Setelahnya (Extra Part)

1K 116 61
                                    

-Zweitson

Gue berjalan gontai menyusuri koridor sekolah yang ramai lalu lalang siswa-siswi itu. Hari ini adalah hari pertama gue masuk sebagai kelas XII SMA, yang berarti tahun terakhir gue di jenjang pendidikan wajib belajar. Hari pertama dan besok gue udah harus rapat buat ngurusin demo eskul.

Gue menghela nafas. Rasanya asing banget, biasanya ada Fiki atau Aji di samping gue. Gue cuma belum terbiasa aja sama semuanya. Gue ngerasa sendiri banget di sini. Rasanya belum bisa gue buat seterbuka itu berteman sama yang lain.

Bugh//

"Eh eh eh maaf, Pak."

Aduh, bodoh banget Soni! Lo nabrak guru...? Gue mengerutkan kening ketika melihat wajah seseorang di depan gue. Dia baru saja menyibak rambutnya yang sedikit turun karena gue tabrak tadi. Hmm, tapi kayanya dia yang nabrak gue, karena dia satu arah sama gue.

Ttapi kayaknya dia guru baru deh. Gue baru liat soalnya, usianya juga nggak terlalu tua?

"Ekhmm"

Gue mengerjap di hadapannya ketika seseorang ini berdeham.

"Eh, heheh maaf, Pak. Saya nggak sengaja."

Dia tersenyum. "Nggak apa-apa, saya kok yang tadi nggak sengaja nabrak kamu. Maaf ya, saya buru-buru soalnya. Permisi."

Gue hanya tersenyum. Kayaknya emang ini guru baru. Ah, yaudah lah. Eh, tapi baru beberapa kali gue melangkah lagi, guru yang tadi tiba-tiba berhenti di tikungan koridor. Hmm, katanya buru-buru.

Gue pun jalan mendahului dia, "Maaf, Pak. Saya duluan, ya." kata gue menyapa guru itu yang lagi menunduk menatap sesuatu di ponselnya.

Tanpa gue memberhentikan langkah gue berjalan mendahulu guru itu, gue akhirnya berjalan di depannya. Hingga sebelum benar-benar gue dekat gerbang, Pak guru itu memanggil gue.

"Hmm, maaf, Nak."

Gue berhenti dan menoleh ke arah nya. Lalu gue menunjuk diri gue sendiri, memastikan bahwa dia benar-benar memanggil gue. Dan ternyata dia mengangguk. Gue pun sedikit berjalan ke arahnya.

"Kamu...Zweitson, kan? Sepupunya Fenly?"

Gue mengerutkan kening, kaget. Kok bapak ini tau. Eh pantes nggak sih gue panggil bapak? Ini abang-abang keliatan masih muda soalnya. Eh, abang-abang kan tu jadinya.

"Fenly Christovel, Fenly Christovel" kata bapak itu lagi, mencoba menjawab raut wajah bingung gue.

Dia tau darimana? Temen nya Bang Fenly kali ya lagi magang?

Gue pun mengangguk menjawab pertanyaannya. "I-iya, tapi kok bapak tau?"

Dia tersenyum lagi, kali ini lebih lebar dan sambil mengulurkan tangannya.

"Saya Pak Shandy, guru Ekonomi baru di sini. Oiya saya juga temennya Fenly, sepupu kamu."

-Fajri

Daripada gue bengong doang depan jendela, nungguin ospek yang masih sebulan lagi, gue pun memutuskan untuk keliling di sekitar kost-an ini. Nggak jauh, cuma sekitaran kompleks karena kebetulan kost-an ini ada di dalam kompleks yang berjarak kurang lebih 100 meter dari UI. Lumayan deket, kan.

Gue jalan kaki menyusuri jalanan kompleks yang lumayan ramai sama orang-orang olahraga sore. Mata gue berpaling ke kanan dan ke kekiri, sampe gue menangkap letak taman di sisi kanan jalan. Gue pun langsung nyebrang dan menuju taman itu.

Taman ini, ngingetin gue banget sama taman kompleks rumah. Terakhir, waktu dikejar-kejar Bang Udin, hahah lucu juga. Baguslah, kenangan terakhir itu nggak sedih-sedih amat.

#1: Jangan Anggap Tidak Ada yang Peduli [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang