17.Candi Ijo

149 13 6
                                    

"Dari sini Om bisa melihat pesawat landing..... Relatif sepi dan bersih juga, si penjaga gak meminta tiket, cukup tulis nama.... Tapi kalo Om mau kasih makanan atau uang rokok mereka akan senang sekali " Jelas Jati sambil melemparkan pandangan ke bawah sana.... Hiruk pikuk kota Jogja yang terlihat lebih kecil di kejauhan....

Om Adhi hanya diam termenung memandangi langit kosong di hadapannya

"Dari sini aku melihat air matanya jatuh satu persatu.... Saat kutunjukkan cincinnya.... " Lirih Om Adhi pedih, Jati duduk di samping laki laki yang lebih tua itu

"Cincin apa? " Ujar Jati dingin, entah kenapa dia merasakan pedih di hati lelaki itu

Langit mulai merah.... Om Adhi menunjukkan cincin platina kokoh bermata onyx hitam di jari manisnya

"Punya Arum lebih ramping dan cantik, potongannya sama tapi dia memilih berlian putih... "

Jati memandang cincin yang terlihat berkilauan tertimpa langit sore

"Pagi dan malam.... Hitam dan putih.... Yin dan yang.... Abah dan umi.... Dipikirkan sekali ya konsepnya? " Senyum Jati....

Om Adhi tersenyum pedih memandangi Jati " Aku udah menghancurkan sesuatu untuk bersama Uminya anak anak, aku merasa...dasar konsepku untuk bersama Arum harus rapi dan solid.... " Jawab Abah lemah

"Kalo bangunannya sudah kokoh kenapa kembali pada reruntuhan....? Butuh menikmati kenangan? " Lanjut Jati lagi

Om Adhi memejamkamkan matanya terbayang sore keparat itu. ... Sore dimana aku memberikannya luka....

*********

"Aku gak akan di bunuh kan mas? " Ujar Panji dengan suara gugup ketika Motor yang dia dan Adhi tumpangi berbelok ke arah piyungan, sejak tadi pagi dijemput di stasiun Tugu mukanya terlihat muram dan lemas

Panji sudah membelikannya gudeg dengan ekstra krecek . ... Air hangat untuk mandi... Bahkan  meninggalkannya seharian untuk istirahat.... Tapi Adhi tetap diam

Apa dia ditolak pejabat pejabat itu? Apa skripsinya mendapat ganjalan lagi?

Pikiran Panji sesaat terhenti ketika Adhi mengelus tangannya dengan sayang, dua kali Panji membenturkan helmnya pelan ke punggung Adhi semacam tanda diantara mereka berdua untuk mengatakan....aku baik baik aja

*******

"Entah lah ti.... Aku butuh maaf.... Setelah kita berbicara semalaman di alun alun aku mulai yakin... Ini hanyalah kilap sejenak, hanya masa lalu yang mengetuk sebentar untuk saling mendoakan.... Tapi... Tapi terus Jati bawa om ke sini.... Semesta kayaknya mau om terus merasa bersalah.... " Ujar Adhi mendung

Jati hanya terdiam... Baru mau sembuh... Malah kambuh si om....

Jati bersimpuh memeluk dirinya sendiri.... "Om Panji di Surabaya udah kembali pada sensenya om... Pada logikanya.... Kenapa om nggak? Kenapa susah sekali...? "

"Kupikir karena ini aku ada di Jogja sekarang ti? Karena sekarang aku ada ditempat dimana aku mengaku padanya kalau aku ditunangkan dengan Arum " Om Adhi tak sengaja memeluk kedua kakinya semua terasa begitu dingin  padahal sore itu udara hangat membuncah dengan angin sepoi

"Om bawa Om Panji kesini? " Kaget Jati

Om Adhi mengangguk lemah, rambut belah pinggirnya tertiup tiup angin....dia menutup mata karena seolah terdengar suara Panji dari masa lalu

*********

"Pesawaaaat!!! " Panji tak sadar bertepuk tangan, Adhi hanya tersenyum masam sambil menyulut rokoknya.

The Eternity Origins : SejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang