[SERIES KE-4 OLIMPIADERS • SEQUEL HI, SHINOBU!]
Shinobu tak pernah mengira perkara olimpiade akan membawa Giyuu Tomioka, nama yang sudah berusaha keras ia kesampingkan selama tahun terakhirnya di SMA itu, kembali ke hidupnya.
Kali ini semesta kemb...
Ayah pulang. Hal yang awalnya menyenangkan itu kini sangat Shinobu benci.
Cewek itu menatap atmosfer keluarganya yang nampak sangat bahagia. Ayah dan Bunda terus memuji Kanao. Melimpahkan kasih sayang dan perhatian bahkan saat mereka sedang sarapan seperti ini. Membuat hati Shinobu semakin terbakar.
Mereka tidak pernah sesenang ini. Mau berapa kali pun Shinobu membawa pulang piagam dan mendali emas, tidak ada euphoria seperti ini.
Satu hal gila yang baru Shinobu sadari. Ayah bahkan sampai pulang saat mendengar dari Bunda bahwa Kanao terpilih sebagai perwakilan tim fisika dari sekolah. Sedangkan saat Shinobu akan lomba, Ayah tidak pernah sampai seperti ini.
Pagi ini Ayah libur. Namun Ayah sudah rapi dan sudah siap mengantar Kanao ke sekolah untuk berangkat ke hotel olimpiade bersama teman sekolahnya. Bagus, sekarang Ayah kandungnya juga memihak. Padahal Ayah jarang mengantar Shinobu lomba. Kalau pun mau mengantar, itu hanya karena terdesak dan saat kebetulan satu arah ke kantor.
"Itu ikannya juga dimakan. Ayah nungguin kok, nanti Ayah yang—"
"Aku aja." kata Shinobu berdiri dari bangku. Melempar pelan sendok dan garpu lalu membuat suara derit kursi. "Aku aja yang nganter Kanao. Ayah istirahat aja."
Bunda melirik tidak suka, "kamu tidak senang ya, adek kamu ikut OSN?"
"Senang. Memang Anda tidak tidak melihat ekspesi saya?"
Shinobu memasang wajah datar.
Bunda menggeram kesal, namun Ayah segera menengahi. "Udah, suasananya lagi bagus gini, jangan bertengkar." Ayah menoleh pada Kanao. "Bilang temanmu, suruh mereka duluan. Kamu berangkat sama Teteh, biar Teteh siap-siap dulu."
Kanao mengangguk dengan mulut yang penuh nasi. Cewek berponi lurus itu meraih ponsel lalu mengetikkan sesuatu di sana. Shinobu yang muak memandangi semua itu langsung bergegas naik ke kamarnya.
❀❀❀
"Berapa hari di karantina?"
Kanao tersentak pelan lalu menoleh cepat seakan terkejut. Wajar saja, sejak mereka berangkat pun tidak ada yang membuka mulut. Membuat AC mobil seakan semakin dingin. "Sebulan, Teh." ujar Kanao menjawab.
"Ah, enggak," kata Shinobu memalingkan wajah. Kanao hanya mengangguk kemudian kembali merunduk memainkan ponsel.
Shinobu menggigit bibir bawah, seakan ada sesuatu yang menganggu pikiran. Sebulan apanya? Waktu Giyuu olimpiade dulu, paling lama hanya sampai 20 hari. Rata-ratanya sendiri hanya 2 minggu untuk Olimpiade Sains Nasional. Sekarang sebulan? Ada apa?
"Temen kamu, si calon dokter itu ikut gak?"
"Maksud Teteh Tanjirou?"
"Hm."
"Ikut, Teh. Dia dapet peringkat satu, perolehan nilainya juga tinggi."
"Oh,"
Shinobu mengangguk ringan, namun hatinya mengumpat. Mengingat cowok tengil yang terus menganggunya setelah ia putus dari Giyuu. Apalagi setelah dilirik oleh Dosen Oxford, cowok itu makin menyebalkan. Celetukannya kembali terlintas dalam benak Shinobu.
"Dapet salam dari Kak Giyuu, katanya kangen!"
"Kapan balikan, Kak?"
"Gak nyesel apa udah wikwikwik terus putus?"
Shinobu menggeleng cepat, kemudian mendengus pendek. Shinobu masih harus fokus untuk menyetir, jangan sampai memikirkan sesuatu yang membuatnya dongkol. "Kalo kamu sendiri, peringkat berapa?"
"Oh?" Kanao menoleh, "a-aku—"
"Eh maaf," sahut Shinobu merapatkan bibir.
Shinobu merutuk dalam hati kenapa ucapannya malah terkesan membandingkan adiknya. Yah, soal dibandingkan, biar Shinobu yang merasakan. Adiknya jangan.
"Nggak apa-apa, Teh. Aku dapet peringkat tiga. Nilai Tanjirou emang lebih tinggi, tapi aku bakal lebih berusaha lagi." jawab Kanao tersenyum tipis.
Shinobu menggigit bibir bawahnya bersamaan saat rasa nyeri yang mulai menyerangnya. Kini Shinobu paham. Inilah anak yang Bunda mau, anak yang pandai sains. Bukan anak yang pandai bertarung. Mungkin ini alasan mengapa Bunda selalu membandingkan mereka berdua.
"Teteh, iri sama kamu."
Mobil mereka berhenti di belakang penyebrangan saat lampu lalu lintas menyala merah. Kanao menoleh dan langsung tersentak saat melihat Shinobu menyeka air matanya. Kanao tertegun melihat sisi lemah Shinobu Kocho yang tidak pernah dilihatnya selama ini.
Ternyata, hati kakaknya selama ini tidak sedingin itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.