Bagian 17

8.9K 1.3K 106
                                    

Saka beberapa mengusap wajahnya untuk menghilangkan kegelisahan. Kemejanya digulung sampai ke siku, jasnya tersampir berantakan di atas kap mobil, rambutnya yang tersisir rapi ke belakang kini tak beraturan. Beberapa pemadam sudah datang. Kebakaran berasal dari tabung gas di bagian dapur. Untunglah tak ada korban jiwa, beberapa orang terluka ringan karena berdesakan saat buru-buru ingin keluar. Naima yang ia selamatkan sudah di dalam mobil Bugatti-nya mencoba mengatur nafas. Saka tak mau mengganggunya atau membuatnya gelisah. Meski Saka mengetahui sumber masalahnya, tentang trauma perempuan itu terhadap api. Saka tak bisa bersikap sok pahlawan dan melukai harga diri Naima.

Saka ingat bertahun-tahun lalu ketika mereka masih kuliah. Saka mengajak Naima berkemah dan membuat api unggun. Tentunya dulu mereka tidak sendirian, teman basket dan anak pemandu sorak juga diajak. Waktu itu angin bertiup kencang hingga api yang mereka buat membesar dan jilatannya bergoyang ke sana kemari. Saat itu Saka mendengar Naima menjerit sembari membelalakkan mata, sayangnya para kawannya malah tertawa. Awalnya Saka juga menganggapnya konyol namun tidak setelah melihat Naima meneteskan air mata lalu menggumamkan kata ibu dengan bibir bergetar seperti tadi.

"Apa kamu sudah menemukan Naima?"

Juan datang terlambat. Keduanya sama-sama mencari tapi Saka lebih dulu menemukan. Entah kenapa Saka merasa punya ikatan batin dengan mantan tunangannya hingga tahu kemana harus mencari.

"Dia ada di dalam mobil." Juan ingin bergerak menghampiri, namun tangan Saka menahan bahunya.Sembari menggeleng pelan, ia berkata."Jangan ganggu dia. Naima masih ketakutan."

Alis Juan bertaut, merasakan kebingungan. "Api sebagian sudah padam. Kebakaran itu tak terlalu besar. Semua orang selamat. Apa yang perlu ditakutkan?" Memang. Bahkan tempat parkir mulai sepi, akibat kebakaran itu para alumni memilih pulang.

"Naima punya trauma terhadap api atau lebih tepatnya api yang berpotensi menghancurkan."

Itu terasa konyol namun melihat ekspresi serius Saka. Juan merasa bodoh. "Kenapa bisa begitu?"

"Kamu tahu Naima berasal dari panti asuhan kan?" Juan mengangguk. Ia sadar jika Naima bukanlah putri kandung Narendra Hutomo. Baginya ikatan darah yang seperti itu tidak penting. Naima punya sikap, kecerdasan serta kecantikan yang luar biasa. Lebih dari cukup untuk bersanding dengan Juan. Ikatan batin Naima dengan ayahnya bahkan lebih erat dari Mikhaella sendiri."Panti asuhan itu terbakar dan menewaskan salah satu ibu pengurus panti. Wanita itu tewas karena menyelamatkan Naima."

Kali mulut Juan menganga lebar karena merasakan empati yang sangat besar. Selamat dari kebakaran tapi mengorbankan nyawa orang lain, pasti Naima sangat menderita karena itu. Rasa bersalah menghantui Naima seumur hidupnya. Juan mengurai rambut sembari meletakkan satu tangannya di pinggang lalu menatap lurus ke arah Naima yang berada di mobil Saka. Wanita itu sudah tenangkah di dalam sana. Apa Juan berdiri di sini dan membiarkan tunangannya berjuang menghalau rasa takut.

Baru beberapa hari lalu, Naima mendapatkan paket ancaman. Sekarang kebakaran. Apakah pelakunya adalah pria yang sama. Namun Emran tak mengirimanya pesan. Emran bukanlah pengecut. Pria itu suka mengakui kejahatannya secara terang-terangan Apa kebakaran ini adalah sebuah kecelakaan biasa? Dua hal yang mengerikan terjadi pada Naima dalam satu minggu dan Juan tidak ada di sampingnya.

"Akhir-akhir ini Naima sering mendapatkan musibah."

"Peneroran itu apakah sudah ketemu pelakunya?"

Juan meneguk ludah, walau tahu siapa pengirimnya. Juan tak mau memberi tahu namun ia juga terkejut. Dua kali Naima terjebak masalah dan Saka selalu tahu. Apakah pria ini menguntit kemana pun Naima pergi?

"Bagaimana kamu bisa tahu. Apa selama ini kamu mengawasi Naima?"

Saka mengangkat sudut bibirnya sedikit ketika melihat ekspresi panik Juan. "Aku tidak sengaja bertemu Naima di butik karena aku juga mengantarkan ibuku ke sana ketika Naima mendapatkan kado bangkai ular disertai tulisan darah. Itu Cuma kebetulan, Kebetulan yang di atur Tuhan mungkin. Sebenarnya seberapa jauh kamu mengenal Naima?" pertanyaan itu agaknya mengejutkan Juan dan membuat pikirannya kembali ke tempat. Emosinya redam digantikan perasaan bingung.

MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang