Rencana Baru

460 94 15
                                    

-Fajri

"Aji!!!"

Gue lantas menoleh ke sumber suara yang berasal dari tangga itu. Ternyata mereka, Fiki, Soni, dan Icha. Gue yang tadi lagi diam di balkon sambil ngeliatin mobil yang keluar-masuk di lapangan sekolah lantas tertawa waktu mereka bergerombol nyamperin gue.

Bertiga aja udah heboh banget. Ditambah wajah mereka yang belakangan ini ceria terus semenjak ada Icha. Ya, emang anaknya receh sih. Tapi nggak bisa dipungkiri kalau kehadiran Icha di antara kami selama dua bulan ini nambah receh juga hahahah.

"Gimana, ortu lo belum pada dateng?" tanya gue waktu mereka tiba di depan gue.

Ketiga nya menggeleng serentak. Hahah, emang nggak ada bedanya.

"Kalo ortu lo belum dateng gue juga belum, Ji," kata Fiki. Ah iya, gue lupa Fiki adek gue.

"Eh, iyaa hahahah,"

"Ihh gimana si kak, adeknya dilupain," kata Icha.

Gue hanya menyengir, sedangkan fiki sudah menatap tajam ke arah gue.
"Kann, gimana nanti lo di luar negeri, udah ganti nama kali saking lokal nya nama lo,"

"Ihh ya nggak lah," kata gue. Sedangkan Icha dan Soni udah ketawa ketawa nggak jelas. Emang iya, mesra banget mereka.

"Yaudah, kantin yuk, nunggu emak dateng sampe laper." ajak Icha. kami pun saling pandang-pandangan.

"Skuy lah!!" seru soni.

Kami berempat pun berjalan ke kantin. Kebetulan, koridor dan kantin pasti lagi ramai sekarang. Hari ini adalah hari pengambilan rapot. Lapangan sekolah dipenuhi kendaraan orangtua murid, begitupun kantin yang isinya bukan cuma anak sekolah. Tapi kebanyakan anak kecil, udah kaya posyandu lagi ngadain suntik vaksin.

Sesampainya kami di kantin, kami mulai memesan beberapa makanan penunda lapar tapi bukan jelly yang di tv. Untung, masih ada bangku yang kosong, jadi kita bisa duduk dan nggak perlu makan di sepanjang koridor.

"Cha, gue batagor yaa, bumbu kacangnya banyakin." kata Fiki saat Icha berdiri ingin memesan makanan.

"Apa lagi?"

"Gue ikut lo dah, kasian bawanya nanti." kata Soni sambil berdiri dari duduknya.

Gue sama Fiki langsung senyum senyum dan berdeham meledek Soni. Icha yang mengerti maksud gue dan Fiki juga senyum senyum malu. Beda sama Soni yang matanya udah siap tempur.

"Lo apa, Ji? gc lah." kata Soni ngegas. Gue kembali tertawa. "Ampun bang, ngegas amat lo. kompor nya aja senyum senyum malu tuh."

"Ih, masa gue dikatain kompor sih, kak." protes Icha yang tau gue meledek dia.

"Ehh, nggak gitu, Cha, maksud Aji lo sama Soni tuh kaya kompor sama gas. melengkapi." kata Fiki sumringah sambil merekatkan kedua jari jari tangannya. Ahahah, Soni udah ngebul tuh.

Gue sama Fiki nggak berhenti tertawa. Asli seneng banget kita godain Soni.

"Canda, Son. Gue pesen sendiri aja nanti, mie ayam agak lama soalnya." kata gue dengan sisa tawa gue.

Soni hanya mengangguk judes, setelah itu dia mulai melangkah ke stand makanan bareng Icha. Melihat mereka berdua jalan beriringan, ide jaik gue muncul lagi.

"Son, gue juga takut gangguin lo berdua soalnya."

-Fiki

Makanan udah ada di depan kami masing-masing. Soni masih agak jutek gara-gara diledekin abis-abisan. Kan gue bilang, Soni emang agak sensitif anaknya. Padahal Icha nya sendiri biasa aja. 

#1: Jangan Anggap Tidak Ada yang Peduli [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang