[SERIES KE-4 OLIMPIADERS • SEQUEL HI, SHINOBU!]
Shinobu tak pernah mengira perkara olimpiade akan membawa Giyuu Tomioka, nama yang sudah berusaha keras ia kesampingkan selama tahun terakhirnya di SMA itu, kembali ke hidupnya.
Kali ini semesta kemb...
"Lo indigo? Berarti dari awal lo bisa liat ajian macannya Shinobu?"
Giyuu melirik ke arah Rengoku ragu. Sambil meneguk saliva, cowok itu pun mengangguk. "Itu juga bikin gue seolah dapet telepati. Kalo kunci dari rantai tumbal itu orang-orang yang paling deket sama Shinobu."
Gyomei menghela napas. "Kalo itu sih, kita nggak kaget. Udah rahasia umum anak Blok H kalo semua temen deket Shinobu pas SD-SMP itu pada meninggal. Makanya kadang Shinobu musuhin Mitsuri, biar jiwa mereka nggak terikat, terus Mitsuri nggak jadi tumbal."
Giyuu melebarkan mata. Apalagi melihat Rengoku yang mengangguk setuju atas ucapan Gyomei, sekakan selama belasan tahun, hanya Giyuu yang tidak tahu.
"Kita semua udah tau, Yuu." Rengoku menatap tepat pada Giyuu. "Yang bikin badannya Sanemi ancur itu bukan tawuran, tapi kecelakaan. Itu juga yang bikin Douma koma setengah tahun, sampe dia tinggal kelas. Douma seharusnya udah lulus, tapi malah seangkatan sama kita."
Giyuu terdiam membeku, ia diam dan tidak mampu berucap. Otaknya sedang dalam proses untuk menerima fakta baru.
"Harusnya sekarang giliran Pak Kocho, kan? Kenapa bisa belok ke elu?" kata Rengoku segera mengalihkan topik.
Giyuu diam sejenak, lalu menghela napas. "Karena yang dikorbanin nggak cuma hubungan darah, tapi perasaan itu sendiri."
Rengoku dan Gyomei diam. Alis mereka bertaut, saling memandang tanda tak mengerti. Namun Uzui masuk dengan santainya. Cowok itu duduk di pinggir kasur dengan sebatang rokok di sela jari.
"Nggak usah canggung gitu kali, gue dengerin dari awal kok." kata Uzui menghisap rokoknya, kemudian menghela asap ke udara. "Kalian nggak sadar? Nih ya, gue spill. Shinobu itu dari dulu suka sama Giyuu, jauh sebelum kita masuk SMA."
Kini suasana menjadi semakin hening. Tiga cowok itu terdiam, seakan tidak percaya. Tapi tidak ada alasan untuk tidak percaya pada Uzui. Toh, cowok paling gabut yang bakal main monopoli di pos satpam bersama Shinobu dan Mitsuri cuma Uzui. Jadi jelas Uzui yang paling tahu soal rahasia para cewek.
"Dia pacaran sama orang lain, tapi dia maunya elo dari SMP. Kan SMP kalian hadap-hadapan, tapi lo nggak pernah aktif kegiatan komplek dari dulu. Makanya dia daftar SMANSAKAI biar bisa kenalan sama elo."
"Shinobu pengen deket sama Tapioka, tapi nggak bisa buka diri. Karena kalo Shinobu buka diri, mereka deket, dari perasaan itu jiwa mereka terikat, terus Tapioka jadi tumbal." Rengoku mengusap dagunya sambil berpikir. "Berarti hal yang dihindari Shinobu selama ini udah jadi kenyataan ya,"
"Bentar, terus yang bikin elo bisa belokin jalur tumbalnya, gimana?" Gyomei menatap tepat ke Giyuu, masih tersisa rasa penasaran.
Namun Giyuu malah terdiam. Ingatan saat mengantarkan Shinobu pulang dari rumah nenek Douma terlintas. Saat itu lampu lintas memerah, mereka berhenti di belakang zebra cross. Lalu Shinobu berkata,
"Lo gak usah tau lebih soal gue. Tetap jadi orang luar aja."
Hari ini, ia tahu maksudnya.
"Yuu—"
"Gue bisa belokin rantai tumbalnya kalo Shinobu lebih sayang sama gue dari pada keluarganya sendiri." Giyuu sedikit mendongak, menatap ketiga teman-temannya yakin. "Kuncinya itu perasaan, bukan cuma hubungan darah. Makanya gue deketin Mirai anak kelas 10 karena gue tau Shinobu nggak suka sama dia."
"Bukannya itu bikin Shinobu benci sama lo?" giliran Rengoku betanya.
Namun Uzui langsung menoyor Rengoku. "Shinobu nggak pernah benci Tapioka. Dia benci perasaannya sendiri yang masih sayang ke Tapioka walau Tapioka udah nyakitin dia. Secara nggak langsung perasaannya Shinobu makin dalem, otomatis Tepung yang jadi target selanjutnya."
Rengoku dan Uzui lanjut berdebat, adu toyor, saling dorong. Dan Giyuu hanya diam menunduk.
Dari awal, Giyuu tidak ingin Shinobu kehilangan ayahnya. Satu-satunya orang yang membela Shinobu dalam keluarga. Tapi kalau Shinobu tidak mengorbankan ayahnya, maka Shinobu yang akan jadi tumbal. Dan Giyuu lebih tidak rela akan fakta itu.
Semua tebakan Uzui, sepenuhnya benar.
❀❀❀
Bu Tomioka turun dan berjalan menuju pekarangan rumah. Wanita itu menghampiri anaknya yang sedang mengurus kebun bunga.
"Aa, kopernya udah Bunda beresin. Berangkatnya masih lusa, kan?"
Giyuu yang masih menyiram tanaman pun menoleh. "Iya, masih sempet cap tiga jari." katanya kemudian mematikan keran. Giyuu pun berjalan mendekati ibunya kembali. "Bunda beneran mau tinggal di rumah ini lagi?"
Bu Tomioka tersenyum tipis. "Kata Haji Himejima udah bersih kok," jawabnya sebelum sorot mata wanita itu menjadi redup. "Maafin Bunda ya, A. Bunda nggak bisa lindungi Aa dari orang yang nggak suka sama Aa,"
Giyuu terdiam sejenak. Ia jadi ingat kalau Haji Himejima sengaja tidak memberi tahu kalau apa yang terjadi pada Giyuu adalah akibat dari macan putih Shinobu. Malah bagus, memang ini yang Giyuu inginkan.
Giyuu tersenyum tipis, kemudian mendekap erat ibunya. "Doa Bunda selama ini udah deres banget. Sampe Aa bisa keterima di Aussie, itu juga karena Bunda."
Suara isakan pun terdengar. Bu Tomioka memeluk kembali anaknya, entah sejak kapan Giyuu sudah setinggi ini. Anak-anak bertumbuh dengan cepat.
"Doain Aa bisa jadi dokter yang baik ya, Bun."
"Selalu, A. Bunda selalu doain yang terbaik buat Aa."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ps: Jangan nangis ya, sekarang kalian tau kan Giyushino sayang satu sama lain seberapa besar dan seberapa lama:) Adegan flashback kalimat Shinobu diambil dari [Hi,Shinobu chapter 5: tetap jadi orang asing] kalau kalian lupa:))