08. Mangunan

139 16 0
                                    

"apaan nih ti?" Ujar Arthur ketika merasakan dingin di lengannya,Jati hanya diam sambil terus mengoleskan gel dingin itu ke lengan pucat Arthur, matanya terus memandangi pemuda kurus itu dalam dalam

"Ti, ngomong ....Lo bikin gue takut" lirih Arthur jengah , Jati tersenyum misterius ,pria yang dipandanginya makin jengah dan bergidik

"Itu lotion nyamuk, takut Lo bentolan ...." Lurus Jati

Pria di sampingnya mengangguk dan terdiam, bunyi gesekan sayap serangga.berdenging denging diantara pepohonan Pinus yang asri dengan sedikit kabut sehabis hujan ...

Mereka tak sengaja sama sama menarik napas panjang , mencoba menghirup banyak banyak oksigen untuk menenangkan hati gelisah mereka berdua

"Dan gue rasa , gue hutang maaf sama Lo Thur...." Jati memecah kesunyian

Arthur seketika memandangi wajah Jati, nervous, malu dan salah tingkah amat jelas tertera di wajah tampan pria muda itu, dan itu membuatnya seketika terlihat beberapa kali lebih menarik

"buat Apa ti?" ujar Arthur setelah menarik napas panjang  , mata mereka berpandangan lagi

"lo orang terhormat ,gak seharusnya gue berlaku gak hormat sama lo, semoga dimaafkan ya" senyum Jati hangat

Arthur menunjukkan kelingkingnya sesaat
"baikkan?" tawarnya

Jati mengangguk dan mengaitkan kelingkingnya serta tertawa renyah "baikkan" ujarnya bersemangat ....Arthur berdiri dan melangkah menikmati tanah yang empuk....kemudian berbalik memandangi Jati

"dicium sama lo merupakan kehormatan besar buat gue Ti...gue bahagia .... tapi ...gue gak merasa pantas...." ujarnya jujur

Jati sedikit terperangah ,lalu tersenyum Masam "yang penting lo bahagia selama gue jadi Guide lo....gue gak butuh yang lain lagi" ujarnya seraya berdiri dari kursi dahan kayu dan membersihkan jeansnya sedikit

"lo kecewa Ti?" senyum Arthur memandangi pria jangkung itu

"gue pikir ini akan terasa pahit tur, tapi hati gue ringan ....dan apapun yang terjadi antara kita beberapa hari ini, rasanya manis ...jadi gue rasa , gue baik baik aja" ujar Jati seraya mengangkat bahu

terdengar gemerucuk perut lapar, Jati tertawa sejenak memandangi Arthur yang pipinya bersemu merah seraya memegang perutnya

Jati mengulurkan tangannya "turun yok, coba sego godhok di jalan Bantul" tawar Jati hangat

Arthur menerima genggaman tangan Jati dan masuk kedalam pelukannya, merasakan detak jantung didalam sweater biru dongkernya

"thur ....." lirih Jati ....mereka sama sama mematung dalam posisi itu selama beberapa detik ....suasana sepi ....hanya degup mereka yang bersahutan

"apa gue boleh mengakui sesuatu thur?" lirih Jati mencoba mengakhiri kebisuan yang sementara tercipta

"gak usah Ti....." sahut Arthur

"tapi kenapa?" bingung Jati mempererat rangkulannya

"jantung jantung kita memberikan jawaban yang lebih jelas dari sekedar pengakuan..." ujar Arthur ...matanya berpandangan dengan Jati yang terbengong

"jawaban Apa?" tanya Jati lirih

Arthur tersenyum memandangi Pria muda itu

"bahwa kita hidup, dan semesta sedang berbaik hati pada kita" sahut Arthur dengan pipi bersemu merah

Jati mengecup dalam dahi Arthur , dia masih bingung dengan yang dirasakan serta perang Bathin didalam hatinya .....rasa yang sama sama merasuk dan sama sama berusaha dilawan oleh Arthur siang itu

The Eternity Origins : SejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang