23. The Ending

513 51 61
                                    

~Enjoy~

.

.

This is not the right place untuk membuat couples diluar Jikook, padahal you just ask nicely kalau mau endingnya Jimin tetep sama Jungkook. Mau ada badai kek, donald trump kesurupan kek, geng halilintir berubah jadi geng hujan kek, pokoknya jikook. Seojun biar sama aku aja, Park Rainy 

Canda, mau kupasangin sama Cha Eunwoo aja. Mereka kubuatin book baru. Ya udahlah. Harus sabar.

.

.

Jungkook lost contact selama seminggu! 

Bagi kalian seminggu itu nothing, tapi bagi Jimin, rasanya seperti mendapat tiket bermalam di neraka. Tersiksa oleh rindu, tapi dalam hati sadar laki-laki yang dia cintai kemungkinan mencintai orang lain juga. Dan sekarang dia menghilang tanpa jejak, meninggalkan Jimin dengan perasaan dan luka di hatinya yang kian membesar.

Bukan cuma Jungkook yang lenyap dari peredaran, Seojun juga. Mereka kompakan menghilang dari kantor. Makin besarlah api yang merambat. Mulut-mulut ribut membicarakan hubungan rahasia Han Seojun dan Jeon Jungkook. Lalu setelah membicarakan mereka, tatapan kasihan orang-orang tertuju ke Jimin. Membuat Jimin makin tidak nyaman berada di kantor. Makanya dia berkali-kali izin gak masuk sama Jisoo.

Jimin sudah berusaha dan mencoba menelpon Jungkook ke nomernya berkali-kali, tidak pernah mendapat respon atau telpon balik. Tidak ada hasilnya. Sampai-sampai Jimin mau menyerah berharap pada Jungkook. Karena kenyataannya cowok itu sama saja. Sama-sama sampah.

"Jimin, udahlah. Banyak ikan di laut," kata Mingyu. "Ngapain sih dipikirin terus."

Jisoo menggeplak pundak kekasihnya. Menyuruhnya tutup mulut. 

Mingyu melotot tidak terima. "Lho iya, emang bener 'kan? Cowok kalau udah ketahuan ghosting yaa... aku sebagai cowok sudah bisa menebak kemana arah hubungan kalian."

Jisoo menggeplak kepala Mingyu kali ini. Cowok itu mengaduh.

"Temenku lagi sedih! Jangan ditambah-tambahin dong!"

"Tidak apa-apa, Jisoo." Jimin menghela napas. "Mingyu nggak salah kok. Mungkin emang kami belum berjodoh."

Jisoo menatapnya dengan sorot iba. Otak kreatif Jisoo tergerak untuk melakukan sesuatu.

.

.

.

The worst part dari patah hati adalah, kalian tidak boleh terlihat sedih. Jimin terutama, yang terbiasa menyembunyikan perasaan dari orangtuanya. 

Tapi yang namanya orangtua, pasti hapal anak sendiri di luar kepala

Di meja makan, disaat semua orang berkumpul, pikiran Jimin lebih banyak berkelana. Bengong. Papanya Jimin memperhatikan putrinya diam-diam selama beberapa hari belakangan, kemudian nyeletuk. "Nak, kalau kumpul sama kami pikirannya sama kami. Apa sih yang kau pikirkan?"

Yeojun menimpali. "Galau dia, Pa."

Jimin tetap makan dengan wajah datar, dia bahkan nggak nafsu menyentuh hidangan daging. Cuma makan sup sayur. Mata kosong, mirip boneka yang dimantrai dan bernyawa.

Mamanya Jimin geleng-geleng kepala. "Apa yang terjadi? Kau berantem dengan Jungkook?"

Jimin mengangkat bahu. "Entah."

Horrible BossesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang