Kebanyakan Mikir

844 137 39
                                    


-Zweitson

Gue kembali merebahkan diri gue di kasur setelah sekian kali melihat nggak ada tanda-tanda kehidupan di rumah Aji dan Fiki.

Gue menghela nafas sambil menatap langit-langit kamar, "Mereka kemana ya?" tanya gue ke diri sendiri.

"Biasanya pagi-pagi hari minggu gini udah ngajak jogging,"

"Eh? Apa gue telfon aja ya?"

Gue pun memutuskan untuk mengambil hp dan menelfon Fiki. Namun, waktu gue liat kontak Fiki, dia terakhir dilihat kemarin. Gue pun mengurungkan niat gue karena pasti nggak bakal diangkat.

Sekarang gue kembali rebahan lagi sambil mainin tali guling. Ishh, gabut banget beneran. Biasanya jam segini lagi ke pasar pagi deket taman komplek sama mereka. Pulang jogging gitu kan, beli capcin, tahu kotak, atau nggak cilok. Ya tuhan, jadi pengen.

tok tok tok/

Gue beranjak bangun ketika tiba-tiba pintu gue diketuk sama seseorang. "Masuk aja, nggak dikunci," kata gue.

Sosok itu pun membuka pintu dan ternyata dia Bang Fenly. Bang Fenly duduk di samping gue setelah dia mengambil headphone gue. Emang, headphone dia rusak, jadi kalau ke kamar gue itu paling buat minjem duit atau nggak pinjem headphone.

"Nggak nyuci baju lo?" tanya Bang Fenly sambil main hp.

Gue menghela nafas sambil kembali rebahan membelakangi Bang Fenly,
"Nanti aja, masih pagi,"

"Daripada lo galau gabut nggak jelas begini mending nyuci sekarang dah,"

Gue mendengus, "Ahela gue masih mager Bang, masih bingung juga," kata gue sambil cemberut.

"Bingung kenapa sih? Bingung mulu idup lo, masih kecil juga,"

Anjir lah, gue dikata masih kecil.

Gue pun merubah posisi gue menjadi terlungkung dan menghadap ke arah Bang Fenly, "Menurut lo gue samperin Aji ke rumahnya atau gue tunggu aja?" tanya gue.

Bang Fenly yang lagi mencoba menghubungankan headphone ke hp nya pun menjeda kegiatannya, "Samperin si kalau lo mau cepet cepet kelar,"

Gue hanya mengangguk menanggapi jawaban Bang Fenly. "Atau nggak telfon aja dulu," kata Bang Fenly lagi.

Gue berdecak, "Nggak aktif mereka,"

"Nah yaudah, samperin lah tunggu apa lagi? Biasanya juga lo masuk masuk aja ke rumah mereka,"

Gue masih diem sambil berdeham gitu, "Kebanyakan mikir lo!" kata Bang Fenly.

"Ah, gengsi Bang, malu gue abis marah-marahin Aji malah dateng ke rumah nya gitu,"

"Lagian gue tuh mau nya Aji yang jelasin ke gue, biar ada tanggung jawabnya gitu,"

Bang Fenly hanya mengangkat bahu nya dan menghela nafas.

"Tanggung jawab nggak sesempit itu, Son," kata Bang Fenly sambil memakai headphone nya di kepala dan berdiri dari duduknya.

"Tanggung jawab itu tentang siapa yang bisa ngejaga suatu hubungan biar tetap baik, dan yang namanya hubungan, setiap orang di dalemnya punya tanggung jawab, bukan cuma salah satu nya," kata Bang Fenly panjang kali lebar.

Nah lo, diceramahin lagi gue. Gue cuma bengong ngeliatin Bang Fenly sampe dia keluar dari kamar gue.

Ahh, tambah bingung!!!!

#1: Jangan Anggap Tidak Ada yang Peduli [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang