Chapter 7 - It feels like.. hurts

481 85 26
                                    

"Huh.. jalanan padat sekali." 

"Pim, mungkin pestanya bahkan belum dimulai, santai saja." Sinis Att

Att tidak paham dengan adiknya, apa yang dia cari di pesta itu sih? Kenapa tidak sabaran sekali.

"Tapi Phi.. semua teman-temanku sudah berada disana."

"Yaa kalau terlambat beberapa menit kan tidak masalah Pim."

"Masalah! Huh, aku ingin segera melihat putra tunggal keluarga Adulkittiporn tau! Susah sekali untuk melihat wajahnya, bahkan fotonya pun susah."

"Dia itu sebenarnya nyata apa khayalan saja sih? Masa satu fotopun tak ada?" Tanya Att, ikut penasaran.

"Tak ada, serius tak ada. Bahkan dia tidak memiliki akun SNS apapun."

Att hanya mengangguk, yaa, mungkin dia tipe orang yang tertutup untuk urusan privacy kan? Memang ada orang seperti itu kok, pikir Att.

"Dia pasti datang kan?"

Att menatap sketch book di genggamannya, yang ia beli seminggu lalu.

"Phi kenapa bawa-bawa sketch book sih?" Tanya Pim yang dari tadi melihat kakaknya terus mendekap sebuah sketch book.

"Ah itu.."

"Birthday gift? Ya ampun Phi, itu terlalu sederhana."

"Oh ya? Memangnya kau bawa apa?"

"Ini." Pim membuka kotak yang dibawanya

"Dasi?"

"Um! Ini keluaran terbaru dari Gucci loh.. bagus kan?"

"Bagus sih, hanya.. bukankah orang seperti dia pasti sudah memiliki banyak benda seperti ini?"

"Iya sih, tapi, ini mending dari pada kau, masa hanya memberi sebuah sketch book."

Att mendelik, dia tidak peduli.

"Lagi pula sketch book ini bukan birthday gift untuk dia kok!" Rutuk Att

"Lalu?"

"Untuk.."

"Ah Phi! Sudah sampai."

Kedua bersaudara itu segera turun, berjalan menuju belakang rumah dimana pesta di adakan. Att memperhatikan sekeliling, pesta outdoor dengan tema Prom night ala anak muda jaman sekarang. Kini att tahu, keluarga Adulkittiporn memang andal dalam merancang sebuah pesta.

"Yah.. tidak mengejutkan sih." Gumam Att

"Phi, ayo kesana!" Ajak Pim sambil menunjuk ke arah teman-temannya.

"Pim kau dulun saja, aku harus ke toilet."

"Uh? Ya sudah, cepat ya phi. Pestanya sebentar lagi akan dimulai."

"Iya Pim!"

Att berjalan menjauh dari adiknya, menuju sisi rumah milik keluarga Adulkittiporn. Att menyusuri taman yang bersebrangan dengan tempat dimana perpustakaan yang sempat dia masuki dulu berada.

Att menatap pintu besar berwarna putih di hadapannya, Att tersenyum, sekelebat ingatan tentang pria gila yang mengajaknya berdansa tiba-tiba muncul.

"Kalau dipikir-pikir itu adalah dansa pertamaku."

Att tak pernah berdansa dengan siapapun sebelumnya, dia tak menyangka bahwa dansa pertamanya bukan dengan seorang gadis, justru dengan pria asing yang bahkan tidak ia kenal.

Att menuntun tangannya menggenggam gagang pintu berwarna emas itu, mendorong sedikit kencang seperti sebelumnya,

"Tidak terbuka?"

HIRAETHWhere stories live. Discover now