannya sejak kecil.

"Pagi sayang."

"Tidak menyapaku P?"

"Pagi Pim gendut."

"Cih, menyebalkan."

Att tertawa, menggoda adiknya memang selalu menyenangkan.

"Att, Pim, ini, kalian mendapat undangan pesta ulang tahun." Ujar sang Ibu menyodorkan sebuah kartu undangan dominan warna hitam dan emas.

"Dari siapa?" Tanya Att tanpa mengalihkan pandangan dari roti yang sedang ia pegang.

"Keluarga Adulkittiporn, anaknya yang berulang tahun."

"Hah? Serius?!" Tanya Pim antusias, sambil mengambil kartu undangan itu.

"Ini gila! Kita baru pindah beberapa bulan dan sudah diundang ke pesta ulang tahunnya? Kita bahkan belum mengenal putra tunggal keluarga Adulkittiporn P! Bagaimana bisa.." Pim sangat senang sekaligus kebingungan, bagaimana bisa mereka di undang?

"Ah masa bodoh, pasti banyak pria tampan di pesta itu. Yaa.. tidak dapat pemeran utama, teman pemeran utama juga tak masalah." Ucap Pim dalam hati

"Apa kita harus datang?"

"Tentu saja!"

"Pim, bisakah kau tidak teriak-teriak? Ini masih terlalu pagi." Att kesal

"Hehe, maaf, pokoknya kita berdua harus datang P. Aku tidak mau tahu, harus!"

"Iya sayang, datang saja. Lagi pula pestanya masih dua minggu lagi, kalian masih punya banyak waktu untuk bersiap." Ucap sang Ibu, lembut.

"Iya P. Kita harus belanja baju baru! Nanti sore bagaimana?"

HIRAETHWhere stories live. Discover now