❀ BAB 004 ❀

1.3K 182 65
                                    

"Gila, gue masih hidup."

Muzan yang keluar bersamaan dengan Shinobu dari teater itu menoleh. Cowok itu terkekeh mendengarkan celetukan Shinobu. Jemarinya meraih kepala gadis itu dan mengacak-acak rambutnya.

"Segitunya banget, emang serem ya?" tanya Muzan heran.

"Iya, speakernya ngagetin." jawab Shinobu lemas.

Muzan kembali terkekeh. Kini tangannya beralih menarik Shinobu ke salah satu sofa ruang tunggu. Karena ini bukan akhir pekan, jadi bioskop cukup sepi sehingga mereka masih bisa duduk di sofa untuk menenangkan diri. 

"Mau langsung pulang apa ngumpulin nyawa dulu?" 

"Mampir di Arjuna bentar, Zan. Gue mau makan,"

Muzan mengangguk setuju. Cowok itu pun beranjak ke meja yang order dan membeli dua botol air mineral. Sementara itu, Shinobu menyandarkan punggung ke dinding sambil menghela napasnya panjang. Jantungnya masih lemas.

"Nih," kata Muzan menjulurkan sebuah botol mineral.

"Makasih," jawab Shinobu sambil meraihnya.

Muzan hanya mengangguk pelan lalu duduk di sebelah Shinobu. Dan sementara gadis itu meneguk minumannya, Muzan menarik sebuah senyum tipis sambil menaikkan kaki kanan ke lutut kirinya. 

"Lama kita gak kayak gini,"

"Hm?" Shinobu menoleh cepat.

"Enggak. Gue baru ngerasa bodoh sekarang. Seharusnya dulu gue gak egois, seharusnya dulu kita gak putus cuma karena mau UN. Sementara gue sendiri waktu itu gak pernah bikin elo seneng."

Shinobu mengatupkan bibir. Gadis itu menatap Muzan lama, lalu melengos sambil menghela napasnya panjang. "Udah lah, Zan. Udah lewat juga," katanya pelan. "Udah yok ah, ke Arjuna aja. Auto melarat kalo makan di sini."

Muzan mengangkat alis tepat saat Shinobu tiba-tiba berdiri. Cowok itu pun mengangguk cepat sebelum akhirnya dua remaja itu meninggalkan mall. Hingga tanpa Muzan sadari, Shinobu seolah masih menghindari beberapa topik sensitif antara keduanya.


❀❀❀


"SHINOBU!!"

Shinobu yang baru hendak menyuapkan sepotong ayam goreng tepung ke mulutnya tersentak kaget mendengar panggilan seseorang dari arah pintu. Muzan dan Shinobu pun menoleh  bersamaan, kemudian melebarkan mata melihat sosok jangkung yang mendekat.

"Aku nyariin kamu dari siang. Udah chat gak dibales, telfon gak diangkat, ternyata kamu jalan sama dia!?" bentak Douma marah kemudian menarik tangan Shinobu. "Ayo pulang!!"

"Bent—"

"PULANG!"

Shinobu tersentak kaget begitu Douma menariknya kasar. Gadis itu sampai terseok-seok untuk mengikuti langkah Douma yang panjang dan cepat masuk ke arah mobil offroad. Muzan yang melihat itu hanya bisa tertegun melihat kejadian di depan matanya.

Douma membanting pintu dengan kras, segera duduk di kursi kemudi lalu melajukan mobil ke arah komplek perumahan Taman Asri. 

"Kelakuanmu itu gegabah banget tau gak!? Kamu itu masih pacarku tapi seenaknya kamu jalan sama Muzan tanpa ijin dari aku, terus mampir ke daerah Arjuna. Kamu kira orang bakal bilang apa? Mikir dong!!" cerocos Douma marah.

Shinobu meremas bawahan jeansnya sambil menggigit  bibir bawah. Butuh waktu cukup lama untuk menyahut. Shinobu harus mengumpulkan keberanian.

"Udah gak ada siapa-siapa, gak usah akting terus."

Douma sontak merapatkan bibir. Cowok itu terdiam sebelum akhirnya ia menghela napas dan menghempaskan punggung ke sandaran jok. 

"Udah kebiasaan," ujar Douma pelan. "Tapi gue ngelakuin ini buat kebaikan kita juga. Elo sendiri kan yang pengen kita pura-pura pacaran buat manasin Giyuu. Makanya pas lo jalan sama Muzan ya gue kaget."

Shinobu menghela nafas keras. "Muzan itu uma gue anggap temen lama. Lagian dia famous, wajar kalo gue jalan sama dia. Hubungan gue sama Muzan bukan kayak hubungan gagal move on lu dari Kak Kanae."

Douma tersentak seketika mendengar kalimat itu. Pada detik yang sama saat matanya melebar, Douma menghentikan mobil di pertigaan komplek. Jantungnya berdebar cepat dengan rasa nyeri yang kembali menjalar.

Plak!

"Harus berapa kali gue bilang biar lo gak nyebut nama itu lagi?"

Shinobu terdiam. Tangannya memegangi pipi dan merasakan panas yang menjalar sampai ke hati, membuat matanya berkaca-kaca tak percaya. Shinobu langsung meraih tasnya cepat lalu turun dari mobil Douma.

Shinobu berlari kecil menjauhi cowok itu. Membuat Douma memukul setir kesal, kemudian turun dari mobil dan menyusul langkah cepat Shinobu di tengah dinginnya malam.

"Shin, Shinobu!" panggil cowok itu berdiri di depan Shinobu sambil memegangi dua bahu kecil gadis itu. "Shin, please maafin gue. Gue kelepasan,"

Shinobu memalingkah wajah cepat. Hendak kembali melangkah namun Douma semakin keras menahannya, membuat Shinobu terpaksa berhenti begitu saja.

"Gue bener-bener gak sengaja, Shin. Maaf," kata Douma memohon.

Shinobu menegakkan tubuh. Gadis itu mengambil nafas panjang lalu menghelanya pendek, ia sedikit mendongak agar air matanya tidak jatuh di depan Douma.  

"Udah, kita putus aja."




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ps: baru chapter 4 aku sudah menghantam kalian dengan plot twist sebangsat ini hihihi jadi bisa ditebak lah ya alur kedepannya. yang jelas bakal lebih bangsat dari anak olimpiade karena para ular dan pengadu domba bakal hadir dengan level hard.

tambahan: dilanjut kalo udah rame

Re-Hi | Giyushino✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang