❀ BAB 019 ❀

1K 134 16
                                    

Shinobu melangkah tenang membuka pagar rumah dan berjalan masuk. Giyuu diam-diam meneguk ludah, merasai canggung setiap mengamati suasana rumah Shinobu yang didominasi dengan warna putih. Sangat netral.

"Duduk dulu, gue ambilin minum. Lo mau apa?" 

"Hm?" Giyuu mengerjap tersadar. "Gak usah repot-repot,"

"Dih, apaan sih lo? Kayak orang lain aja, buruan!"

Giyuu mendecak pelan, "air zam-zam aja."

Shinobu menghela napas berat, berusaha tenang. "Gak ada air zam-zam. Adanya air keras. Gue siram juga ke muka lo," baslanya hampir habis kesabaran.

"Makin ganteng dong gue,"

"Elo tuh emang minta ditampar." dengus Shinobu pendek. "Udah lo tunggu sini. Gue bikinin teh dulu," katanya berjalan masuk.

Giyuu menurut saja. Tidak banyak menyahut dan duduk di sofa ruang tamu. Maniknya mulai menyusuri setiap hiasan dinding dan piala yang berjejeran. Shinobu tuh berprestasi, banget malah. Beberapa tahun lalu sempat lolos dan resmi menjadi atlet nasional. Tapi keluarganya tidak memperlakukan Shinobu seperti seharusnya.

Dan yang hebat adalah, Shinobu masih bisa bertahan. Shinobu tetap berprestasi dengan kondisi keluarga yang seperti ini. Giyuu beralih ke figura yang terpasang di dinding. Gambaran sebuah foto keluarga yang terpisah. Satu orang satu figura. Jadi total ada 4 figura di sana.

Tapi ada yang berbeda. Hanya foto ayah yang sesuai dengan warna cat. Yang lain ukurannya berbeda, seakan posisi sebelumnya tidak berada di sana. Aneh.

"Emang gak bisa dicegah ya? Maksud gue, apa yang tau soal sarjana abal-abal itu cuma bokap lo? " 

Giyuu mengerjap tersadar. Cowok itu menoleh dan mendapati Shinobu yang datang dengan dua cangkir teh di tangannya, lalu diletakkan di meja. 

"Nasibnya jadi dosen di kampus swasta ya gini, tunduk sama petinggi. Yang bikin masuk akal cuma satu. Mereka gak mungkin berhentiin bokap gue. Karena di sana dia kinerjanya bagus, namanya juga bagus."

Shinobu merapatkan bibir, berpikir sejenak. Sedangkan Giyuu menyeruput tehnya. "Jadi orang-orang dibelakang OSN itu sengaja jauhin dosen yang berpotensi dari kampus? Biar mereka gak ketauan sedangkan mereka di sana lagi nyiapin rencana gitu?"

"Kurang lebih," balas Giyuu santai. 

Shinobu menggigit bibir bawah. Kemudian menghela napas panjang, bahunya turun. Tahu jelas gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa. 

"Udah santai aja, pasti ada jalannya kok." kata Giyuu seakan peka dengan ekspresi cewek itu. "Orang tua lo pada ke mana? Kok rasanya sepi banget rumah ini,"

"Dinner di luar ngerayain anniversary nikah. Bokap gue gak sewa ART, jadi ya sekarang yang di rumah cuma gue."

Giyuu mengangguk-angguk paham. Kalau begitu tidak mengejutkan kalau Shinobu tidak ikut dan memilih untuk menetap di rumah.

"Lo kurusan."

Giyuu tersentak saat Shinobu mendekat. Gadis itu menyentuh tulang pipi Giyuu yang nampak jelas. Membuat Giyuu sontak menjauhkan diri dan memalingkan wajah.

"Heh apa sih!" kata cowok itu gugup. Membuat Shinobu mendecih malas. Giyuu pun berdeham lalu menegakkan posisi duduk. "Gue gini bukan karena putus dari lo, ya."

"Dih?" Shinobu mengangkat dua alis tinggi, lalu langsung menjauh. Cewek itu meraih cangkir tehnya dan meneguknya tenang. 

"Lo gak kesepian apa sendirian gini?" tanya Giyuu mengalihkan topik.

"Udah biasa," balas Shinobu kalem. Toh, sejak Kanao pergi olimpiade, Bunda jadi lebih sering lembur di kantor. Apalagi saat Ayah dinas ke luar kota.

Giyuu yang mendengar itu jadi merapatkan bibir, merasa tidak pantas membahas lebih lanjut soal keluarga Shinobu yang nampak bahagia. Padahal aslinya rumpang. Sunyi seperti ini yang tidak pernah Giyuu tahu selama ini. Bahkan saat mereka masih pacaran, Shinobu jarang membahas orang tuanya. Hanya beberapa kali mengeluh soal Bunda Kanao.

Giyuu bersuara serak.


"Kita udah putus tapi kenapa lo masih ngelakuin hal ini sih?"


"Hm?" Shinobu sedikit melebarkan mata, agak kaget ditanya begitu. Sejenak Shinobu terdiam, merunduk memandangi cangkirnya dalam tangkupan tangan. "Jangan salah paham. Gue ngelakuin semua ini karena lo temen kelas gue, tetangga gue."

"Oh..." 

"Iya."

Shinobu bangkit dari sofa dan berjalan ke wastafel, menaruh cangkir miliknya yang sudah kosong. Sedangkan Giyuu terdiam. Memandagi pantulan diri dari cangkir teh. Bersama Shinobu saja sudah membuat pemuda itu sedikit tenang.


❀❀❀


Shinobu menghela napas, memandangi malas soal remidi Fisika yang ada di depannya. Dari 30 murid di kelas, hanya Shinobu yang remidi sepulang sekolah di perpustakaan begini. Sendirian. Membuat Shinobu semakin sadar seharusnya memang cewek itu linjur saja.

Tidak sampai setengah jam bagi Shinobu sampai seseorang menaruh beberapa lembar kertas di sampingnya. Shinobu mendongak, mengira itu Pak Glenn tapi ia salah.

"Daftar siswa yang ikut eliminasi OSN." kata Giyuu tenang.

Shinobu segera meraih kertas itu dan membacanya teliti. Hingga sedetik kemudian cewek itu mengerutkan dahi. "Ini....."

"Kayak yang lo liat, Kanao Tsuyuri gak terdaftar. Adek lo gak pernah ikut seleksi." 

Giyuu merutuk dalam hati, benci menyembunyikan fakta dari Shinobu bahwa Giyuu lah yang membuat Kanao masuk ke karantina. 

Lembar yang Giyuu berikan tak lebih dari sebuah data asli yang sudah dimanipulasi Kagumi. Kagumi bilang, orang yang tidak paham prosedur olimpiade akan mudah kerkecoh. Dan rupanya itu benar. Shinobu percaya.

"Terus gimana, Yu? Kok adek gue bisa ikut?" tanya Shinobu panik.

Giyuu menghela napas, sedikit lega mendengar Shinobu  menyebut Kanao sebagai adiknya. "Masalahnya itu, lo tau sendiri sekolah ini punya sistem seleksi. Walau nilai rapot sama nilai hariannya tinggi, tetap ada seleksi untuk ikut olimpiade. Sekolah nggak bakal sembarangan ngebiarin siswanya ikut."

Shinobu yang mendengar itu gemetar. Merasa sedang dipermainkan oleh orang-orang dibalik OSN tahun ini. Yang Shinobu khawatirkan hanya satu, sesuatu yang buruk terjadi pada Kanao.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ps: RINDU GAK NIH WOI HSHSHSHS mulai sekarang chapternya bakal gue panjangin biar gak kebanyakan chapternya ya

Re-Hi | Giyushino✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang