Prologue

906 107 12
                                    

Manhattan, New York. 2020.

Marian Goodman. Gallery seni yang terletak di tengah kota Manhattan itu, kini dipenuhi oleh para penikmat seni maupun para kolektor lukisan. Lukisan yang tengah dipamerkan bukanlah lukisan biasa, pasalnya sang pelukis adalah pelukis pertama dari Asia yang mampu memamerkan karyanya di galeri kenamaan itu. Pelukis itu telah membuktikan dirinya dengan menghancurkan stereotype bahwa pelukis Asia tidak akan bisa debut di kelas internasional. Selain alasan itu, hasil karya sang pelukis yang anti mainstream sukses menarik banyak perhatian.

Pameran seninya akan diselenggarakan selama dua minggu penuh. Ini sudah hari kedelapan, namun para pengunjung justru bertambah banyak. Lukisan yang dijual sudah hampir habis. Hal itu membuat sang pelukis meraih lebih banyak pujian. Nama dan fotonya terpampang di majalah-majalah ternama sebagai pelukis yang sukses di usia muda.

Pemeran utama kita saat ini sedang fokus memberikan semua perhatiannya pada sebuah lukisan yang sudah ia pandangi hampir satu jam. Setiap detail lukisan itu tidak terlewat sedikitpun dari perhatiannya.

"Tuan Off Jumpol?"  Tanya seorang pria di belakangnya membuat dia tersadar.

"Ya?"

"Aku adalah seorang kolektor seni, dan ini kartu namaku." Ucap pria itu sambil menyodorkan sebuah kartu nama bernuansa dominan hitam.

"Ahh.. terimakasih sudah datang." Sambut Off sopan

"Bisakah Tuan menemani saya berkeliling sebentar?" Pinta pria itu

"Tentu."

Off menemani pria pertengahan lima puluh tahun itu berkeliling. Dia menjelaskan setiap lukisan yang kolektor itu tunjuk. Tampak kolektor itu puas dengan penjelasan Off yang detail.

"Kau berhasil menarik perhatian banyak orang Tuan Jumpol. Kau memiliki selera yang tinggi." Puji kolektor itu

"Terimakasih banyak Tuan."

"Aku sedang mencari lukisan untuk dipamerkan di galeriku, Gagosian galeri, kau tahu kan?"

"Tentu saja tuan, itu galeri ternama di Manhattan. Setiap pelukis pasti tahu tentang galerimu." Jawab Off antusias

"Lukisan mana yang Tuan inginkan?" Lanjut Off

"Umm, sebenarnya semua nya bagus. Tapi aku sangat menginginkan yang itu." Jawab sang pria sambil menunjuk sebuah lukisan yang terletak cukup jauh dari tempat mereka berdiri.

Off mengeryit, "Maaf tuan, tapi lukisan itu tidak dijual."

"Aku tahu, tapi aku menginginkannya. Apa tidak bisa kau melepaskan yang satu itu? Aku akan membayar berapapun yang kau mau. Lagipula ini kesempatan besar untukmu agar karya senimu semakin dikenal." Bujuk pria paruh baya itu

"Aku tahu tuan, aku sangat berterimakasih atas kesempatan ini, namun lukisan itu tidak akan pernah aku jual. Mungkin kau bisa melihat karyaku yang lain, masih banyak lukisan dengan gaya serupa yang bisa kau lihat tuan." Tawar Off sopan

"Iya memang, banyak lukisanmu dengan gaya yang serupa, tapi aku menginginkan lukisan dengan model yang ada dalam lukisan itu." Ucap pria itu bersikukuh

"Tapi tuan.."

"Baiklah, baiklah, pikirkan saja dulu Tuan Jumpol. Tak usah terburu-buru. Hubungi aku jika kau berubah pikiran." Tawar sang kolektor menepuk pundak Off dan berlalu pergi.

Off menghela nafas, memandang kartu nama kolektor itu ditangannya. Percuma saja, mau di bayar berapapun Off tidak akan melepas lukisan itu. Ia meremas kartu nama itu dan membuangnya ke tempat sampah. Itu bukan kali pertama ada orang yang bersikeras untuk membeli lukisan itu. Ia berjalan perlahan menghampiri lukisan yang kolektor tadi inginkan. Galeri sudah mulai sepi, karena memang hari sudah mulai sore dan galeri akan segera tutup.

HIRAETHWhere stories live. Discover now