❀ BAB 025 ❀

863 109 38
                                    

Giyuu bangun dengan kepala yang pusing. Ia duduk di kasur perlahan, butuh waktu sekian detik sampai Giyuu sadar kalau ia tidak berada di kamarnya sendiri. 

Giyuu mengedarkan pandangan. Meneliti setiap sudut kamar dengan dominasi warna coklat hangat. Pintu tiba-tiba terbuka. Kepala Senjuro menyembul, kemudian mundur kaget dan membanting pintu. Membuat Giyuu diam membeku.

"Kakaknya yang gak punya temen udah bangun."

"Hm? Giyuu udah bangun?"

"Iya."

Pintu pun kembali terbuka. Kini kepala Kyojuro Rengoku mengintip, sebelum ia mundur dan mengajak Gyomei untuk masuk. Dua cowok itu duduk ragu di pinggir kasur. Giyuu mengalihkan pandangan, merasa agak canggung dengan Rengoku.

Gyomei menyadari hal itu, membuatnya ikut segan. Gyomei meneguk ludah, mengingat kejadian kemarin cukup jadi tamparan keras bagi pertemanan mereka.


❀❀❀


"Lo tunggu bentar, gue ke ruang admin dulu minta tissue." 

Giyuu menghela napas, agak merasa lega setelah kepergian Rengoku beberapa langkah. Namun detik berikutnya ia terbatuk. Giyuu refleks menutup mulutnya dengan dua telapak tangan. Dan detik itu juga Giyuu sadar, ada bercak darah keluar dari mulutnya.

Ah, mungkin memang ini konsekuensinya. Giyuu mendongak, menatap matahari dengan mata yang sedikit menyipit. Bayangan macan putih besar yang segera menerkam dan suara teriakan yang terdengar bersahutan dalam halusinasi.

Giyuu sudah siap pergi.

Tapi Gyomei tidak.

"Heh! Lo main ke tempat angker?" 

Giyuu terlonjak kaget melihat Gyomei tepat di depan matanya. Cowok jangkung itu berlari dari arah gedung luar, sehabis memfotokopi soal. Tangannya mencengkram erat dua pundak Giyuu dengan tatapan tajam. Membuat Giyuu merasa terintimidasi.

"Kagak, apa emang?"

"Buka tangan lo. Ada apa itu?"

"Hah?" Giyuu pura-pura tidak mengerti.

"Muka lo pucet, pipi kopong, gue kira cacingan. Sekarang ada aura yang ngelilingin elu, astagfirullah." Gyomei mundur dan mengelus dadanya. "Besok gak usah ikut ke Puncak, lo ke rumah gue. Kita rukyah dulu."

"Bentar deh, aura apa sih?" Giyuu maju penasaran. Karena walau ia bisa melihat hal gaib dan aura orang lain, Giyuu tidak bisa melihat auranya sendiri. Dalam pantulan cermin sekali pun.

Gyomei diam sejenak, kini jadi sedikit lebih tenang. Atau mungkin lebih tepatnya, lemas. Lemas melihat apa yang ia lihat sendiri. 

"Gue liat aura lo yang bakal meninggal gak lama lagi karena sakit, tapi sakitnya gak wajar."


❀❀❀


Rengoku adalah orang pertama yang dihubungi Gyomei saat rukyah. Saat itu Gyomei tahu dari ayahnya, bahwa kali ini yang berulah adalah Macan Putih milik Shinobu. Rengoku langsung pulang dan mengalih tugaskan PJ dan perwakilan penghargaan siswa pada Riko. 

Kini Giyuu merasa canggung pada Rengoku. Karena kebohongannya soal 'banyak kegiatan dinas sama bokap' ketahuan. Dengan cara yang dramatis pula.

"Lo udah baikan?" tanya Rengoku.

"U—udah," jawab Giyuu canggung.

Gyomei menghela napas. Memijat pelipis hanya akan memberikan sinyal keruh, jadi cowok itu menahan diri. "Bokap gue udah bersihin elu. Besok bakal ada tahlilan di rumah lu. Terus bokap gue juga bilang, kalo perlu sholat sunnahnya ditambah juga."

"Hm," Giyuu mengiyakan dalam hati, merasai memang tubuhnya lebih ringan walau ia sempat bangun dengan kepala pusing luar biasa. "Terus kok gue bisa di sini?"

"Rumah lu lagi 'dibersihin' sama Pak Haji. Jadi lu tidur bareng adek gue semalem." jawab Rengoku seadanya.

"O—oh, gitu..." Giyuu meneguk ludah semakin canggung.

Gyomei menghela napas panjang. Cowok itu sebenarnya adalah orang yang peduli pada teman-teman dekatnya, apalagi anggota blok H. Dan tragedi yang dialami Giyuu menampar Gyomei cukup keras. Bahwa selama ini dirinya belum cukup jadi teman yang baik.

Atau Giyuu yang terlalu tertutup? Entahlah, Gyomei masih miris.

"Lo gimana bisa belokin jalur tumbal? Bukannya itu udah ditentuin sama macan putihnya?" tanya Gyomei pelan.

Giyuu sedikit menunduk. Kalau boleh jujur, ia benci membuka dirinya pada orang lain. Pertama adalah karena ia seorang introvert sejati. Kedua, Giyuu takut ketika ia membuka diri, orang itu malah pergi. 

Namun, Giyuu tidak bisa lari. 

Mungkin memang ada saatnya ia jadi mahluk sosial.

Sama seperti manusia lain. 




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ps: tarik napas dulu. Aku tau kamu capek sad terus. Yok happy ending yok

Re-Hi | Giyushino✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang