16 . Depok

126 12 6
                                    

Jati dengan sumringah memberikan hasil keringatnya selama ini ke hadapan sangat rentenir yang tampaknya tidak kagum dengan jumlah uang yang dihadapinya

"Jadi ini? " Ujar si rentenir tak bersemangat

"Dua juta, yeah.... " Senyum Jati masam

"Kami tidak punya cukup pemasukan pak bahar...mohon dimaklumi.... " Ujar Mbah Putri yang membawa nampan berisi cangkir cangkir teh hangat

"Yah pak, dengan penghasilanku yang hanya puluhan ribu per hari kurasa ini lumayan... " Tambah Jati sambil berusaha tersenyum

"Masalahnya mas Jati.... Dari ratusan Juta hutang mbahmu dan ini dua juta adalah cicilan pertama, kapan ini selesai? " Ketus si rentenir

"Yah doakan saja, koranku banyak yang beli, banyak wisatawan yang aku guide, banyak tips yang kudapat, semoga tidak selama yang bapak pikir.... " Jawab Jati hangat

Si rentenir tersenyum licik, "tapi ini tanah strategis, sayang sekali kalo saya gak putar uang saya.... "

"Kalo bapak jual sekarang, nilainya akan jauh di bawah sepuluh tahun lagi, jadi selama aku mencicil, misalnya aku gagal... Bapak bisa mendapatkan harga lebih mahal... Iya kan? " Jawab Jati cerdas, mbah hanya mengangguk angguk dibelakang

"Tapi mas Jati saya gak punya kesabaran" Cibir si rentenir

Jati mengangkat bahu "saya gak minta bapak sabar... Saya minta bapak Nunggu" Lurusnya lagi

"Kenapa saya harus nunggu?" Kesal si rentenir

"Karena saya pasti lunasin uangnya ,tenang saja.... " Jawab Jati hangat

"Itu yang mbahmu katakan, lihat apa akibatnya sekarang? " Lanjut si rentenir

Jati memandang wajah mbah Putri yang kini pias "saya bukan dia pak, saya pasti pegang kata kata saya, berapa lama pun itu lunas, tenang saja janji tetap janji, dan Jati, InsyaAllah gak pernah ingkar Janji... " Jawabnya tenang

Sang rentenir berdiri dan memandangi pemuda itu, ada sesuatu dalam dirinya yang membuat si rentenir merasa bisa tenang dan gak takut akan dicurangi

"Mbahmu seharusnya belajar lebih banyak dari kamu.... " Ujar si rentenir seraya memohon diri

Jati mengangguk sesaat dan membiarkan si rentenir pergi meninggalkan pendopo rumah singgah....

"Jadi, mbah belajar sesuatu dari Jati? " Lirih Jati memecah kesunyian

"Entahlah ti, mungkin hati yang bersih membuat dunia sedikit lebih ramah sama kamu? " Jawab mbah Tidak yakin....

"Jati juga belajar sesuatu dari mbah.... " Ujarnya seraya keluar meninggalkan pendopo dan mengambil sepedanya...

"Dan apa itu ti? " Ujar Mbah Putri yang bersandar di tiang pendopo

Jati tersenyum tengil "jangan Judi, ribet... " Ujarnya seraya melambaikan tangan,kemudian mengendarai sepedanya meninggalkan halaman berbatu itu....

Mbah terbengong sesaat kemudian tersenyum , jalanan membuatku bebal, sementara jalanan membuatnya kuat, Em kau harus lihat bagaimana baiknya anak yang kau lahirkan... Pikir mbah Kus dalam hati

********
"Gimana? " Ujar Om Adhi sambil tersenyum di depan bangunan wartel di jalan Parang Tritis itu

"Ndak diangkat Om, biasa lah " Jawab Jati sambil mengibaskan tangannya dan memasuki kursi supir dan menyalakan mesin

The Eternity Origins : SejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang