Bagian 28

7.8K 1.1K 93
                                    

Tak di sangka jika Naima akan di sembunyikan di sebuah gudang tua dekat mercusuar di pelabuhan. Mustahil mereka datang tanpa ketahuan, sedang sejauh berkilo-kilo kendaraan yang mereka naiki akan teramati melalui mercusuar yang di jaga. Emran memutar otaknya untuk bekerja. Dunia kejahatan tak asing untuknya namun lain dengan Saka. Tapi lelaki ini cukup bulat tekadnya, mungkin karena kekuatan cinta.

"Kita akan menyusuri tebing." Kita yang dimaksud hanya dirinya dan Saka. "Untungnya tebing itu di tutupi banyak pohon hingga kita dapat menyusup dengan mudah. Aku akan membidik penjaga mercusuar, setelah itu anak buahku akan menyerang." Saka mengangguk lalu menerima dua buah pistol yang Emran berikan sedang pria itu membawa satu pistol dan satu senapan laras panjang.

Medan yang mereka lalui tidaklah mudah. Tebing terjal serta licin, salah jalan mereka akan terjun ke laut dan mati sia-sia. Emran awalnya meragukan kemampuan Saka. Seorang direktur tidak akan mampu melewati hal yang berbahaya, ternyata Emran salah. "Kau begitu mencintainya sehingga berkorban sejauh ini. Adikku tak pantas mendapatkannya."

"Keputusan ada di tangan Naima. Dia adikmu juga."

"Apa kau tidak mau di anggap sebagai pahlawan lalu Naima akan berubah memilihmu?"

"Tidak. Naima pernah memilihku dan aku menyia-nyiakan kesempatan itu. Dosaku padanya terlalu banyak, bahkan nyawaku tak akan mampu menebusnya." Perkataan yang ringan namun terasa dalam. Saka menempuh bahaya demi cinta lalu mengikhlaskan perempuan itu mendapatkan suami seperti Juan. Sungguh menggelikan, Saka bukan romeo penyembah puisi dan budak dari juliet. Kenapa tidak membuang segala kemunafikan lalu menarik Naima untuk di milikinya sendiri.

"Yah adik perempuanku berhak mendapatkan pria yang lebih baik dari kalian."

Emran berhenti berjalan lalu mengambil posisi untuk membidik buruan. Saka takjub, jarak mercusuar dengan mereka cukup jauh apalagi tinggi mercusuar itu sepuluh meter lebih. Apakah Emran mampu namun beberapa menit kemudian sebuah suara teriakan menggema, seorang pria jatuh seperti burung yang melesat dengan kepala duluan. Saka belum pernah membunuh seseorang. Melihat kematian langsung di depannya membuatnya ngeri.

"Kita bergerak ke gudang."

Sedang di tempat lain, Juan telah sampai ke perusahaan. Ia biasanya mantap masuk namun hari ini Juan ragu setelah mengetahui kenyataan yang ada. Di tempat lain ada beberapa orang yang berjuang hidup, di sini dia berjuang supaya menang.

"Kau gugup?" Gendhis mendengus jengkel. Mental adik iparnya sangat jauh dengan Emran. "Rapikan kemejamu, hubungi asistenmu untuk menyiapkan semua materi untuk rapat."

"Apakah aku bisa melaluinya? Berhadapan dengan orang yang terang-terangan mencelakai tunanganku?" Sayangnya Juan malah gemetaran. Harusnya di dalam keadaan yang begini, ia mengumpulkan keberanian.

"Yang kamu hadapi tidak ada apa-apanya di banding perjuangan Emran." Hati Juan tersentil ketika dia di bandingkan dengan saudara tirinya. Melihat cara kerja Emran yang mencari Naima, Juan tahu bahwa mereka tak sebanding. Dia pecundang sedang Emran petarung.

"Kamu benar istri Emran. Setahuku Emran terkenal sebagai seorang singgel."

Gendhis menghembuskan nafas jengkel lalu mencoba memperbaiki letak dasi adik iparnya. "Dengarkan aku. Apa hubungan kami tidaklah penting. Yang paling penting kau harus menang dan menjadi direktur utama secara mutlak. Karena jika kau kalah, aku sendiri yang akan mengulitimu hidup-hidup. Jangan sia-siakan pengorbanan kami semua." Gendhis mendorong Juan untyuk keluar mobil.

********

Dorrr

Saka menelan ludah, ia terbiasa latihan menembak namun bukan menjadikan manusia yang di jadikan sasaran. "Menembaklah tepat di dada. Jangan menyasar kaki mereka. Kau selalu membuatku bekerja dua kali."

MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang