FUCK

1.2K 102 42
                                    

"Fuck!" Tangan Jimin menampar pipa saking kesalnya, melotot saat pipa itu bergetar dan merengek tragis. 

Untuk kelima puluh kalinya, sistem pemanas/pendingin di markas besar Han Enterprises bermasalah, dan karena CEO Yang Terhormat—Han Seojun, siapa pun si brengsek itu—menolak mengeluarkan dana untuk pembaruan gedung, Jimin sekali lagi dibiarkan mengurus tugas tanpa pamrih untuk memperbaiki segala sesuatu dengan bermodalkan lakban dan harapan dan keajaiban.

Jaringan pipa dan ventilasi kusut yang menjaga HVAC tetap pada suhu yang layak huni rentan terhadap kerusakan, karena mengandalkan boiler kuno dan kontrol manual. Manual, seolah-olah tidak ada sistem digital yang lebih baik dan lebih modern, lucunya perusahaan sebesar ini TIDAK MAMPU!? 

Jimin, sebagai teknisi yang baru bekerja di Han Enterprises, telah menulis email yang tak terhitung jumlahnya kepada manajernya, Jeon Jungkook. Memohon kepada perusahaan untuk mendigitalkan sistem HVAC, dengan begitu bisa mengurangi biaya energi. Namun sejauh ini, Jimin tidak pernah mendapat tanggapan. Jungkook berkali-kali mengirim balasan lewat karyawan lain (tidak pernah memberitahu Jimin langsung) bahwa dia akan menyampaikan keluhan itu. Nah yang jadi masalah, setiap kali sampai ke meja CEO-nya, Bapak CEO selalu menolak menandatangani.

Mereka berada di tengah-tengah hawa dingin memasuki musim gugur, dan sistem pemanas bolak-balik mati tiga kali minggu ini. Akibatnya, para teknisi dan birokrat yang menempati tiga puluh lantai teratas gedung menjadi lebih temperamen dari biasanya. Jimin yang kena imbasnya. Dalam sehari dia bisa menerima banyak komplain via telepon, rata-rata dari karyawan yang kesal.

Jeon Jungkook dan Han Seojun pantas mati kedinginan di ruangannya, pikir Jimin penuh dendam.

.

.

.

"Aku mau kau membatalkan pertemuanku dengan Albert Deann, membawa jasku ke laundry sebelum hari Sabtu, aku telah meninggalkannya di mejamu dalam kantong plastik hitam itu, pastikan tidak ada kerutan saat kau mengembalikannya, lalu kirim email ke bagian Penjualan dan pastikan mereka mengirim perbandingan penjualan majalah kita tahun lalu dan tahun ini. Biarkan mereka membuat grafiknya juga, lalu... ah iya, tugasmu kirim memo lain ke departemen TI tentang penggunaan internet yang salah. Kebutuhan konstan mereka akan pornografi memperlambat jaringan dan aku bersumpah kepada Tuhan, aku perlu waktu lebih dari satu menit untuk membuka kotak e-mail hanya karena salah satu dari mereka memuja siswi di bawah umur! Bisa kau bayangkan itu?! Aku akan pecat mereka dan pastikan tidak ada yang akan mempekerjakan mereka lagi! Tulis itu, sampaikan ke HRD!"

Jeon Jungkook berjuang mencatat semua ini, pensilnya seolah terbang di atas buku catatannya, belum lagi kekuatan tangannya yang dengan cepat membalik halaman sambil mengikuti Han Seojun di ruangannya, mengikutinya kesana kemari. Suara goresan tulisan Jungkook adalah satu-satunya yang terdengar, sementara lelaki yang di depannya terdiam selama beberapa detik, hingga lanjut jalan berkeliling lagi.

Jungkook tidak peduli ke mana Seojun berjalan, sampai-sampai pinggulnya nyaris membentur ujung meja yang tajam. Disuguhi banyak rintangan, kepalanya tetap tidak mendongak dari buku catatan. Jungkook bisa berjalan-jalan seperti orang buta sekarang, itu sudah menjadi semacam bakat. Padahal Seojun punya asisten pribadi. Tapi untuk mengurus SEMUA URUSAN, mulai dari ambil pakaian laundry sampai mengajak anjing jalan-jalan, tetap Jungkook yang dibikin repot.

Jungkook juga menjadi sangat efisien dalam multi-tasking.

"Ada lagi?" Jungkook bertanya dengan rahang terkatup, nahan amarah, melihat sekilas catatannya dan tulisan tangannya yang ceroboh seperti tulisan cakar ayam, nyaris tidak bisa diterjemahkan oleh siapa pun. Tangannya agak pegal karena dipaksa bergerak secepat kilat.

Horrible BossesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang