🅙🅐🅝🅖🅐🅝 🅛🅤🅟🅐 🅥🅞🅣🅔
Pranpiya Manoban masuk ke kamar mandi setelah meraih handuk yang dijemur di pagar kayu pembatas rumahnya.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi seorang Lisa selesai mandi, karena sekarang wanita itu sudah keluar dari sana dengan setelan pakaian seragam hitam pink, seragam tempat kerja nya. Kebetulan hari ini dirinya kuliah siang sehingga disempatkan bekerja dulu.
Lisa kemudian make-up setelah menjemur kembali handuk yang telah dipakainya tadi bersamaan dengan pakaian dalam yang sudah dicuci dan diberi gantungan.
Rambutnya di tata membentuk cepolan tinggi, membiarkan poninya tetap menghiasi dahi. Ia tidak makan karena ia tidak memasak, ia sendiri bisa makan ditempat kerjanya nanti.
Diraihnya tas tangan yang berada diatas kasur dan memakai nya dibahu ketika hendak mengunci pintu rumah. Kemudian kunci rumah gadis itu masukkan kedalam tas tangan, lalu duduk di tangga dan memakai sepatu fantofel nya disana.
Lisa lantas langsung bangun dari duduknya setelah kegiatan memakai sepatunya selesai. Ia melihat sekitar sejenak lalu menuruni tangga kebawah.
Dengan semangat Lisa menghampiri gerbang dan membuka kuncinya sebelum keluar dari sana dan kembali mengunci gerbang seperti semula.
Sampai tiba dimana dirinya dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita bermotor yang berhenti tepat di depannya. Yang rupanya adalah salah seorang wanita yang sedang dirinya cicil hutang Ayah-nya.
Lisa sendiri menjadi bingung, namun segera memaksakan senyum ketika wanita itu memberikan salam. Seingatnya ... ini masih belum waktunya membayar cicilan, karena sesuai kesepakatan, hutang akan dicicil setiap satu bulan sekali dan itu ada tanggal pastinya. Tapi bukan hari ini.
Mesin motor itu dimatikan oleh pemiliknya sebelum beralih turun menghampiri Lisa.
“Nak, tolong aku.” Wanita itu seperti sedang ter buru-buru dan terlihat panik dengan raut wajah yang jelas baru saja menangis.
“Ada apa, bu?” Lisa bertanya cepat namun sopan.
“Anak ku – anak ku... “ Wanita itu tiba-tiba menangis yang membuat Lisa panik namun bingung secara bersamaan.
“Astaga bu ... Ja-jangan menangis...”
Namun wanita itu tidak mau dengar dan berakhir memeluk Lisa dari depan. Mendengar tangisannya tadi saja sudah membuatnya tercekat, ini malah didekatkan ditelinga. Yang tentu membuat Lisa tidak tahan dan berakhir berkaca-kaca, pelan-pelan ia mulai mengelus punggung wanita itu, mencoba menenangkan nya.
“Tenangkan dirimu dulu, bu—“
“Aku butuh uang ...” ia terisak, “Di-dia kecelakaan, di-dia dirumah sakit sekarang, di-dia...” Ia mencoba menetralkan pernafasan nya sebelum melanjutkan, “ Dia butuh bantuan, a-aku tidak punya uang—hanya kau yang bisa membantuku nak ...”
Rasa prihatin kala mendengar tangisan pilu dari wanita yang berada di pelukannya itu membuat Lisa iba.
“Tolong aku nak ... Beri aku uang itu sekarang juga—ini untuk membayar pengobatan rumah sakit anakku.”
“Maaf, bu—“ Sela Lisa tersadar dari ucapan wanita dipelukan nya.
“Tidak harus seperti bayaran biasa juga tidak apa-apa—karena ini untuk DP saja. ” Wanita itu menjauhkan diri dan melihat Lisa sambil mengusap cepat kedua pipinya sendiri.
Lisa resah.
“Aku harus membayarnya agar anakku selamat ... Aku takut sesuatu terjadi padanya. Aku takut dia meninggalkan ku sama seperti ayahnya yang meninggalkan kami...”
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR DADDY Bukan ❌ 18+ ❌ (Lisa Sehun) TAMAT
Fiksi PenggemarAplikasi Sugar Daddy di android milik keduanya mempertemukan mereka di restoran Bangkok, Thailand. Memiliki niatan yang awalnya sama-sama memanfaatkan untuk kebutuhan ekonomi dan sebatas berinteraksi itu membuat keduanya saling antusias satu sama la...