6 - Sebuah Kata

1.6K 145 5
                                    

Ada sebuah kata yang sangat dibenci para BoBoiBoy bersaudara. Sekalinya kata ini disebut, semuanya pasti akan merasa kesal. Sialnya, kata ini agak sering disebut oleh ayah mereka sendiri jika pulang ke rumah.

"Assalamualaikum! Ayah pulang!" seru Amato dengan semangat. 

"Ayaahh!" Thorn dengan semangat menubruk Amato, dibelakangnya saudara-saudaranya juga mengerubungi Amato.

"Yey Ayah pulang!"

"Hei, Jagoan Ayah! Ayah bawa oleh-oleh nih! Bagi-bagi ya, jangan berebut. Ada banyak kok!" kata Amato memberikan beberapa tas kertas pada Gempa yang menghampirinya.

"Ibu mana Yah?" tanya Taufan celingak- celinguk.

"Ibu lagi dirumah Opah sama Atok (orang tua ibu), ngejenguk, besok datengnya," jawab Amato melangkah masuk ke dalam rumah. Dia berdecak kagum. "Wah, rumahnya bersih banget ya. Kalian pasti rajin bersih-bersih nih."

Semuanya menelan ludah, kecuali Gempa. Tentu saja mereka harus rajin membersihkan rumah, kalau tidak mau melihat iblis terbangun dari tubuh saudarinya. Iblis Gempa pernah terbangun karena Taufan lupa mengepel, atau saat Thorn masuk rumah dengan kaki kotor lumpur.

"Hehehe, iya, Yah," Taufan nyengir.

"Ayah, aku berhasil bikin replika pesawat tahun 1989!" seru Solar. "Ayah mau liat nggak? Ada dikamarku!"

"Ayah, aku udah bisa nembus target panas dari jarak 1000 meter," ujar Ice tiba-tiba.

"Ayah! Aku kemarin berhasil menangin pertandingan bola antar sekolah!" seru Blaze.

"Ayah, aku kemarin berhasil numbuhin bunga bakung di kebun kita!" Thorn berseru.

Para bocah ini mendapat puk-puk di kepala mereka. Tentu saja Amato bangga. "Kalian semua hebat sekali! Ayah bangga!"

Senyuman lebar para bocah ini terlihat jelas, senang.

"Kalian semua memang cocok berdikari! Ayah tahu kalian bisa!" lanjut Amato. Ini pasti karena didikanku!

Senyum di wajah para anak menghilang. Bahkan Halilintar, Taufan, dan Gempa juga menjadi cemberut. Aura di ruangan itu langsung menurun drastis. Tapi Amato tidak merasakan apapun. Dasar ayah tidak peka.

Ya, itulah kata yang dibenci mereka. Berdikari.

Bukan, bukannya tidak suka makna berdiri dengan kaki sendiri, hanya saja Amato menggunakan kata tersebut untuk meninggalkan anak-anaknya. Amato asyik pergi kesana-kemari, tapi anak-anaknya yang masih bocah ditinggal dengan slogan berdikari. Berbagai masalah sulit berusaha mereka pecahkan, walau sang ayah tidak ada di tempatnya. Memang sih, mereka menjadi dewasa dan penuh pengalaman. Tapi mereka juga butuh dibimbing, kau tahu?

"Aah, Ayah mau mandi dulu, ya!" kata Amato santai berjalan ke kamar mandi. "Ayah penasaran Gempa masak apa ya hari ini?"

Gempa ingin menyakar Amato rasanya. Bilang apa dulu gitu kek!

.

TBC

Sister [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang